Kelopak Mata Lucia
Candra Lesmana
Warna cemasmu yang perak
Telah menjadi awan
Telah menjadi hujan
“Kenapa bisa demikian?” tanyamu penasaran.
Di sini memang hidup tak pernah memiliki arti
Selain doa—manusia tidak memiliki apa-apa
Kecuali cumbuan api
Dan kobar berahi
Kecuali amsal harapan
Dan fananya pertanyaan
Lucia Montantinose—kau siapa? Kaukah rembulan dari langit Samba yang konon lebih mengerikan dari Amazon. Dunia yang penuh dengan kematian. Dunia yang penuh dengan ketakutan. Ya, begitulah yang bisa aku gambarkan. Selain itu; Aku hanya tahu matamu
Tasikmalaya, 17 Safar 1442 H
Di Desa Paling Kiri—Dari Giri
Candra Lesmana
Ada beberapa petak sawah Yang pernah diairi—air mata petani. Dan satu di antaranya air mata moyangku yang kini menjadi tanah gembur nan subur, sisa tumpahan darah dan nanah Kematian! Kesepian.
Tasikmalaya, 18 Safar 1442 H
Komentar
Tulis komentar baru