Pesta kematian yang berangsur terpapar pada lembar koran, menyudahi rasa kegelisahan akan surga yang perlahan hilang, oh Tuhan, bagaimana mungkin hidup hanyalah hiruk pikuk yang mencoba melepaskan diri dari rasa tenggelam di laut air mata manusiamu. Oh, pangeran kemana semua ayat-ayat apimu, yang mampu membakar semua congkak dan nafsu manusia-manusia keji yang senantiasa mampu hidup abadi?
Di mana ayat-ayat sucimu yang seharusnya terbang melayang mendamaikan sanubari hati?
Di mana para nabi yang penuh mukazizat, penuh kelembutan untuk memutuskan hukum dalam penganiyayan yang terjadi di muka bumi
Malaikat-malaikat yang menyerah ketika ketiadaan yang di hadapkan menuju makkah, ketika ketidakadilan harus di bujurkan ke utara dan di shalatkan lalu serentak menyerah pada kata amin.
Ya rabb, kemarilah senantiasa menjela manusia yang bersimbah darah. Mengulurkan pengampunan pada kami
Ya rabb, datanglah dengan murka, membangkitkan jiwa yang nelangsa atas tabiat-tabiat mangsa yang tak kunjung mereda
Sawa-sawah yang hilang
Pemukiman yang hilang
Kemanusiaan yang hilang
Nurani yang hilang
Hidup kami telah mati, terancam besi-besi manunggal tinggi,
Hidup kami telah tiada di pancung bencana dan rencana
Hidup kami hanya senantiasa menunggu penjelmaan dosa menjadi doa yang terus di lafalkan dari mulutku hingga mulutmu, tak henti-henti berdenyut dalam surga yang entah terletak pada neraka atau dunia
Bajingan, nafsu yang menggerutu mengucup, menggali mejadi ukuran tubuh kita yang sebentar lagi membusuk, menjadi teriakan lara yang terus menyala menembus batu nisan yang di bangun kokoh oleh keluarga dan doa-doa atas pengampunan yang engkau beri
Bajingan, jika nanti istri dan anak cucu kami harus rela berjanji terpasung mati, atas kemanusiaan yang sudah terjual, dan di jual belikan
Lalu dimana tubuhmu Tuhan, aku ingin menyembahmu di setiap waktu, sekarang atau nanti aku akan mati lalu mohon ampun kepadamu, merengek kesakitan, menangis kegirangan
oh tuhan, kematianku telah kau genggam, tunggu doa-doa kami yang senantiasa menuju pada tempatmu, surgamu
ampuni kami
ampuni kami
ampuni kami
Komentar
Tulis komentar baru