Para sastrawan daerah, tidak perlu harus ke Jakarta atau kota-kota besar lainnya, untuk menjadi terkenal dengan karya-karyanya. Hal itu dikemukakan penyair terkemuka asal Madura, D.Zawawi Imron, dalam diskusi bertajuk 'Sastra Daerah dan Sastrawan Daerah' di rumah adat Dulohupa, Kota Gorontalo, Selasa (22/11).
"Lebih baik menetap saja di daerah asal, dan mulai menulis tentang lingkungan di sekitar kita," kata penyair yang dikenal sering mengeksplorasi alam tanah kelahirannya, Madura itu. Menurut sosok yang dikenal Cluritmas itu, sastrawan di setiap daerah justru harus bisa menuliskan segala sesuatu mengenai daerahnya sendiri.
"Tak perlu menulis sesuatu yang di luar jangkauan kita," Ujarnya, di depan puluhan peserta diskusi yang terdiri dari mahasiswa, jurnalis dan sejumlah komunitas sastra di Gorontalo.
Setidaknya, lanjut penulis puisi 'Bulan tertusuk Ilalang' yang pernah difilmkan oleh sineas Garin Nugroho, betapa kekayaan alam di sebuah daerah tak kan pernah habis untuk ditulis, dan justru menjadi daya tarik tersendiri.
Menulis karya sastra dengan latar lingkungan dan alam kedaerahan, menurutnya, senantiasa mendapatkan tempat di mata sastra nasional bahkan dunia, karena ciri khasnya.
Di tempat yang sama, penyair dan teaterawan Makassar, Ram Prapanca menambahkan, sastrawan di daerah tidak perlu takut menuliskan sesuatu tentang daerahnya. "Jangan sampai sastrawan daerah menjadi ahistoris atau tidak kenal dan tidak dikenal sejarah karea melupakan tanah yang dipijaknya," kata dia.
Kedua penyair tersebut, sengaja diundang oleh kantor bahasa Provisi Gorontalo, untuk memotivasi para penulis daerah untuk senantiasa mencintai budaya dan kulturnya, sebagai bagian dari kekayaan Indonesia.
Komentar
Tulis komentar baru