Penghargaan Cerpen Kompas 2011 digelar Senin malam (27/6) di Bentara Budaya Jakarta. Seno Gumira Adjidarma terpilih sebagai pemenang penghargaan tersebut dari karyanya Dodolitdodolitbret.
Arif B. Prasetyo, kritikus sastra mengatakan, karya Seno terpilih karena memiliki keunikan. "Karya Seno hanya terdiri dari 40 alinea. Ketika membacanya saya bisa menemukan makna dari karya sependek itu. Makna yang paling menarik adalah bagaimana fakta dan fiksi itu bisa bersatu," ujar Arif usai penyerahan penghargaan kepada Seno di Bentara Budaya Jakarta, Senin (27/6/2011).
Ketua panitia acara Putu Fajar Arcana, yang juga merupakan editor Kompas Minggu mengatakan, acara yang hanya dikendalikan oleh jaringan twitter dan facebook ini ternyata mendapat support yang luar biasa. "Cerpen mengatakan fakta-fakta dengan pendekatan estetika. Jika jurnalisme menyajikan fakta menjadi berita, maka cerpen mengolah fakta menjadi cerita," ujar Fajar dalam kata sambutannya.
Fajar menambahkan, sembilan hingga sepuluh cerpen diterimanya setiap hari. "Dalam setahun ada sekitar 3600 cerpen. Sebuah angka yang fantastis. Satu cerpen harus mengalahkan 69 cerpen lainnya baru bisa lolos," tambahnya. Dari 52 karya yang dimuat di Kompas Minggu selama satu tahun, ada 18 cerpen yang terpilih sebagai finalis malam ini. Dan hanya satu cerpen yang mendapat penghargaan Cerpen Kompas 2011 sebagai karya terbaik pilihan dewan juri.
Rikard Bagun, pemimpin redaksi harian Kompas yang hadir dalam acara ini mengatakan, Cerpen meskipun pendek, namun menggambarkan kompleksitas realitas kita. Rikard menyerahkan penghargaan kepada Seno Gumira Adjidarma sekaligus memberikan buku kumpulan cerpen kompas 2011. Karya Seno kemudian dipentaskan oleh Teater Garasi sebagai bentuk apresiasi terhadap karya cerpen terbaik pilihan kompas tahun ini.
Ke-18 cerpen terbaik itu adalah : 1. Pengunyah Sirih karya S Prasetyo 2. Ada Cerita di Kedai Tuak Martohap karangan Timbul Nadeak 3. Ada Yang Menangis Sepanjang Hari, karya Agus Noor 4. Kue Gemblong Mak Saniah, karya Aba Mardjani 5. Menjaga Perut, karya Adek Alwi 6. Di Kaki Hariara Dua Tahun Kemudian, karya Martin Aleida 7. Sepasang Mata Dinaya Yang Terpenjara karya Ni Komang Ariani 8. Klown Dengan Lelak Berkaki Satu, karya cerpenis Ratna Indraswari Ibrahim 9. Solilokui Bunga Kembajo, karya Cicilia Oday 10. Sonya Rury, karya Indra Tranggono 11. Tukang Obat Itu Mencuri Hikayatku, karya Herman RN 12. Ordil Jadi Gancan, karya Gde Aryantha Soethama 13. Rongga karya Noviana Kusumawardhani 14. Dodolitdodolitdodolibret karya Seno Gumira Ajidarma 15. Lebih Kuat Dari Mati, karya Mardi Luhung 16. Ikan Terbang Kufah karya Triyanto Triwikromo 17. Sirajatunda, karya Nukila Amal 18. Terakhir cerpen karya Budi Darma berjudul Pohon Jejawi. (KOMPAS)
Komentar
Tulis komentar baru