Skip to Content

Juni 2016

TAK TAHU

Untukmu yang sulit kutemukan

Dan kau adalah manusia yang membuatku terus mencari

Tak peduli arah, dan itu adalah tujuanku

Begitulah, entah akupun tak tahu.

Puisi bisa menjadi media dakwah tapi bukan berisi ceramah

Puisi bisa menjadi media dakwah, tetapi puisi tidak harus berisi ceramah. Demikian disampaikan kritikus sastra Pungkit Wijaya yang menjadi juri dalam Lomba Menulis Puisi Ramadan yang digelar Majelis Sastra Bandung.

Kelompok Seniman Madura Gelar 'Tadarus Puisi'

Seniman dan budayawan se-Madura menggelar diskusi sastra dan "tadarus puisi" di Kantor Dewan Kesenian Pamekasan, Jawa Timur, Ahad (26/6) malam sebagai upaya menghidupkan kembali seni dan budaya Pulau Garam yang akhir-akhir dinilai mulai menurun.

KEMASAN HARI

Sebelum menjamah hari bersama nada camar nyaring bersiul
Sang fajar masih menyimpan sejuta senyuman simpul
Biasan sayunya merayu di dinding langit kota Pancasila

JIWA YANG SURAM

JIWA YANG SURAM

Telah jauh aku tenggelam
Lenyap dalam rupa-rupa yang suram
Telah jauh aku terbang
Melayang di ruas langit penyesalan

Lumpur mengering berubah menjadi debu

KETIKA SEHELAI RUMPUT MENJADI SAKSI

Bangunan kepercayaan telah runtuh di atas negeri

Keruntuhan itu buat negeri tak kokoh

Sehingga tak ada hukum sekuat baja

RAMADHAN

Orang bersujut
Mengapa engkau tidak melakukannya

 

 

Padang 2016

BAJU PUTIH UNTUK SAHABAT

ni bukan pesta pernikahan
Maling berterik maling dimeja
Berwajah photo photo
Ada pesta tari dansa telanjang di ramadha

AKU PEMUJAMU

Wajah senja tercakar ranting jati
Pernik hijau mengais-ngais langit kelabu
Kerlipan matanya mengintip di celah kerumunan daun
Seketika merekah senyuman bahagia
Engkaukah itu?

NYANYIAN PERAK KUKU-KUPU MALAM

Kupu-kupu carilah bung untuk menari
Jadi persaing dia
Bersaing dengan dengan sebuk
Peluk ramah rembulan


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler