Skip to Content

Puisi

Foto Hisyam billya alwajdi

Apa kata angin

 

October 03, 2020

 

SEPERTI BURUNG DALAM AKUARIUM

 

Interlude

Wajah yang mengenang sebagai kenangan,nafas yang mengalir sebagai sungai,datanglah seperti sekawanan burung dalam akuarium,ku persembahkan padamu bumi yang di huni para rahib

Bau nafas matahari

Yang tajam dan hitam menyengat

Seperti kaldera pada bulat kawah candradimuka

Oinarle ada baiknya kita membenamkan diri di selaksa bunga

 

 Oinarle luka keringku ketika awan  berhamburan kearah kita

“Apakah cahaya  bisa memusnahkannya?”katamu

Boleh jadi senandung dari bisu batu

Arif menindihnya

 

Di bumi yang lain

Sebuah aroma musim panas yang kental

Tiba-tiba mati dari lengking kanak-kanak

Akankah pancaran cahaya seperti celah golgota

 

“Ini adalah siang dimana dingin di awetkan dan rentang waktu seperti dikebiri,masih adakah cinta disini?kenangan brengsek tumpah juga pada ahirnya ketika angin merampas puisi yang kudendangkan”suara dari kedalaman jiwamu

 

2020

 

 

DI KEDALAM JIWAKU

Buat Oinarle

 

Di kedalaman jiwaku tumbuh berjumbelan pepohonan

Yang bersulur cahaya

Nampak nyata

Tapi gaib juga

Di relung jiwaku

Ada suara mu mengiang

Tiba-tiba hanyut ke ceruk kenangan

Di kaldera jiwaku

Hadir sesosok hitam

Sambil memegang bejana

Dia hisap cahaya di sekitarnya

Ku coba menghentikannya

Namun sia-sia

Ia malah menyeretku

Ke jurang kalbumu

 

2020

 

 

 

 

 

 

 

JANE

 

Jane...

Bangunkan aku saat fajar sudah merekah sempurna

Saat burung-burung terbang berkeliaran di hamparan awan

Bangunkan aku jane

Ketika embun bermanja-manja pada kelopak bunga

Sampai keduanya runduk dalam lena

Jane,janey...aroma musim panasku

Bangunkan aku...

Ketika kuda jantan siap pacu

Sudah meringkik,jumpalitan ekornya

Lalu siapkan sanggurdi buatku

Supaya tak manjal-manjal kakinya

Supaya nafasnya semakin memburu dalam kendaliku

Tapi jane...

Jangan bangunkan aku di sisi epitaf

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SAJAK-SAJAK BUAT OTTO

 

I

Ia sehelai daun

Yang takkan tanggal meski dicambuk angin

Angin yang tajam,kusam dan berdebu

Dia itu sebongkah batu

Takkan lapuk di kikis waktu

Embusan nafasnya melukis angin

Membentang diantara sabana-sabana yang gersang

 

II

Lelaki itu memunggut cahay yang jatuh dan rebah dipanggkuan tanah sambil menyeka airmatanya ia berkata”sebaik-baik cahaya ialah yang memberi kesempatan kegelapan terjelma”

 

III

Siul suaramu

Adalah angin yang menghembus

Sabana gersang hatiku

Alunan nasehatmu

Adalah kokok ayam di pagi buta

Membangunkan harapan,berpendaran

Wajah dan senyum basah mu

Adalah rembulan nominous

Adalah bunga camelia

Senantiasa melulur cahaya

2020

SEBUAH NOT

 

B                     lya                   lapan                kitakia                                    

            il                      kege                 yakita              cahaya

m                     gki                   henti                ndekat

            un                    ntak                 hentin              dengan

 

                                                e

                                    b                      n

a                      e                                              a                      n

p          s                                                                       r           y

i                                                                                               a

 

 

 

2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIARKAN

 

Biarkan aku membunuh janji waktu

Yang mengores sederhana di atas sukmaku

Dan ku biarkan dirimu

Mengikis-ngikis angin

Yang berkecambuk di nafas-nafas palsuku

Biarkan...

Biarkan...

