Jakarta, 28 September 2024 – Kemiskinan di Indonesia semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan yang berdampak pada kesenjangan ekonomi dan sosial. Laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan nasional mencapai 10,2% pada pertengahan 2024, naik dari 9,7% pada tahun sebelumnya. Faktor utama yang disoroti adalah akses pendidikan yang tidak merata dan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan oleh sistem pendidikan saat ini.
Pakar ekonomi dan pendidikan menyebutkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Kurangnya tenaga pengajar berkualitas, minimnya fasilitas pendidikan, serta kebijakan yang belum mampu menyentuh akar permasalahan pendidikan di daerah terpencil menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan. Akibatnya, banyak anak-anak di Indonesia, terutama dari keluarga miskin, tidak mendapatkan pendidikan yang memadai sehingga sulit bersaing di pasar tenaga kerja.
"Kualitas pendidikan yang rendah menciptakan lingkaran setan kemiskinan. Anak-anak yang lahir dari keluarga miskin, tanpa akses pendidikan berkualitas, cenderung sulit keluar dari jerat kemiskinan karena mereka tidak memiliki keterampilan yang diperlukan di dunia kerja modern," kata Dr. Susanti, seorang ahli pendidikan dari Universitas Indonesia.
Data yang ada juga menunjukkan adanya korelasi antara pendidikan rendah dan kemiskinan. Banyak lulusan sekolah menengah yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi atau program kejuruan yang bisa meningkatkan keterampilan mereka. Akibatnya, mereka hanya bisa mengakses pekerjaan dengan upah rendah, memperparah kesenjangan ekonomi di masyarakat.
Pemerintah sendiri telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui berbagai program, seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan beasiswa untuk siswa berprestasi. Namun, upaya tersebut dianggap belum cukup untuk mengatasi akar permasalahan. Masalah anggaran, korupsi, serta distribusi yang tidak merata masih menjadi tantangan besar yang dihadapi pemerintah dalam memperbaiki sistem pendidikan.
"Kita membutuhkan pendekatan yang lebih menyeluruh, bukan hanya memberikan akses pendidikan, tetapi juga meningkatkan kualitas pengajaran, memperbaiki infrastruktur pendidikan, serta memberikan pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja," ujar Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim.
Meningkatnya angka kemiskinan akibat rendahnya mutu pendidikan memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Tanpa perbaikan di sektor pendidikan, Indonesia berisiko kehilangan generasi muda yang produktif dan berpotensi untuk memajukan perekonomian negara.
Pemerintah diharapkan dapat segera mengambil langkah-langkah yang lebih konkret dalam meningkatkan akses dan mutu pendidikan, terutama di wilayah-wilayah yang tertinggal, agar kesenjangan sosial dan ekonomi dapat ditekan, serta masyarakat miskin memiliki peluang yang lebih besar untuk keluar dari jerat kemiskinan.
Komentar
Tulis komentar baru