Usia Di Kursi Goyang
Tenggut
Jadi mata ini berlinang disepit malang
Si mungil berkelahi dengan waktu menentu rezeki
Menentang atau tak terizin memecah geram tawa
Bila semua terkibar lambai merah putih dipancang tinggi
Ada hanya memasang ranting terlilit kain di tanah bersampah, tak berumah
Mereka tidak di tutup kasta, selama lain mereka peka
Bukan pula tradisi hak lebih dicuri, malu
Ntah khilaf atau hanya ingin merasa berjuta-juta
Ingat, ini negara hukum sebelum bangsa dihukum
Barangkali terselit tanya memupuk di hati
Apa masih ditunggu merdeka babak kedua
Atau saat bermain tukar keras senang hidup
Jangan bermodal kata, tapi yang terbuka hati
Berlapang dada saja tak becus disana, yang berjas mahal
Saut-menyaut kepentingan diri, mundur saja
Adil saja di kasih sayang, hingga mati berlaku
Bersamalah laksana merdeka, bencikan apatisnya
Bayang-bayang asa kejari siram hingga nyata
Doa terundang di empat lima
Hadiri saja meski jalan tetap berliku
Jakarta, 14 Agustus 2015
Komentar
ini adalah sebuah puisi
ini adalah sebuah puisi tentang arti kemerdekaan Indonesia di umur yang sudah terbilang tua
tenggut
Tulis komentar baru