ketika politisi berpuisi
alih alih orasi
caci dan maki
PEREMPUAN JALANG, 1
Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala
senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan
IRAMA NAN BERSENANDUNG
Kemirau @ Sang Murba
“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.
peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas
pemilik langkah yang enggan mundur
walau udara memanas di dalam kepala
sebenarnya aku ingin berbakti padamu ibu
seperti suara hati yang begitu menggelora
dengan sejuk penuh ketulusan
tapi ternyata
PANTUN
Kertas dibawa untuk ditulis
Benang warna dibuat katun
Orang yang suka menulis
Yakinlah Lewat Doamu
Dia yang maha tahu segala isi hati
Teruslah melepas doa-doa untuknya
seorang yang masih engkau nantikan
ingin kugoreskan segala rasa
tapi terkadang juga harus menimbang dengan rasa
karena bisa jadi akan menyinggung rasa orang lain
ingin kugoreskan dan kubuka segala rasa
aku kembali mencoba mencari suaramu
yang kian lama kian terdengar sayup
atau bahkan kadang seperti menghilang
sebenarnya kutahu engkau masih tetap bersuara
Mengapa aku berdiri sendirian, murung dan tertegun
Lalu mengapa kau seolah tau tentap apa yang aku rasakan dan aku pikirkan
aku hendak memanggilmu untuk duduk di sini
agar sepi mampu kutukar dengan damai
tapi nyatanya suaraku tak lagi sampai
unjung jemarikupun berat untuk menggapai
aku sebenarnya ingin menyapamu
tapi kini aku menjadi ragu
karena sepertinya kau tak mengenaliku lagi
atau mungkin engkau tengah bersembunyi
kembali kuruntut lintas perjalanan kita
kutuangkan menjadi sebuah novel
kukumpulkan tebaran puisi tentang kita
kurangkai dalam kumpulan puisi
Komentar Terbaru