Berbicara insvestasi, sudah barang tentu orang akan langsung menghubungkannya dengan masalah keuangan atau ekonomi. Karena istilah investasi berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan akan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Terkadang, investasi juga sering disebut sebagai penanaman modal. Bentuk-bentuk investasi sendiri bermacam-macam diantaranya yaitu: emas, tanah, kebun Nah, dalam kesempatan ini saya ingin memaparkan sedikit mengenai investasi melalui sebuah tulisan. Tentu akan muncul sebuah pertanyaan, apakah bisa sebuah tulisan dijadikan investasi? Jawabannya, sederhana saja. Pastinya sangat bisa sekali. Loh, kok bisa? Padahal ‘kan hanya tulisan saja. Mengapa tidak? Apa sih di dunia ini yang tidak bisa diinvestasikan? Ketika pertama kali saya berbicara mengenai investasi sebuah tulisan kepada orang lain. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayainya. Bahkan, ada juga beberapa rekan saya yang mentertawakan apa yang saya sampaikan. Ah, ada-ada saja! Masa iya, tulisan bisa diinvestasikan. Pemikiran saya ini muncul, setelah saya mengalami beberapa hal yang berkenaan dengan tulisan-tulisan yang saya miliki. Pada awalnya, memang saya pun tidak mempercayainya kalau tulisan itu bisa diinvestasikan. Sekarang, barulah saya yakin dan percaya kalau tulisan itu bisa diinvestasikan untuk masa yang akan datang.
Pada bulan Januari 2018, saya mendapatkan tawaran dari sebuah penerbit. Penerbit tersebut memberikan dua opsi pilihan kepada saya yang berkaitan dengan tulisan yang saya miliki. Pertama, penerbit memberikan penawaran akan membeli tulisan-tulisan atau naskah-naskah yang saya miliki. Kebetulan pada saat itu, saya memiliki 2 buah naskah buku yang berbentuk novel dan tengah menggarap beberapa naskah buku lainnya. Penawaran itu memang sangat menggiurkan bagi saya. Mengapa? Karena penerbit akan membeli naskah saya seharga Rp20.000 hingga Rp30.000 setiap halamannya. Menurut saya itu sebuah penawaran yang luar biasa. Jumlah halaman novel yang saya miliki yaitu 184 dan 160 halaman. Kalau dikalkulasikan, berapa uang yang akan saya terima? Anggap saja untuk penawaran terendah yaitu Rp20.000 dengan jumlah halaman 184, maka uang yang akan saya terima sebesar Rp3.680.000. Namun, sayangnya saya sudah tidak mempunyai hak cipta lagi terhadap naskah tersebut. Karena, naskah sudah menjadi milik penerbit sepenuhnya. Kedua, penerbit memberikan penawaran untuk terbit gratis dengan sejumlah persyaratan yang harus saya penuhi. Hak cipta terhadap naskah tetap menjadi milik saya sepenuhnya. Akan tetapi, ada beberapa persyaratan yang merugikan saya walaupun penerbit memberikan royalti 10% dari hasil penjualan buku tersebut.
Seperti yang pernah saya sampaikan, bahwa saya menulis bukan untuk mencari hasil atau keuntungan sesaat yang diperoleh secara instan. Jika tujuan saya menulis hanya untuk mencari hasil atau keuntungan sesaat, maka sudah pasti saya mengambil penawaran pertama yang diajukan oleh penerbit tersebut. Artinya, saya dapat langsung menikmati hasil dari menulis yang saya lakukan. Hari ini saya menulis, hari ini juga saya menikmati hasilnya. Akan tetapi lebih dari itu, bukan hanya hasil atau keuntungan sesaat saja yang saya harapkan. Pada awal bulan Mei 2019, tiba-tiba saya mendapat sebuah pesan via WhatsApp yang menawarkan kontrak kerjasama penulisan. Pesan tersebut berasal dari seorang admin sebuah fitur conten pada aplikasi pendidikan. Pada aplikasi pendidikan tersebut, terdapat beberapa fitur pembelajaran yang dapat dimanfaatkan baik oleh guru maupun siswa sebagai sumber belajar. Dalam pesannya, saya dimohonkan untuk menjadi salah satu kontributor pada fitur conten yang berhubungan dengan tulis-menulis. Why not? Tulis-menulis adalah hobi saya, jadi apa salahnya kalau tawaran kontrak kerjasama ini saya terima. Terlebih lagi, saya adalah seorang guru yang ingin berbagi lewat tulisan. Beberapa hari kemudian, saya menerima sebuah MOU sebanyak 4 halaman melalui email.
