di sudut semesta kau bersimpuh dalam duka
tiada siapa yang peduli
padamu segala duka
mimpi-mimpimu telah terlalu asing bagimu
tapi kau tak pernah bergumam
'untuk apa lagi hidup ini jika seribu rahasia
dijadikan teka-teki?'
tapi wajah telah kehilangan
rona mimpi yang terpaksa
kau kubur dalam tumpukan
jerami musim panen
aku tertegun dalam bisuku
menatap segala apa di wajahmu
bening matamu siratkan ketegaran jiwamu
dan air mata itu kerap kau petik sendiri
tak kenal lagi kau arti hidup yang terus berjalan
dukamu tak lagi kau beritakan
pada bintang
pada ombak
pada desiran angin
bahwa kau tak punya
siapa-siapa
apa-apa
sendiri kau bangun
sendiri kau telusuri
mimpi-mimpi dari petikan-petikan air mata
yang tiada bernada
tapi siapa yang tau dirimu
susunan huruf ingin kau lafalkan sendiri
susunan angka kau lukis di benakmu
tapi siapa gerangan yang menjawab itu untukmu
pada langit kau berterima kasih
yang telah menurunkan hujan
pada mataharikau berterima kasih
yang telah membagi hangatnya
pada tumbuhan kau berterima kasih
yang telah mengenyangkan
pada air kau berterima kasih
yang telah melepas dahaga
pada malam pun kau berterima kasih
yang telah berbagi sunyi
dan melelapkan matamu
kau gadis pemetik air mata
dukamu terlalu abadi
untuk di catet dalam sejarah
kau terlalu harum
untuk di tulis di dinding zaman
kau pantas di lukis di atas mega sana
Komentar
Tulis komentar baru