Skip to Content

KISAH BERUK 7 BERADIK

Foto Zarmoni

KISAH BERUK 7 BERADIK

                                      Oleh : Zarmoni            

Dongeng dari negeri Siulak Tigo Luhah Tanah Sekudung

 

Pada zaman dahulu kala, ditengah hutan rimba raya tinggalah sekelompok Beruk betina tujuh  bersaudara, masing-masing mempunyai anak dua ekor kecuali Beruk nomor tujuh yang masih gadis. Disaat pagi menjelma, mereka sibuk mencari ladang petani untuk dicuri. Setiap hari mereka selalu mencuri dan mengacak-acak ladang pak tani. Walaupun kadang kala, mereka harus dikejar oleh anjing atau dilempar oleh pak tani, namun kebutuhan hidup dan sudah menjadi tabiat mereka untuk selalu mencuri demi mengisi perut yang lapar.

Suatu hari, disaat senja menjelma, anak beruk pertama, yang masih kecil, duduk tersedu sedan seorang diri dipintu hutan menuju sarang mereka sambil menatap dikejauhan menunggu ibu dan ayahnya pulang membawa makanan.  Pertama-tama adik ibunya yang nomor dua pulang bersama keluarganya.

“Oi Mak Ngah, Amak dan Bapakku dimana wahai Mak Ngah..!” Seru Si Beruk Kecil dengan mata sayu melihat Mak Ngah (Beruk nomor dua) membawa pisang dan jagung. Air liurnya meleleh.

“Oi.. Anakku, anak Beruk Tuo (Beruk pertama), Amak dan Bapakmu masih dibelakang membawa ubi, pisang dan timun untukmu nak, sabar ya nak..!” jawab Mak Ngah dengan tergesa-gesa.

Selanjutnya, hari kian meremang, perut sudah keroncongan, namun ayah dan ibunya belum pulang jua. Akhirnya ia melihat keluarga Beruk nomor tiga.

“Oi... Mak Pandak (Beruk nomor tiga), Amak dan Bapakku dimana ya Mak Pandak? Kok belum pulang juga...?”tanya Beruk kecil tersedu-sedan.

“Ndih... anakku sayang, Bapak sama Amakmu masih dibelakang, membawa kacang, pepaya dan timun untukmu nak..” ujar Mak Pandak tergesa-gesa.

Anak beruk malang itu makin kelaparan. Lalu tiba pula Beruk nomor empat.

“Wahai Mak Putih (Beruk nomor empat), Amakku dimana ya Mak Putih? Kenapa belum pulang juga..?” rintih Beruk kecil memegang perutnya. Sementara Beruk nomor empat, berlari tanpa memperdulikan si Beruk kecil yang merintih.

Lama menunggu tiada juga tampak Ibu dan Ayahnya, ia menangis menahan lapar. Lalu datang pula Beruk nomor lima.

“Aduh... sakit.... Mak Knek.. (Beruk nomor lima) Amakku dimana ya Mak Knek...!” rintihnya menangis tersedu-sedan.

“Wahai Anak Tuo, Amakmu sebentar lagi pulang, sabarlah menunggu nak..!” teriaknya seraya meloncat kepohon tinggi.

Lalu datang pula Beruk nomor enam, ia berlari sambil meloncat meninggalkan anak beruk Tuo yang merintih menahan lapar. Lalu terakhir pulanglah Beruk nomor tujuh membawa pisang dua buah.

“Wahai Mak Bungsu (Beruk Terakhir), Amak dan Bapakku dimana..? aku sudah lapar dan perutku sakit... huk..huk..huk..!” teriak anak beruk menangis memegang perutnya.

“Aduhai anakku yang malang, makanlah pisang ini untukmu nak. Amakmu telah mati masuk kedalam perangkap Pak Tani, Ayahmu ketika mau menolong ibunya kena ranjau dan mati, lalu kakakmu juga mati digigit anjing Pak Tani, sekarang ikutlah dengan Mak Bungsu, aku akan mengasuhmu anakku malang..!” jawab Beruk Bungsu seraya menggendong anak Beruk malang yang meraung-raung menangis. Siberuk Bungsu meloncat keatas pohon besar, dan pulang menuju sarangnya. Meski ia belum memiliki anak, namun sekarang ia harus mengasuh anak kakaknya yang malang. Ternyata, diantara enam saudari ibunya, hanya Beruk Bungsu yang berhati mulia.

 

Kerinci, September 2004

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler