KENAPA HARUS MENULIS
Oleh: Sri Wintala Achmad
MASYARAKAT tradisi cenderung mengenal budaya mendengar dan lisan ketimbang budaya membaca dan menulis. Sehingga dongeng yang dituturkan melalui lisan oleh para orang tua zaman dahulu sangat memanjakan pendengaran anak-anak sebelum berangkat tidur. Namun seiring perkembangan zaman, budaya mendengar dan lisan mulai tergeser dengan budaya membaca dan menulis. Suatu budaya yang mencerminkan perilaku kehidupan masyarakat modern. Masyarakat yang lebih suka membaca dan menulis baik karya ilmiah (makalah, kertas kerja, tesis, skripsi, dan disertasi); artikel (opini, esai, dan berita); apresiasi dan kritik seni; naskah lakon (naskah drama atau scenario; resensi (buku, drama, dan film); puisi, prosa lirik, cerpen, maupun novel (cerita bersambung).
Bagi masyarakat modern, membaca dianggap lebih efektif ketimbang mendengar sebagaimana yang lazim dilakukan oleh masyarakat tradisi. Karena dalam membaca, seorang akan mendapatkan informasi dan pengetahuan tanpa tergantung secara langsung kepada orang lain. Seorang pembaca akan merasa lebih merdeka ketimbang seorang pendengar. Dikarenakan, aktivitas tersebut dapat dilakukan sendiri. Kapan dan dimana saja. Dilakukan sambil tiduran. Dilakukan sambil duduk santai di teras rumah, di taman, di stasiun, atau di bandara; saat menunggu atau naik bus, kereta api, kapal, atau pesawat udara tanpa mengganggu kenyamanan orang lain.
Dalam hal menulis sebagaimana yang dilakukan para ilmuwan; pengamat politik, budaya, ekonomi, sosial; sastrawan (novelis, cerpenis, penyair); esais; dan para penulis pada umumnya dianggap lebih efektif di dalam menyampaikan gagasannya kepada banyak pembaca. Hal ini yang membedakan antara penulis dengan pendongeng yang hanya memiliki beberapa pendengar. Disamping itu, karya tulis dianggap lebih abadi ketimbang karya tutur yang hanya tercatat dalam ingatan seorang pendongeng tersebut.
A. Menulis dan Manfaatnya
Telah sekilas disinggung di muka, menulis merupakan salah satu cara untuk menyampaikan gagasan (ide) positif kepada publik atau masyarakat pembaca. Tentu saja, gagasan yang disampaikan melalui salah satu jenis tulisan tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam hal pengetahuan yang positif, inspiratif, dan rekreatif pada publik. Bukan sebaliknya, tulisan tersebut bersifat provokatif yang sarat unsur pornografi dan SARA (Suku-Agama-Ras).
Dengan menulis, seorang akan mempertajam pisau intelektual dan rasa (sense)-nya. Karena seorang penulis selalu dituntut untuk membaca baik buku (sastra sinerat) yang digubah oleh penulis lain maupun alam dan peristiwanya (sastra gumelar). Melalui kegiatan membaca sebagaimana yang diajarkan malaikat Jibril kepada nabi Muhammad SAW, seorang penulis akan dapat berbagi pengalaman empirik serta pengetahuannya melalui karya tulis kepada orang lain. Dari sinilah, peran seorang penulis dapat disejajarkan dengan seorang pewarta yang akan memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Peran seorang penulis adalah sangat besar. Melalui karya-karya tulisnya, seorang penulis turut aktif dalam mencerdaskan bangsa. Disamping itu, seorang penulis turut memajukan perkembangan suatu negara. Sebab tanpa bangsa yang cerdas, negara akan tetap mengalami kemunduran. Bahkan tanpa bangsa yang cerdas, suatu negara akan menjadi sasaran empuk bagi kaum imperialis untuk mencengkeramkan cakar-cakar kekuasaannya.
Bagi seorang yang menjadikan kegiatan menulis sebagai profesi pula akan mendapatkan manfaatnya. Seorang penulis yang selalu aktif mempublikasikan karya-karyanya ke media massa atau penerbit akan secara otomatis dapat menopang kebutuhan ekonominya. Karenanya jangan heran, bila banyak penulis profesional yang tinggal di negara maju akan dapat hidup dengan layak.