Aku berlayar mengarungi nasibMu

Yang gelap genderang slalu

Biarkan ku jaga

Seluruh rasa

untukMu saja

 

2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PADA KEMATIAN PAK SUWARNO

 

Sinar bintang di perah

Bulan berdarah

Karang,gelombang gelisah

Kabut yang menodai langit

Tumpah ruah,megah

Dan burung-burung bergegas pulang

Ke sarang

Suara nyeri

Suara tersengal

Bersatu di rerumputan

Terlontar dari bibir terjal mereka

Ketika mengulum racun dunia yang manis

 

 

2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SERENADE III

 

Pada sebuah senja yang tak rela lenyap diantara

Paras malam yang kudus

Ada angin tua mengambang pelan

Entah kemana tempuh itu

Kemaraupun lekas bergegas

Menjemput kembali dingin yang sedang menangis

Di panggkuan musim

 

Di kota

Temaram menyisih sgalanya

Gedung-gedung meredup semua

Perlahan-lahan hujan meriap nyanyian

Burung-burung hinggap kemudian rapatkan sayap

Selepas menembus anak panah

yang bergumul di cakrawala

bersama jejak sayapnya

yang arif mengepak

 

Patung- patung itu menari di depan seorang lelaki

Seketika cahaya kecil menyusup di celah-celah gelombang

Karna di kejar lindap bayang-bayang

 

2020

 

 

THESEUS

 

Melempar tatapan ke arah theseus

Aroma kenikmatan muncul dimana-mana

Ketika ia letuskan sari kehidupan

“di kotaku banyak tersaji lubang penawar kenikmatan sekaligus mawar yang durinya bisa di rontokan dengan sentuhan pangkat dan jabatan”

“di kotaku gairah panas mu kan tersalurkan,segera tanpa kekangan”

“theseus,adakah birahi ini selesai bersama tersungkurnya monitaur”

Theseuspu n terbang dan mengambang diatas paras rembulan

Di iringi jerit dan tangis penuh kesakitan

 

 

2020

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lagu: Kepada cinta

 

 

Rupa-rupanya

Cinta slalu bermukim diteguh tekadku

Cinta yang bening

Menguyur sukmaku yang kering

Cintalah yang sanggup

Memerdekakan jiwaku dari tawanan kebencian

Dan keserakahan

Cintalah yang merampas duka,lara di dada

Cintalah yang membasuh nganga luka

Membalut lubang demi lubang

Di setiap kemiskinan mendera

Cinta

Mengalir deras

Melewati taman bunga sekaligus bukit cadas

Lalu merambat ke pepohonan

Membuahkan bunga-bunga keikhlasan

 

 

2020

 

 

 

 

 

Dek yuni

 

Lanit suwung itu mengunci nyalang pandangmu

Gemulung awan begitu pupuh terlentang

Sebongkah batu yang abadi ini

Akan di angkat ke langit

Pada suatu hari nanti

Tidak

Tida

Tid

Ti

T

Katamu bersikukuh,kata itu berus berlayar di urat-urat otakku

“menikahlah dengan ku”katamu

Apa ini kalimat sihirmu

Yang mampu

Mengetarkan

Jiwaku

 

Lima pemimpin itu tercengang,menyaksikan kekuatan maha dashyat,yang tak tercatat dalam literature sejarah manapun,ada yang terpaku,ada yang membisu,ada pula yang gemetar di hembus sang waktu,tiba-tiba orang yang paling sepuh di antara mereka berkata dengan lantang,suaranya menyusup di angin,lalu melesat ke langit memahat arakan awan kemudian turun lagi ke bumi,suara itupun meluas melingkupi hampir sepertiga penjuru bumi,mendekap,merangkul,kekasaran wadang di badan,wadang di jiwa,wadang di nurani,dan ahirkan memecah keheningan di hati,Suara itu menjelma,sebuah entitas yang sanggup menyibak cadar cahaya,menyulut api tekad yang nyaris padam dan menaifkan pesimisme yang terbit,memotong urat syaraf yang menjalarkan ketakutan demi ketakutan di tubuh manusia,sekali lagi,suara itu menjelma,sebuah entitas yang bisa menyibak cadar cahaya"Kita memang di timpa kegelapan tak habis-habisnya,tapi sebenarnya kita semakin dekat dengan cahaya

HISYAM AL

Archive

Report Abuse

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler