Skip to Content

Oktober 2023

tuntunlah pada jalan keberkahan-Mu

yang kuterima hari ini 

inilah yang menjadi bagianku

seberapapun, inilah bagianku

memang serasa kurang

tapi hati ini harus keras berjuang

air mata di antara ceria

hari ini tetap kubuka pagi dengan penuh keceriaan

tak sedikitpun galau, tak sedikitpun miris

seperti biasa aku mengikuti cerianya matahari

iri hati mengusik lagi

aku sendiri tak tahu kenapa kita jadi sama-sama diam

padahal kebersamaan telah lama kita pelihara

kita saling menjaga rasa

kita terus membangun mesra

meniti jalan sunyi

ia terlalu berat untuk menulis lagi

pena di tangan hanya diam terpaku

menggores lukisanpun tak bisa lagi

karena porak poranda hatinya

mari santai di sini

mari duduk santai di sini

di bawah rindang pepohonan di tepian sawah

kita lepas sejenak kepenatan

kita buang ketegangan yang kita buat sendiri

sampah

tak ada lagi gemercik air di sini

sungai ini telah kering 

dan berganti tumpukan sampah

rumputpun enggan untuk tumbuh

batas waktu

semua terpaku pada batas waktu

ada batas waktu untuk bersama

ada batas waktu untuk saling mencinta

ada batas waktu untuk saling membenci

ANAKANDA SEPI [versi bahasa Indonesia, Bali, dan Mandarin]

ANAKANDA SEPI

(sajak kebaktian)

Anakanda puan ada padaku.

Di mana? — Kan sini, kan situ.

Berapakah umur? — Kurun-kurun.

Siapa sebutan? — (kesepian)

retak

bila perjanjian perekat kebersamaan 

tidak lagi dihormati dan dijunjung tinggi

bila keadilan tak lagi dianggap adil

maka lihatlah bahwa kebersamaan telah retak

galau rindu

kutelusuri kembali potret kecantikanmu

dengan senyum yang manis

dan sorot mata yang merangkai kasih

untuk kembali menumpahkan galau rindu



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler