Tampil dengan sajak “Pelajaran dari Guru yang Buta dan Murid yang Tuli” untuk melawan para penyair dari berbagai negara, akhirnya Nana Riskhi Susanti meraih predikat Penyair Panggung Terbaik II Asia Tenggara. Gelar tersebut diraih oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unnes yang tinggal menunggu wisuda Mei mendatang itu pada ajang Tarung Penyair Panggung Asia Tenggara di Tanjungpinang Kepulauan Riau, 14-16 April 2011.
Kegiatan tersebut, berdasarkan rilis penyelenggara, bertujuan mengangkat marwah pemanggungan puisi, menemukan sosok penyair ideal yang juga mampu membacakan sajaknya secara kreatif dan khas. Karena itu, penilaian meliputi isi puisi, teknik pembacaan, dan inovasi pemanggungan.
Dalam pertarungan kreatif yang diikuti 50 penyair yang merupakan wakil negara-negara anggota ASEAN serta wakil dari semua provinsi di Indonesia itu, Nana harus mengakui keunggulan Jefri al Malay (Bengkalis, wakil Singapura) sebagai terbaik pertama.
Meski demikian, Nana yang lolos pada babak final bersama tiga penyair lainnya dari Jawa Tengah, Apito Laire (Tegal), Ashari (Jepara), dan Ulil (Kudus), mencatatkan diri sebagai penyair termuda.
Sekadar catatan, pada ajang Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) 2010 lalu, Nana menyumbangkan “medali emas” pada nomor baca puisi putri dan “perunggu” lewat tulis puisi. Hanya beberapa hari sebelum dinyatakan lulus pada ujian skripsi bulan lalu, Nana juga meloloskan dua proposal sekaligus yang dibiayai Dikti: penelitian dan pengabdian.
Hasil lengkap Tarung Penyair Panggung: juara I-III Jefri al Malay (Singapura), Nana Riskhi Susanti (Jawa Tengah), Badrus (Tanjungpinang, Kepri). Tiga unggulan (harapan): Krisna Pabicara (Bali), Raudah Jamlah (Medan), dan Fauzi (Tanjungpinang).
Komentar
Tulis komentar baru