sudahlah...,
tak perlu kau bahas lagi...,
hanya akan semakin menyayatku....,
kehadiranmu menjadi gelap
saat kau datang tak sekedar mengingatkan
pada diri terlaknat
kau anggap apa TUHAN itu...,
apakah hanya Zat yang akan mendakwa
kemudian menghukum dalam api yang kekal..,
memberikan sejuta kebencian
pada jiwa-jiwa tak berharga penuh kelemahan
lantas memberi sesat dalam sebuah takdir
diambang harapan yang mulai koyak...,
menebar nista pada setiap pelacur
lelaki pemerkosa, pembunuh
penjegal dan pemabuk dimeja kasino
tak memberi ampun
mengecap memberi stempel materai
bertulis bernota bene
alamat terakhir adalah "jahannam"...,
yang benar saja...,
kau telah mendustai Kemulyaan TUHAN
kau juga lupa membaca Kebijakan TUHAN
pantas saja muka-mu bopeng...,
sehancur ceritamu saat memperkenal-kan TUHAN
TUHAN..,
aku bosan dengan mereka..,
selalu bercerita tentang kobaran api-MU
kalau boleh aku meminta...,
kelak dipadang-MU itu..,
besarkan-lah tubuhku sebesar-besarnya.,
sampai menutup pintu-pintu neraka-MU
hingga tak ada lagi yang bisa masuk kedalamnya
selain aku...,
Komentar
Pangeran Kata
Pangeran Kata sangat menyukai puisi ini. Puisi ini terbaca sebagai pencapaian dalam keimanan, sebuah kedewasaan.
Sekali lagi salut buat Bang Yudi. Salam kenal dan terus berkarya.
Thanks buat Pangeran Kata
trimksih telah sudi mampir lihat coretan saya ini saudara., maaf.,coretannya cuma itu2 doank., ga da yg trlalu spesial., coretannya masih jelek,,sejelek orang yg nulisnya., tpi skli lg thanks to you saudara., slm kenal.,salam sastra,,salam budaya..!! mari berkarya..,
-Yudi ilham-
Tulis komentar baru