JEBAKAN TUHAN
Sering kita mendengar dunia adalah ladang ibadah dan amal untuk bekal kehidupan akhirat.Ini sama dengan menganggap dunia sebagai modal, sebab, ladang adalah barang modal.
Tak ada salahnya dengan gagasan ini bahkan sangat benar. Sebab, saat ini kita hidup di dunia ini dan kita berbuat dengan apa yang ada, untuk meraih tujuan hidup bahagia di akhirat nanti.
Hal ini karena aktifitas yang dilakukan semuanya dalam rangka mengolah barang modal, dunia itu sendiri, baru sisanya, kalau kebetulan ingat lalu baru melakukan sedikit aktifitas untuk akhirat.
Repotnya, yang menjadikan dunia sebagai tujuan pun tidak semua mampu meraihnya. Ini bisa dilihat dari perbandingan antara jumlah orang kaya dengan orang miskin.
Bila kelas atas dan menengah masing-masing sekitar 20%, maka kelas bawahnya yang terdiri penduduk miskin dunia sekitar 60%.
Jelas menjadikan dunia sebagai tujuan pun, faktanya, 60% gagal. Bila modalnya yakni ladang dunia, gagal diputar menjadi keuntungan, maka keuntungan yang dibayangkan akan dipetik di akhirat kelak pun patut dipertanyakan.
Melihat fakta semacam itu, Syeh Abdul Qodir Jaelani menyarankan, agar kehidupan akhiratlah yang dijadikan modal.
Kehidupan akhirat yang dimaksud adalah hidup di surga yang tinggi dan mendapat keuntungan terbesar bisa melihat Tuhan, bukan kehidupan sengsara di neraka.
"Ada cerita, suatu ketika Rabiah membawa ember besar isinya air, lari agak cepat bawa air. Orang-orang yang melihatnya berkata, ‘hai Rabiah, kamu mau kemana, mau ngapain?’ “Mau ke neraka mau tak padamkan dengan air ini, jawab Rabiah,”
cerita itu merupakan sindiran bagi kita, bahwa kita itu selalu sering terjebak dengan ancaman neraka dengan iming-iming surga, dan akhirnya Tuhan menjadi Hilang.
Itulah yang sering menjebak kita. Logikanya sebenarnya harus dibalik, surga dan neraka itu ikut Tuhan. bukan Tuhan yang ikut surga dan neraka.
Kalau kita menuju Tuhan dan sampai pada Tuhan pasti dapet surga. Tapi kalau target kita surga, belum pasti kita dapet TUHAN.
Komentar
Tulis komentar baru