Skip to Content

Dua Ratus Kalimat Cinta untuk Mey

Lantunan ayat-ayat cinta itu kembali hadir dalam kemarau hatiku yang kian gersang, dua ratus ayat cinta itu menggantikan sembilan puluh delapan harapan yang hanya menjadi kenangan yang kian menyesakkan. Kini seratus dua harapan baru telah menjemputku untuk menjadi wanita yang paling sempurna setelah jubah hitam sempat menyelimutiku saat aku merasa benar-benar rapuh.

Mungkin Aku Lupa

Aku mungkin lupa

dimana kusimpan aroma hujan

yang kauberi padaku waktu itu

Juga warna mata dan rona senyummu

 

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

Hidayatul KhomariaDua Ratus Kalimat Cinta ...Mega Dini SariMungkin Aku Lupa
ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang

Prosa

UNTUK APA BERFILSAFAT

Untuk apa manusia berfilsafat? Untuk apa memikirkan hal yang menguji nalar kita? Atau bahkan menggoyahkan iman kita?

Jahil

Beratus tahun sudah kupaham-pahamkan jerat jahil yang sabar kau tebar di selingkup kampung kami yang menggelinjang dirangsang tabu demi tabu. Indah nian jerat jahilmu menjerat kami, warga kampung yang lugu, untuk bangga berjahil dan risih tersisih jika tak jahil. Sungguh jahilmu itu telah mendedah dan mengubah tabiat kami, adat kami, darah merah kami.

Jembatan Keledai

Lewatlah Jembatan Keledai jika ingin singkatkan perjalanan. Demikian petuah tua para tetua kampung bagi kami-kami yang sering tersesat menempuh jalan pengembaraan. Sungguh sangat singkat dan ringkas jalan para kelana jika menikung lurus dan menapak tulus lewati Jembatan Keledai.

Mati Hati

ALAM kampung masih pagi sekali ketika terbetik kabar bahwa penguasa kampung telah mati hati. Terperangahlah kami orang-orang penghuni kampung. Tepatlah ramalan Si Nujum Tua tiga belas purnama lalu bahwa akan tiba masa mati hati bagi penguasa tanah kampung pusaka sisa akhir generasi anak negeri. Telah masa mati hati! Sudah masa mati hati!

FIRASAT BU LIK KOEM

 “Mengenang Almh. Bude Hastuti Soekirno”

 UNTUNG. Nama lelaki itu tak pernah benar-benar lenyap dari ingatannya. Lebih dari empat puluh tahun peristiwa itu telah berlalu. Namun kenangan bersamanya seringkali menyapa dari balik lemari masa silam.

Alina

Adalah Puisi “Perjalanan Kubur” Sutardji Calzoum Bachri berawal kisah ini :

Taman Rindu Tak Sampai

Dalam rintik hujan berangin pagi itu, Said yang lelah, lusuh dan tua terperangah di sudut utara taman itu. Jengah, pangling, miris, haru, pilu, ngilu, kecewa, rasa-rasa tak mungkin, rasa-rasa tak percaya bergolak-golak dalam dada, lalu melesat dan mendesing-desing di batok kepala Said.

Angin Mati

Konon pada suatu masa tergurat sebuah kisah tentang negeri tanpa angin. Begitu lengang dan kaku negeri itu; tak ada riak air di danau, tak ada lambai nyiur di pantai, tak ada tarian rumput dan kibasan pucuk cemara di bukit, tak ada terbangan debu di jalanan, juga tak ada desau angin dari desah dan dengus nafas. Celakanya lagi AC dan kipas angin semuanya mengulah kehilangan fungsi. Mereka jadi rongsokan yang sangat bohong. Angin mati sempurna dalam kematiannya!

Saksi Bisu

Akulah Saksi Bisu!
Di segala terang, di segala gelap, di segala gerak, di segala diam, di segala zuhud, di segala buruk dan caci-maki, hadir adaku hanyalah saksi bisu. Maka, kusaksikanlah berlaksa-laksa dengki dan tipu-tipu yang ditebar dari pesona yang dikemas dengan sungguh sangat mempesona.

Keranda Raya

Sudah 7 purnama Keranda Raya itu menganga di pelataran serambi istana. Sore hari nanti Keranda Raya akan ditutup, setelah sesak disumpal berjejal-jejal sampah daki dunia seluruh penghuni negeri itu. Sungguh buruk dan busuk isi itu keranda, ketika kucoba urug dan aduk-aduk adanya.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler