Para penulis cilik dan penulis muda akan makin banyak bermunculan.
Saat ini cukup banyak anak yang memiliki bakat terpendam.
Bakat itu akan muncul seiring tumbuhnya kesadaran berbagai kalangan untuk menangani atau memolesnya.
Lembaga pendidikan atau sekolah, juga sudah semestinya memberi ruang lebih bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan menulis.
Menurut CEO (Chief Executive Officer) penerbit Mizan, Haidar Baqir, ruang seperti inilah yang selama ini belum dikembangkan oleh sekolah.
Dalam pandangannya, masih banyak sekolah yang belum menyediakan perpustakaan yang representatif untuk mendukung minat membaca dan menulis.
Selain itu, masih banyak sekolah yang mengabaikan dan menganggap sepele, kemampuan bahasa, imajinasi serta kemampuan menata logika yang ada di kepala anak-anak.
Padahal tiga hal itulah modal penting dimulainya kiprah kepenulisan anak-anak.
”Masukan saya bagi pemerintah, sebaiknya pengadaan perpustakaan daerah yang representatif terus dilakukan,” kata alumnus Institut Teknologi Bandung kelahiran Solo ini.
Perusahaan-perusahaan penerbitan sendiri, lanjut Haidar, sejauh ini sudah memberikan ruang yang cukup besar bagi anak-anak dengan bakat menulis.
Sudah ribuan judul novel, cerpen, dan puisi yang mereka terbitkan dalam sebuah buku.
Mizan sendiri, selain telah menerbitkan buku-buku karya penulis cilik, juga memiliki ajang rutin untuk meningkatkan minat dan kemampuan menulis anak.
Salah satunya adalah Kongres Penulis Cilik yang tahun ini sudah memasuki tahun pelaksanaan kelima.
Event ini rutin digelar setiap Oktober. Haidar pun mengajak semua anak-anak dari sdemua kalangan untuk mengikuti dan memaksimalkan event ini.
”Ribuan peserta mendaftar di acara tahunan kami ini. Tetapi itu kami seleksi sehingga kemarin waktu kongres kelima, hanya ratusan saja yang ikut serta,” lanjut Haidar yang pernah mengenyam pendidikan di Harvard University tersebut.
Di dalam kongres, para peserta dilatih menulis, sekaligus diminta membuat karya, baik berupa novel maupun cerpen.
Hasilnya, selama kongres, tak kurang dari 200 judul, baik cerpen maupun novel, yang siap diterbitkan menjadi buku.
”Tetapi bagi yang naskah-naskahnya belum lolos, kami juga punya yang namanya Mizan Self Publishing. Di sana, mereka bisa menerbitkan karyanya sendiri dalam bentuk digital. Saya rasa hal-hal seperti inilah yang juga sudah difasilitasi oleh perusahaan-perusahaan penerbitan lainnya,” pungkas Haidar. (ben)
Komentar
Tulis komentar baru