BIARIN!
kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
kamu bilang hidup ini nggak punya arti. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin
kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin
habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu
Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana
cuman, karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu
kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin
kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin
soalnya, kalau aku nggak jadi bajingan mau jadi apa coba, jadi lonte?
aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu
aku rampok hati kamu. Tokh nggak ada yang nggak perampok di dunia
ini. Iya nggak? Kalau nggak percaya tanya saja sama polisi
habisnya, kalau nggak kubilang begitu mau apa coba
bunuh diri? Itu lebih brengsek daripada membiarkan hidup ini berjalan
seperti kamu sadari sekarang ini
kamu bilang hidup ini melelahkan. Aku bilang biarin
kamu bilang itu menyakitkan
1974
SAJAK HIDUP MENDERITA
Sesuap nasi, selalu lewat begitu saja. Tanpa dikunyah
Tidak ada olahraga. Semua hanya persis dan habis. Dan tidak sehat
sekarang hidup, tidak usah menulis. Banyak orang tak menerima surat
Tidak ada telegram. Tapi banyak hal lain yang lebih mengejutkan
tutup gelas tak boleh dibuka. Orang tak minum
Hidup begitu memang sulit. Lebih-lebih jika sakit
1974
SAJAK INGAT PADA IBU
Padahal dulu tak pernah terpikir
bahwa semua akan dialami
Lalu sekarang, sesudah merasa dewasa
semua seperti membebani
Juga perasaan ingin berbakti itu
Mungkin akan tiba saatnya
Seorang anak, menangis di negri orang
Lantas ingin pulang, tapi tak punya harapan
Dan akhirnya hanya doa
semoga ibu tak lekas mati
supaya anaknya sempat kembali
dan bercerita tentang hidup senang serba kecukupan
seperti dalam dongeng-dongeng
1975
RASA SEKAM
Sungguh tak enak. Makan tak doyan
Minum tak haus. Tidur tak ngantuk
Lelah tak ngaso. Jujur tak benar
Brisik tak baik. Pergi tak tahan
Jalan tak lurus. Belok tak bisa
Lari tak aman. Diam tak kuat
Bangkit tak berani. Kompromi tak mau
Nyerah tak sudi. Brontak disikat.
1975
SAJAK SIKAT GIGI
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan dia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan.
1974
HARI INI REBO PERTAMA
tak ada kudengar suara apa pun hari ini
juga suaraku
adakah kehilangan demi kehilangan
juga bayanganku
adalah cemas yang mengerikan
saat kukunyah saat kutelan
kedua mataku saat kuremuk seluruh tubuhku
untuk kenyang belulangku untuk sepi
yang abadi untuk musik yang abadi
yang abadi
Tak ada kudengar suara apa pun hari ini
1974
SUARA
kudengar kata-kataku di telinga
kutemukan gema dalam mulutku sendiri
Suara
sesekali terdengar semacam gonggong yang asing
namun terasa, betapa dekat anjing itu bersembunyi
1976
TILPON
Tilpon berdering. Seseorang melompat dan mengangkat tilpon itu.
“Halo?”
-- seandainya tilpon itu tidak diangkat
apakah para tentara mengangkat senjata? –
Orang itu melangkah surut. Kemudian mulai yakin
bahwa kabel tilpon, bisa digunting. Oleh siapa saja.
1976
SEORANG ORANG
Seorang murid tak mau bertanya
gurunya mengunyah kembang-gula
Seorang gadis mendesak kawin
pacarnya mengancingkan celana
Seorang kondektur turun dari bis kota
para penumpang menjual karcis
Seorang wartawan membawa pancing
ikan-ikan pada mencibir
Seorang pegawai menolak gaji
kasir melepas kacamatanya
Seorang kawan menodongkan belati
kita semua merasa terancam!
1978
TAK SEMPAT
Pemburu tak sempat menembak
Pencopet tak sempat mencuri
Pelaut tak sempat berlayar
Pelacur tak sempat makmur
(Sungguh genting!)
1975
TAK LARI
Ketika radio dimatikan
datanglah sepi yang terkenal itu
Sewaktu kopi dihabiskan
matilah lampu. Dan gelap yang terkenal itu datang juga
Padahal, kalau sepi janda-janda pada lari
kalau gelap, perawan-perawan juga lari, ke rumah kekasihnya
Akibatnya banyak orang bunting
lari tak bisa, tak lari tak bisa.
1975
JAM
Selalu pada jam kita menengok
Mencari jarum untuk menjahit
Mengokohkan kancing baju atau merapikan potongan
Dengan jam di tangan, kita merasa perlente
Pergi ke toko dan memilih-milih, menawar dasi
Lantas kita melipat dompet, mencocokkan waktu
Dan tidak pernah merasa yakin
Sebab, waktu begitu mendesak, dan sepatu tak sempat disemir
1976
SKETSA
1. Sekelompok orang berkerumun di ujung gang
Kesibukan terhenti
Seseorang jatuh ke dalam kali
Sebuah becak terguling tiba-tiba
“Ada ambulans!” pekik seseorang dari dalam kali
2. Sekelompok orang berkerumun di dalam ambulans
Percakapan terhenti
Seseorang telah mati
Sebuah becak menindihnya tiba-tiba
“Ada yang jatuh ke dalam kali!” pekik seseorang dari bawah becak
3. Sekelompk orang berkerumun di dalam becak
Kesedihan terhenti
Seseorang keluar dari dalam kali
Sebuah becak dikayuhnya tiba-tiba
“Ada yang berak di dalam ambulans!” pekik seseorang di ujung gang
1974
TENTANG YUDHISTIRA ANM MASSARDI
Yudhistira Ardi Nugraha Massardi, kelahiran Subang, Jawa barat 28 Februari 1954. Aktif menulis sejak 1970, berupa puisi, cerpen, esai, sandiwara dan lirik lagu. Novelnya, Arjuna Mencari Cinta dinyatakan sebagai fiksi terbaik 1977 oleh Yayasan Buku Utama. Novelnya yang lain, Mencoba Tidak Menyerah (Aku Bukan Komunis) memenangkan hadiah sayembara roman yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (1977). Sandiwaranya Wot atawa Jembatan (1977) dan Ke (1978) juga memenangkan hadiah sayembara DKJ. Novelnya yang lain: Ding Dong (1978), Obladi Oblada (1978) dan Arjuna Mencari Cinta Part II (1980). Kumcernya: Penjarakan Aku dalam Hatimu (1979), Yudhistira Duda (1981) dan Wawancara dengan Rahwana (1983). Ia juga menulis lirik lagu, sejak 1977, yang dinyanyiakn Franky & Jane yang terekam hingga 7 kaset. Kumpulan sajaknya yang lain Rudi Jalak Gugat (1982).
Tulis komentar baru