Memang, tidak menutup mata. Bahwa masih banyak penulis yang tinggal di negara terbelakang (sedang berkembang) belum mampu hidup dengan layak. Hal ini dikarenakan honorarium atau royalty yang didapat seorang penulis masih dibilang relatif rendah, selain masih dibebani pajak pendapatan. Sungguhpun demikian, seorang penulis profesional yang cerdas dalam membaca geliat zaman dan pasar niscaya akan mendapatkan peluang untuk mampu memenuhi kebutuhan ekonominya. Dengan demikian disimpulkan, bahwa kegiatan menulis di era modern dapat diidentikkan sebagai kegiatan ekonomi kreatif yang dapat membangun daya nalar dan memperbaiki nasib kehidupan penulis itu sendiri.
B. Apa yang Harus Ditulis
Banyak kita jumpai penulis yang hanya dapat menulis salah satu jenis karya tulis. Namun tidak menutup kenyataan, bahwa banyak penulis yang dapat mencipta banyak genre karya tulis. Pengertian lain, mereka dapat mencipta karya ilmiah, artikel, resensi, aprsiasi dan kritik seni, serta sastra, semisal: naskah lakon, puisi, cerpen, atau novel.
Terlepas dari pendapat di muka, seorang penulis harus memahami berbagai genre karya tulis. Hal ini tidak dimaksudkan, agar setiap penulis untuk dapat menulis berbagai genre karya tulis. Namun untuk memilih genre karya tulis mana yang harus dikuasai hingga mencapai tataran profesionalitas. Adapun penjelasan tentang berbagai genre karya tulis adalah sebagai berikut:
1. Karya Ilmiah
Karya Ilmiah adalah karya seorang ilmuwan yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, serta pengetahuan orang lain sebelumnya. Karya ilmiah terdiri dari makalah, kertas kerja, tesis, skripsi, dan disertasi.
2. Artikel
Artikel adalah tulisan ilmiah yang disajikan dengan format dan bahasa populer, sehingga menarik untuk dibaca dan mudah dipahami. Artikel sendiri yang kerangka isinya lebih bebas itu dapat berupa opini, esai, atau berita. Adapun pengertian dari opini, esai, dan berita adalah sebagai berikut:
a. Opini
Opini merupakan karya tulis yang digubah secara bebas serta gaya bahasanya sesuai karakter penulis. Pengertian lain, penulis dapat menggunakan gaya bahasa yang humoris, reflektif, kontempaltif, atau analisis ilmiah.
b. Esai
Menurut kamus Bahasa Indonesia, esai disebut sebagai karangan prosa yang membahas masalah secara sepintas dari sudut pandang pribadi penulis. Esai dapat dikatakan sebagai tulisan berisi gagasan seorang tentang sastra, seni, dan kebudayaan.
c. Berita
Berita merupakan karya tulis yang biasanya ditulis wartawan media massa. Dalam penulisan berita, seorang wartawan harus obyektif sesuai realitas peristiwa yang terjadi.
3. Resensi
Resensi berasal dari kata resentie (Belanda) atau recensio (Latin) yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah penilaian terhadap karya. Karya yang dinilai dapat berupa buku, film, dan drama. Menulis resensi meliputi: kelebihan, kekurangan, dan informasi yang diperoleh dari karya untuk disampaikan pada publik.
4. Apresiasi dan Kritik Karya Seni
Terdapat perbedaan antara pengertian apresiasi karya seni dan kritik karya Seni. Untuk memahami perbedaan keduanya, simak uraian di bawah ini:
a. Apresiasi Karya Seni
Apresiasi Karya seni merupakan tulisan yang merefleksikan pemahaman terhadap seluk-beluk karya seni dan segi-segi estetikanya. Tulisan tentang apresiasi karya seni mencerminkan proses penghayatan karya seni yang diamati serta penghargaan terhadap karya seni dan penciptanya.
b. Kritik Karya Seni
Kritik karya seni merupakan tulisan yang bersifat menanggapi karya seni. Perbedaannya dengan apresiasi karya seni, bahwa kritik karya seni hanya berfokus pada kritik yang bertujuan untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan akan kelebihan dan kekurangan karya seni dipergunakan dalam beragam aspek, terutama sebagai bahan untuk menunjukkan kualitasnya.
5. Naskah Lakon
Naskah Lakon ditulis berdasarkan apa yang dilihat, dialami, dibaca, dan diceritakan oleh penulis kepada orang lain. Naskah lakon dapat dipahami sebagai teks yang harus dihafal oleh seluruh aktor dalam pertunjukan teater di atas panggung.
6. Puisi
Puisi merupakan salah satu genre karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair berdasarkan imajinasi, dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa serta struktur fisik dan batinnya.
7. Prosa Lirik
Prosa lirik merupakan salah satu karya prosa yang ditulis dalam bentuk puisi. Karena berisi cerita, prosa lirik ditulis dengan menggunakan bahasa naratif, serta dialog antar tokoh.
8. Cerpen
Cerpen merupakan salah satu genre sastra yang memaparkan kisah atau cerita tentang manusia beserta seluk-beluknya. Cerpen dapat dimaknai sebagai karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan seseorang dan diceritakan secara ringkas dengan berfokus pada satu tokoh. Cerpen dapat disebut dengan cerita pendek. Dikarenakan, karya tersebut ditulis kurang dari 10.000 kata (kurang dari 10 halaman). Disamping itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja.
9. Novel
Novel (Bahasa Perancis: novella) merupakan karya fiksi yang ditulis secara naratif dan biasanya dalam bentuk cerita. Novel ditulis lebih panjang (± 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen. Disamping itu, novel tidak dibatasi struktur, metrik sandiwara, atau sajak. Pada umumnya, novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh.
C. Strategi Jitu Menjadi Penulis Handal
Penulis handal adalah penulis yang tahan banting dan selalu berusaha meningkatkan kualitas karyanya. Sehingga dengan 2 langkah tersebut, seorang penulis akan selalu survive dan karya-karyanya akan dibutuhkan oleh media massa dan penerbit. Berikut adalah strategi cerdas untuk menjadi penulis handal:
1. Setiap Hari Duduk di Depan Laptop (Monitor Komputer)
Bagi seorang penulis yang ingin profesional dan handal di bidangnya harus setiap hari duduk di depan laptop (monitor komputer) untuk menulis naskah. Di dalam menulis naskah, seorang penulis harus menetapkan lamanya jam kerja. Pengertian lain, jangan tinggalkan naskah sebelum jam kerja berakhir.
2. Jangan Menulis pada Malam Hari
Sebaiknya kegiatan menulis jangan dilakukan pada malam hari. Disamping menentang hukum alam dimana malam untuk istirahat, menulis pada malam hari dapat mengganggu kesehatan tubuh. Akibatnya bila sakit, penulis tidak akan mampu merampungkan naskahnya sesuai dead line yang ditetapkan.
Sebaiknya mulailah menulis sejak pagi hari. Karena sesudah bangun dari tidur malam dan melakukan olah raga ringan, seorang penulis akan menjadi fresh pikirannya. Berkat pikiran fresh, seorang penulis akan mampu melahirkan karya-karya yang brilliant.
3. Jangan Menunggu Mood
Seorang penulis profesional dan handal tidak menunggu mood, namun harus menciptakan mood. Karenanya, semangat untuk selalu menulis setiap hari dengan jam yang ditetapkan agar selalu dijaga. Jangan sampai kendor. Sekali kendor, naskah yang tengah digarap bisa jadi tidak akan pernah selesai.
4. Banyak Membaca
Membaca buku, majalah, dan koran merupakan kewajiban bagi seorang penulis. Dengan banyak membaca, seorang penulis akan memperluas cakrawala pengetahuannya. Dengan pengetahuan yang luas, penulis akan mendapatkan ide untuk dituang ke dalam karyanya. Disamping membaca buku, seorang penulis harus banyak membaca alam. Banyak mengunjungi tempat-tempat alami yang dapat memberikan inspirasi. Banyak mengunjungi museum atau situs-situs sejarah yang dapat memberikan tambahan pengetahuan. Hal lain yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang penulis adalah membaca kondisi sosial di lingkungan sekitarnya. Karena ide dapat muncul dari kondisi sosial yang tengah bergejolak. Sebab itu, mengamati dan merenungkan terhadap kondisi sosial merupakan kewajiban seorang penulis.
5. Fokus pada Satu Naskah
Untuk dapat melahirkan naskah yang baik, seorang penulis profesional dan handal tidak akan beralih pada naskah lain sebelum naskah yang tengah digarap itu selesai. Sebab sekali beralih ke naskah lain, naskah yang tengah digarap dapat terbengkalai. Apabila naskah yang terbengkalai itu kembali dilanjutkan, hasilnya akan tidak akan maksimal. Karena ada irama emosi penulis yang terputus.
6. Tidak Kenal Putus Asa
Seringkali seorang penulis menghadapi masalah dengan naskah yang tengah digarapnya. Ketika menggarap naskah, penulis mengalami kesulitan untuk melanjutkan atau menyelesekainnya. Bila Anda mengalami masalah ini, jangan cemas dan putus asa. Sebaiknya Anda sejenak melakukan refreshing untuk kembali menyegarkan pikiran. Bila pikiran kembali segar, Anda akan kembali menemukan kemudahan dan semangat baru untuk kembali menggarap atau menyelesaikan naskah tersebut.
7. Memiliki Semangat Baja
Seorang penulis profesional dan handal harus memiliki semangat baja. Tidak mudah putus asa, bila naskahnya ditolak oleh media massa atau penerbit. Intinya, seorang penulis harus terus menulis. Terus meningkatkan kualitas karyanya. Terus mengirimkan karya-karyanya ke media massa dan penerbit. Hingga karya-karya tersebut berhasil dimuat di media massa atau diterbitkan oleh penerbit. Hanya dengan cara demikian, seorang akan survive dan dapat memenuhi kebutuhan ekonominya melalui karya-karyanya.
8. Menjalin komunikasi dengan Sesama Penulis
Seorang penulis yang ingin maju dan berkembang harus selalu menjalin komunikasi kreatif dengan sesama penulis. Karena melalui komunikasi tersebut, seorang penulis akan termotivasi untuk selalu berkarya. Bila Anda seorang yunior, hendaklah selalu melakukan komunikasi dengan penulis senior. Melalui penulis senior, Anda akan mendapatkan pengetahuan seputar dunia kepenulisan. Tidak hanya berkaitan dengan bagaimana menulis yang baik, namun pula bagaimana menerapkan strategi agar karya tulis Anda dapat dimuat di media massa atau penerbit.
D. Proses Menulis
Untuk menjadi seorang penulis profesional dan handal diperlukan pengetahuan tentang proses menulis yang baik. Lantas bagaimana proses menulis yang baik? Menurut pendapat dari para ahli, bahwa proses menulis yang baik itu terdiri dari lima tahapan, yakni:
1. Pengamatan
Langkah pertama sebelum menulis, seorang penulis harus melakukan observasi terhadap obyek, misal obyek tentang lingkungan pantai. Di dalam lingkungan pantai tersebut, terdapat point-point yang daapt diamati oleh seorang penulis, semisal: kehidupan orang-orang pantai, sampah dan limbah yang mengancam pelestarian ikan-ikan, pantai sebagai tempat wisata, dll.
2. Pencerapan
Langkah ke dua adalah pencerapan. Pada tahap ini, seorang penulis harus memilih salah satu point dari obyek lingkungan pantai yang telah diamati. Pilih salah satu point yang paling menarik untuk diangkat ke dalam karya tulis. Sebab tanpa ketertarikan pada salah satu point dari obyek pengamatan, penulis pun akan setengah hati untuk menulisnya. Bila menulisnya setengah hati, jangan diharap masyarakat pembaca akan tertarik untuk membaca tulisan itu sesudah dimuat di media massa atau dipublikasikan oleh penerbit dalam bentuk buku.
3. Metabolisme
Langkah ke tiga adalah metabolisme (pencernaan). Selama tahap ini, seorang penulis harus mencari data untuk memperkuat gagasan yang akan dipaparkan ke dalam tulisannya. Data-data tersebut dapat diambil dari pustaka atau tulisan-tulisan lepas, serta hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait.
4. Penuangan
Langkah ke empat adalah penuangan. Dalam tahap ini, penulis tinggal memaparkan gagasannya yang telah diperkuat dengan berbagai referensi valid ke dalam karya tulis.
5. Revisi (Editing dan Koreksi Aksara)
Langkah terakhir adalah revisi. Sesudah karya tulis rampung, seorang penulis harus melakukan revisi baik editing maupun koreksi aksara. Sebaiknya selama proses ini, penulis mem-print out naskahnya. Sebab mengedit dan mengoreksi aksara yang paling efektif, ketika penulis langsung membaca naskah yang telah di-print out. Sesudah selesai, penulis baru menstransfer hasil editing dan koreksi aksara dari lembar-lembar print out ke lembar-lembar halaman Microsoft Word.
E. Catatan Akhir
Apa yang diuraikan di muka hendaklah dijadikan bekal bagi penulis yang ingin profesional dan handal di bidangnya. Seorang penulis yang harus mengetahui perannya, esensi dan manfaat menulis, genre karya tulis, strategi menjnadi penulis handal, serta kelima tahapan dalam proses menulis. Tanpa mengetahui hal-hal prinsip tersebut, seorang penulis akan diibaratkan serupa bangunan tanpa pondamen yang kokoh. Akibatnya, seorang penulis tidak akan pernah sampai ke tataran profesional, serta hasil karyanya tidak membuahkan sesuatu yang optimal. Tidak bermanfaat bagi diri dan masyarakat luas.
Tulis komentar baru