kau mengetuk pintuku:
...
dengan tasbih yang terlantun
saat burung-burung kembali ke sarang
pada tiap akhir masa kenangan,
dan kau bisiki aku dengan bisikan yang kamil
”sekarang musim dingin, kusediakan selimut untukmu”
Kau peluk aku dengan azzam tertajam
dan kau bisikan lagi kalimat thayyibah
”hujan turun, dan makin deras saja, malam juga telah larut...”
kau ketuk lagi pintuku:
...
terharu aku pada tegarnya cintamu
yang memaksaku tuk memungut lagi rasa rindu
di masa-masa yang telah berlalu…
rindu,
ijinkan aku, bertanya satu hal:
sudikah engkau mengusir rasa menggebu
yang terus saja memburu degup jantungku?
Komentar
Tulis komentar baru