Galibnya novel adalah karya tunggal seorang penulis. Ini memungkinkan seorang penulis mengeksplorasi cerita, penokohan, setting, dan pesan yang akan disampaikan. Tapi apa yang terjadi pada novel Sengatan Sang Kumbang di luar kelaziman karena digarap oleh 11 orang.
Sebelas penulis yang menggarap novel ini adalah Dewi Yanthi Razalie, Ariana Pegg, Ari Kinoysan Wulandari, Raya Henri Batubara, Fanny Jonathan Poyk, Dianing Widya Yudhistira, Eva Budiastuti, Ris Prasetyo, Bamby Cahyadi, Tiara Widjanarko, serta Hani Iskadarwati. Meski digarap 11 penulis, keutuhan cerita, penokohan, serta unsur-unsur novel lainnya tetap terjaga. “Kalau orang yang enggak tahu, mereka akan menyangka novel ini ditulis satu orang,” kata penggagas, koordinator, sekaligus editor novel, Dewi Yanthi Razalie, pada Tempo di EX Plaza beberapa waktu lalu.
Setiap penulis itu membuat satu bab, kecuali Dewi yang membuat bab pertama dan XII. Sebagai penggagas dan koordinator, ia betul-betul membebaskan penulis lain dalam bercerita. Kalau pun ada hal yang dijelaskan pada semua penulis, sifatnya hanya singkat. “Aku kasih kerangka pendek saja, bahwa cerita novel ini adalah ada seorang penderita kanker bernama Herman dan dia harus sembuh dan berakhir happy ending,” ujar Dewi.
Menggarap novel dengan melibatkan banyak penulis tentu bukan pekerjaan mudah. Selain sulit menemukan penulis yang mampu menulis dengan kerangka orang lain, juga harus sudah berpengalaman.
Dari segi cerita, pesan yang ingin disampaikan dari novel ini adalah semangat pantang menyerah dalam menghadapi kondisi sulit. Meskipun telah divonis sakit kanker stadium lanjut, seseorang tidak lantas berputus asa. Usaha perlu terus dilakukan. “Bahkan harusnya situasi itu menjadi titik balik, bukannya malah hancur-hancuran,” kata Dewi.
Sengatan Sang Kumbang: Satu Novel, 11 Penulis
- 14532 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru