Majalah Sastra Horison berhenti terbit dalam bentuk cetak dan kini hanya bisa dibaca secara online. “Seirama dengan perkembangan teknologi masa kini, maka Horison cetak resmi beralih ke Horison Online mulai hari ini,” kata salah satu pendiri Horison, Taufiq Ismail, dalam peringatan 50 Tahun Horison di Taman Ismail Mazuki, Jakarta, Selasa, 26 Juli 2016.
Menurut Taufiq, biaya untuk penerbitan Horison cetak itu besar sekali. Berbeda dengan online. “Untuk online biaya itu tidak sedemikian besarnya,” ujar Taufiq. Selain itu, pesebaran online menjadi jauh lebih luas. Ia mempermaklumkan bahwa peralihan cetak ke online tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga terjadi di seluruh dunia.
Sebetulnya, menurut Taufiq, Horison Online sudah ada sejak beberapa tahun lalu. Gagasan itu datang dari Amin Sweeney, seorang ahli bahasa Melayu. Kala itu, Taufiq tidak paham dan tidak begitu bersemangat. Namun Sweeney menyakinkan bahwa dunia online itu penting untuk masa depan. “Maka dibuatlah Horison Online. Berkembang terus, berkembang terus, sampai saat ini,” ujarnya.
Horison Online sempat beberapa lama dipimpin oleh Sweeney, sebelum ia meninggal. Adapun Pemimpin Redaksi Horison Online kini adalah Sastri Sunarti. Horison Online sempat terhenti untuk beberapa lama, salah satunya karena adminnya meninggal dan pasword-nya tidak diketahui. “Sempat vakum beberapa bulan. Dan inilah tampilan baru Horison Online,” kata Sastri saat sesi peluncuran Horison Online.
Majalah Horison terbit pertama kali pada Juli 1966. Pendirinya adalah Mochtar Lubis, PK Ojong, Arief Budiman, Zaini, dan Taufiq Ismail. Pemimpin Redaksi Majalah Horison Jamal D Rahman mengatakan logo majalah Horison dibuat oleh pelukis Zaini. “Logo Horison dari awal sampai sekarang dan seterusnya akan seperti ini,” ujar Jamal yang dikenal sebagai penyair ini.
Acara ulang tahun Horison diwarnai dengan musikalisasi puisi, pembacaan cerpen, pemutaran video tentang Horison, dan orasi budaya Emha Ainun Nadjib. Dalam kesempatan itu, Emha menilai peralihan Horison dari cetak ke online merupakan langkah tepat dengan menyasar pembaca generasi milenial. Menurut Emha, generasi millennial banyak mendominasi perilaku kebudayaan sekarang. “Mereka IT- addict.”
Komentar
Tulis komentar baru