Skip to Content

KETIKA POLITISI BERPUISI

ketika politisi berpuisi

alih alih orasi

caci dan maki

Perempuan Jalang

PEREMPUAN JALANG, 1

 

Di perempatan kota, sepasang mata jalang menyala

senyum-senyum mungilnya hangus terbakar tanduk-tanduk kerisauan

IRAMA NAN BERSENANDUNG

IRAMA NAN BERSENANDUNG

Kemirau @ Sang Murba

 

“HAIRAN sungguh aku dengan orang sekarang!” Rasa kesal jelas terpancar di wajah Long Nah. Segala yang terbuku di hatinya selama ini bagaikan tidak tertahan-tahan lagi.

Molotov Terakhir

peluru melesat. menerobos kulit yang asing. menembus dada berdetak tegas

pemilik langkah yang enggan mundur

walau udara memanas di dalam kepala

ombiKETIKA POLITISI BERPUISIJoan UduPerempuan Jalang
KemirauIRAMA NAN BERSENANDUNGSalman ImaduddinMolotov Terakhir

Karya Sastra

Hujan Emas

Cerpen : Saiful Bahri

Hujan Emas

Ahuuuiii….pada akhirnya hujan emas ketiban jua menyiram kampung kami, setelah lelah melapuk diganyang hujan badai, hujan pelor, hujan darah, hujan mayat, yang menderaikan linang pedih air mata bermasa-masa. Namun, pada ujung-ujungnya nikmat jua yang terdekap, hujan emas pula yang menyekap.

Keranda Raya

Sudah 7 purnama Keranda Raya itu menganga di pelataran serambi istana. Sore hari nanti Keranda Raya akan ditutup, setelah sesak disumpal berjejal-jejal sampah daki dunia seluruh penghuni negeri itu. Sungguh buruk dan busuk isi itu keranda, ketika kucoba urug dan aduk-aduk adanya.

Angin Mati

Konon pada suatu masa tergurat sebuah kisah tentang negeri tanpa angin. Begitu lengang dan kaku negeri itu; tak ada riak air di danau, tak ada lambai nyiur di pantai, tak ada tarian rumput dan kibasan pucuk cemara di bukit, tak ada terbangan debu di jalanan, juga tak ada desau angin dari desah dan dengus nafas. Celakanya lagi AC dan kipas angin semuanya mengulah kehilangan fungsi. Mereka jadi rongsokan yang sangat bohong. Angin mati sempurna dalam kematiannya!

Taman Rindu Tak Sampai

Dalam rintik hujan berangin pagi itu, Said yang lelah, lusuh dan tua terperangah di sudut utara taman itu. Jengah, pangling, miris, haru, pilu, ngilu, kecewa, rasa-rasa tak mungkin, rasa-rasa tak percaya bergolak-golak dalam dada, lalu melesat dan mendesing-desing di batok kepala Said.

Sajak Pena

Ku ini penari

tapi tak pintar menari

Ku menari bukan di atas panggung

Tapi, ku menari di atas selembar kertas putih

 

Kadang ku dipuja-puja tapi,

Api Benci

Ku sangat membencimu

bahkan lebih dari apapun

Ku selalu menginginkan kematianmu

Lebih dari apapun

 

Ku memberikan sebuah pilihan kepadamu

Manusia Gerobak

Melangkah tanpa alas kaki

sambil mendorong gerobak air

Panasnya jalan pukul dua belas siang

Seakan tak dirasakan ketika dia tersenyum

Kataku,

Pulanglah Ayah

Sembilan tahun sejak hari itu

Tak lagi kulihat wajahmu

Ayah...

Recehan adalah harga diriku

Karna recehan juga kau menghempaskanku

Ayah...

Teriakan Hati!

Mengapa harus begini

Berhari-hari tanpa perkataan

Aku benci!

Kau egois!

Rasakanlah perasaanku

Sungguh,

Hanya engkau yang ada di hatiku

Kursi

Hei!

Kursi itu buat duduk

Jangan engkau naiki degan sepatu penuh debu

Kamu tahu,

Dia ada karna tetesan peluhku.

Sindikasi materi

Bookmark



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler