Jakarta – Perubahan zaman yang begitu cepat membawa pengaruh besar terhadap perilaku generasi muda, khususnya Generasi Z, yang tumbuh di era teknologi digital dan globalisasi. Meski mereka dikenal sebagai generasi yang kreatif, terbuka, dan tanggap terhadap perkembangan teknologi, ada sisi lain dari perilaku Gen Z yang membuat banyak orang merasa prihatin. Generasi ini, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, semakin jauh dari nilai-nilai tradisional dan norma sosial yang dulu begitu dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
Hilangnya Adab dan Etika Sosial
Salah satu hal yang paling mencolok adalah perubahan drastis dalam cara anak muda Gen Z bersikap terhadap orang tua dan sesama. Adab sopan santun yang dulu menjadi pondasi dalam setiap interaksi, kini semakin memudar. Banyak orang tua merasa sedih melihat betapa kurangnya rasa hormat anak muda zaman sekarang terhadap mereka yang lebih tua. Penggunaan media sosial sering kali membuat mereka merasa lebih superior, menganggap diri lebih tahu hanya karena akses terhadap informasi yang luas.
Sebagai contoh, tak jarang kita melihat anak muda lebih sibuk dengan ponselnya daripada berinteraksi dengan keluarga saat berkumpul. Mereka kerap kali lupa bagaimana menjaga etika berbicara, bahkan di depan orang tua. Citra sopan dan rendah hati yang dulu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, kini perlahan-lahan tergeser oleh kebiasaan individualisme yang semakin dominan.
Ketergantungan pada Teknologi dan Media Sosial
Kemajuan teknologi memang memberikan banyak manfaat, namun di sisi lain, juga menciptakan ketergantungan yang luar biasa pada dunia maya. Anak-anak muda Gen Z banyak yang menghabiskan waktunya berjam-jam di media sosial, hingga terkadang melupakan kehidupan nyata dan tanggung jawab mereka. Dari bangun tidur hingga sebelum tidur, ponsel pintar menjadi teman yang selalu ada, bahkan menggantikan interaksi sosial yang nyata.
Tidak hanya itu, maraknya budaya "selfie," konten viral, dan mengejar popularitas di media sosial sering kali membuat mereka lebih mementingkan citra diri secara online daripada kehidupan nyata. Sering kali, tindakan atau perilaku hanya dilakukan demi mendapatkan likes atau followers, tanpa mempertimbangkan nilai moral atau dampak jangka panjang dari perbuatan tersebut.
Degradasi Nilai-Nilai Tradisional
Perubahan perilaku ini tidak hanya terbatas pada hubungan antarindividu, tetapi juga dalam hal memahami dan menerapkan nilai-nilai tradisional. Banyak tradisi lokal, adat istiadat, hingga kebiasaan yang dulu dijunjung tinggi kini dianggap kuno atau tidak relevan oleh anak-anak muda Gen Z. Mereka lebih cenderung mengikuti budaya global yang dianggap lebih modern dan keren, tanpa menyadari bahwa budaya lokal adalah bagian penting dari identitas mereka.
Banyak yang mulai melupakan pentingnya upacara adat, kebersamaan dalam keluarga besar, hingga penghormatan terhadap leluhur. Ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para orang tua dan sesepuh yang melihat generasi penerus bangsa ini mulai menjauh dari akar budayanya sendiri.
Harapan di Tengah Keprihatinan
Namun, di balik keprihatinan ini, masih ada harapan bahwa generasi Z akan mampu menemukan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan menjaga nilai-nilai tradisional. Banyak anak muda yang sebenarnya masih peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, dan mereka juga memiliki potensi besar dalam membawa perubahan positif bagi bangsa. Tantangannya adalah bagaimana mengarahkan mereka agar tidak melupakan jati diri dan budaya, di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi.
Penting bagi orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat untuk terus mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda ini, sembari memanfaatkan teknologi sebagai alat yang mendukung, bukan menggantikan, interaksi sosial yang sehat dan berbudi pekerti.
Meski sedih melihat kelakuan sebagian anak muda saat ini, kita juga tidak boleh putus asa. Dengan bimbingan dan pendekatan yang tepat, Gen Z masih memiliki peluang besar untuk menjadi generasi yang tidak hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga penuh etika, menghargai budaya, serta menjaga hubungan antar sesama.
Komentar
Tulis komentar baru