“Pak..., doakan aku agar aku mudah menggapai cita-cita. Aku akan telah memulai usaha kecil-kecilan di samping melanjutkan studi,” ungkap Fani pada ayahnya memecah keheningan ketika keduanya istirahat di sela-sela menyiapkan beberapa kelengkapan Fani yang akan berangkat meneruskan studi ke luar pulau.
Pak Surya yang duduk bersandar di kursi kayu diam sejenak dan menghirup nafas dalam-dalam. Kemudian sambil tersenyum dan menatap Fani yang duduk di tikar di antara barang-barang yang belum selesai di kemas, yang tepat dihadapannya menjawab, “Gini nduk..., sebenarnya tanpa diminta hampir setiap orang tua, apalagi kita sebagai muslim, mesti senantiasa mendoakan anaknya.”
“Bahkan bagi bapak doa adalah sumber kekuatan pendorong dan penerang setiap langkah, baik untuk ayah sendiri, semua anggota keluarga. Disamping itu ayah juga merasa wajib untuk mendoakan nenek berserta kakekmu sebagai penerang jalan di alam barzah,” lanjut Pak Surya.
Fani dan pak Surya kembali meneruskan pengemasan barang ke dalam dua buah koper yang akan di bawa Fani dua hari kemudian.
“Nduk..., kode kunci koper apa sudah di buat sama seperti pesan bapak kemarin,” tanya Pak Surya pada Fani
“Sudah pak...,” jawab Fani singkat sambil memilah barang.
“Nduk..., dalam pemahaman bapak doa untuk orang tua untuk anaknya bukan memohon jalan yang mudah untuk menggapai cita-cita,” lanjut pak Surya sambil membantu Fani memilah barang.
Fani diam dan hanya menatap wajah bapaknya dengan penuh tanda tanya. Ia berfikir bapaknya kok begitu beratnya dimintai tolong hanya untuk mendoakan kemudahan anaknya.
“Lho pak kok begitu...,” sanggah Fani sambil menatap tajam bapaknya
“Kenapa... Apa ada yang kurang pas dengan jawaban bapak?” tanya pak Surya.
“Gini lho..., kamu kan sudah lepas SLTA. Jadi bapak coba untuk berfikir lain dengan anak-anak seumurmu,” lanjut Pak Surya.
Fani diam dan belum mengerti apa yang dimaksud bapaknya. Suasanapun hening sejenak dan aktivitas pengemesan barungpun terhenti. Fani menunduk dan seakan kebingungan yang menyusup dalam hatinya.
“Fan..., setiap orang sepanjang perjalanan hidupnya mesti menghadapi tantangan. Bahkan tantangan itu berubah detik demi detik. Setiap tantangan merupakan masalah yang harus diselesaikan. Contoh sederna yang baru saja kita hadapi, pada mulanya barang-barang yang kamu siapkan tidak cukup untuk dimasukkan dalam dua koper. Tapi setelah kita bongkar, kita kemas kembali, akhirnya semuanya bisa masuk, dan bahkan masih bisa di tambah barang lagi,” ungkap Pak Surya kembali memecah keheningan.
Fani kembali mendongak dan menatap wajah bapaknya yang nampak begitu santai.
“Terus apa hungannya dengan doa yang Fani mohonkan tadi,” tanya Fani.
Sambil kembali tersenyum Pak Surya menegaskan,”Seperti pada kedua kakakmu, bapak mendoakanmu bukan untuk kemudahan. Tapi doa bapak adalah agar kamu diberi kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah yang tengah kamu hadapi dengan tetap berada pada jalan yang di ridhoi Alloh.”
Raut muka Fani yang sebelumnya kusut seketika berbinar mendengar penegasan bapaknya dengan spontanitas mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Mengerti kira-kira yang dimaksudkan bapak,” lanjut Pak Surya.
“Belum sepenuhnya pak,” jawab Fani singkat.
“Begini..., dengan doa bapak seperti itu, bilamana terkabul maka dalam dirimu akan tumbuh keberanian, banyak inisiatif dalam memecahkan masalah, dan dapat menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah. Ini filosofi bapak,” tegas Pak Surya.
“Lho kok pakek bilamana terkabu,” tanya Fani.
“Apa bapak kurang yakin dengan doa yang bapak panjatkan,” lanjut Fani menegaskan.
“Bukan yakin dan tidak yakin. Kalau itu bapak sangat yakin,” jawab Pak Surya
“Tapi kita juga perlu menyadari, bahwa medoakan seseorang itu sama dengan menuangkan air pada gelas yang dimiliki oleh orang yang kita doakan. Jika kita menuang air, sementara gelas orang yang akan kita beri air tertutup kan tetap tidak bisa tergapai,” tegas Pak Surya.
Fani hanya mengangguk-angguk meski sebenarnya masih juga belum bisa memahami apa yang disampaikan bapaknya.
“Jadi ada syarat doa kita untuk orang lain bisa terkabul. Yang pertama doa yang kita penjatkan harus setulus hati. Dan kedua orang yang kita doakan juga mampu membuka hatinya sehingga dengan izin Alloh dapat dengan mudah doa itu merasuk,” lanjut Pak Surya menegaskan.
“Baik Pak..., Fani kian mengerti. Insya Alloh saya usahakan agar hati sebagai wadah doa terus dapat aku bersihkan,” ungkap Fani.
“Bagaimana membersihkannya?” tanya Pak Surya
“Ya dengan banyak istighfar pak!” jawab Fani
“Betul..., tapi masih kurang lengkap,” tegas Pak Surya
“Ya tentu diawali dengan berbagai kalimat thoyibah,” tambah Fani
“Betul..., tapi ada lagi yang seringkali terlupakan dan kurang disadari, terutama anak-anak saat ini,” ungkap Pak Surya.
“Apa itu pak..?” tanya Fani.
“Ada kewajiban anak terhadap orang tua agar hati ini terbersihkan. Yaitu doa yang terus menerus dilantunkan. Sekali lagi, itu wajib dan merupakan perintah langsung dari Alloh. Dan jika itu sudah kamu lakukan maka ada keterikatan hati yang kuat dengan bapak dan juga almarhumah ibumu. Dan dengan begitu doa bapak akan segera menyatu dalam hidupmu,” jawab Pak Surya menegaskan.
Wajah Fani kian berbinar. Semangat hidupnya semakin menguat. Tekad untuk meneruskan studi sambil mengembangkan usaha serasa memperoleh dukungan penuh bapaknya.
“Kemampuan menghadapi setiap tantangan adalah senjata kesuksesan menggapai cita-cita,” bisik Fani dalam hati.
“Terimasikasih bapakku tercinta, kini kegalauanku berubah menjadi sebuah keyakinan. Aku seperti tanaman yang baru saja dipupuk dan diguyur hujan yang membawa berkah,” bisik Fani selanjutnya.
Komentar
komentar
Cerpen yang sederhana mudah dicerna,namun mesan moralnya sangat bermanfaat
Tulis komentar baru