Di kalangan akademisi sastra di Jawa Timur, Prof Djoko Saryono tergolong tokoh langka. Dia tidak hanya berkutat dengan kegiatan akademis, semisal penelitian atau mengajar di kampus. Prof Djoko juga mengeluarkan keringat dingin untuk menghasilkan karya sastra.
Terbaru, karya guru besar Universitas Brawijaya Malang ini berupa puisi dikumpulkan dalam buku berjudul 'Kemelut Cinta Rahwana'. "Besok malam (Selasa, 26/4/2016, red), Prof Djoko akan memaparkan gagasan kepenyairannya di Galeri DKS. Utamanya gagasan kepenyairan yang termaktub dalam kumpulan puisi terbarunya," kata Sekjen Dewan Kesenian Surabaya, Luhur Kayungga, Senin (25/4/2016).
Luhur menuturkan, dalam kumpulan puisi ini, Prof Djoko membuka tafsir baru terhadap cerita wayang, Ramayana. Sebuah penafsiran yang mungkin berbeda dengan pemandangan umum di masyarakat.
"Rahwana dikenal masyarakat sebagai tokoh jahat. Prof Djoko tidak hanya terpaku pada pemahaman tersebut. Dia membuka tafsir-tafsir lain sehingga tokoh Rahwana mendapatkan bisa dipahami secara berbeda," katanya.
Tidak hanya tentang tafsir tokoh Rahwana, dalam buku tersebut, menurut Luhur, puisi-puisi Prof Djoko juga menawarkan gaya bahasa yang menarik. "Buku puisi ini multitafsir. Alurnya tidak linier. Dia seperti mewakili pemikiran Timur yang tentu saja berbeda dengan pemikiran Barat," kata Luhur.
Tetapi yang utama, menurut Luhur, puisi-puisi Prof Djoko Saryono menawarkan kedalaman makna. "Puisi tidak sekadar perdebatan antara bentuk dan isi. Lebih dari itu, puisi menawarkan kedalaman makna. Itulah kelebihan dari puisi Prof Djoko Saryono. Nah di acara launching besok di Galeri DKS, beliau akan memaparkan gagasan-gagasan kepenyairannya," tandas Luhur.
Komentar
Tulis komentar baru