Festival Longser tahunan yang diselenggarakan Toneel Bandung, Senin (4/11) malam menetapkan kelompok teater Black Rose (Bandung) keluar sebagai Jawara Kahiji. Festival Longser IV se Jawa Barat dan Banten bertajuk “Longser Batik Festival” diikuti 15 kelompok teater.
“Festival Longser ini mematahkan banyak teori yang disampaikan para pakar, tentang teori modernisme dan pomodernisme. Nyatanya selama tiga hari ini peserta yang terdiri dari anak remaja dan pemuda mampu meleburkan antara budaya modern dengan tradisi dalam kemasan sangat menarik,” ujar Rosyid E. Abby, salah seorang sastrawan dan budayawan yang menjadi dewan juri Festival Longser IV se Jawa Barat dan Banten.
Selama ini modernisme dianggap sebagai proses pencarian terus-menerus “kebaruan” dan menolak tradisi, mitos dan agama. Sedangkan posmodern menolak sifat universal atau modernisme dan kembali menerima tradisi akan tetapi merubah konsep tradisi tersebut ke wilayah kebaruan.
“Inilah kesenian, apapun bisa terjadi dan melabrak tatanan aturan ataupun cara pandang. Misi para seniman hanyalah membuat sesuatu hal menjadi indah dan menarik, meski hal tersebut dipandang kurang etis karena menyangkut aib yang terjadi dimasyarakat,” ujar seniman teater Yusef Muldiyana menambahkan.
Hasil lengkap dari Festival Longser IV se Jawa Barat dan Banten, kelompok teater Black Rose (Bandung) keluar sebagai Jawara Kahiji, diikuti kelopok teater Agata (Pandeglang Banten) dan Camperenik (Cimahi) sebagai Jawara Dua dan Jawara Tilu. Sementara untuk aktor dan aktris pinunjul diraih, Indrawanb Setiadi (teater Black Rose) dan Sinta Fatimah (teater Smadasa), Semi Inkranagara (Black Rose) sebagai sutradara pinunjul, untuk tata gerak (tari) diraih Rampak 66, dan tata musik diraih teater Agata (Pandeglang Banten).
Komentar
Tulis komentar baru