Pasal demi pasal MOU tersebut saya baca. Saya mencoba untuk mencermati setiap kata yang tertulis dalam MOU tersebut. Pada salah satu pasal menyebutkan bahwa saya sebagai pihak kedua, sanggup dan bersedia untuk menjadi salah satu pembicara pada kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan oleh conten aplikasi pendidikan tersebut. Alhamdulillah, hasil dari kontrak kerjasama tersebut dapat saya nikmati. Segala jenis tulisan yang ditulis 2 atau 3 tahun yang lalu, yang saya simpan rapi dalam sebuah file kini sangat berarti Saya yakin mungkin ini adalah salah satu fakta yang membuktikan bahwa menulis itu adalah sebuah investasi. Artinya hasil dari jerih payah dalam menulis, suatu saat akan saya terima dalam berbagai bentuk. Bukan hanya dalam bentuk materi saja, sebuah anugrah pun hadir mengiringi langkah perjalanan saya dalam menulis. Ternyata anugrah dari menulis yang saya lakukan selama ini mengalir bagaikan air. Di samping menulis untuk diterbitkan sendiri, saya juga menggerakan kegiatan literasi sekolah di beberapa sekolah.
Kegiatan gerakan literasi ini saya fokuskan pada penerbitan buku karya siswa. Mula-mula saya mencoba bergerak di sekolah tempat saya bertugas yaitu SDN 013 Ringin Jaya Kecamatan Pulau Burung. Kegiatan ini dilatar belakangi oleh adanya pertemuan beberapa orang yang tergabung dalam Tim SAGUSAKU IGI Kab. Indragiri Hilir dengan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Indragiri Hilir. Dalam pertemuan tersebut, SDN 013 Ringin Jaya Kecamatan Pulau Burung direkomendasikan sebagai salah satu sekolah yang melaksanakan program literasi sekolah yang mampu menghasilkan karya siswa berupa buku. Maka sebuah komitmen harus dilaksanakan untuk mencapai sebuah harapan. Melalui komitmen yang dibangun bersama akhirnya dilaksanakan sebuah kegiatan perdana Program Gerakan Literasi Sekolah (GELIS) di SDN 013 Ringin Jaya Kecamatan Pulau Burung. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa dan guru. Akhirnya pada bulan Agustus 2018 lahirlah sebuah karya perdana siswa-siswi SDN 013 Ringin Jaya Kecamatan Pulau Burung. Dengan bukunya yang berjudul “Goresan Kecil Tangan-Tangan Mungil”.
Bulan Januari 2019, sebuah anugrah kepercayaan hadir untuk menjadi pembicara pada kegiatan Gerakan Literasi Sekolah (GELIS) di SMAN 1 Kateman Kecamatan Kateman. Kegiatan ini diikuti oleh 70 peserta yang terdiri dari perwakilan siswa setiap kelas. Kegiatan yang dilaksanakan satu hari ini, melahirkan 2 buah karya siswa yaitu Aksara Pelangi (Antologi Puisi Siswa SMAN 1 Kateman) dan Meniti Asa Meraih Mimpi (Antologi Cerpen Siswa SMAN 1 Kateman), yang terbit pada bulan Februari 2019. Pada bulan Februari 2019, sebuah amanah yang merupakan anugrah bagi saya kembali hadir. Tepatnya tanggal 14 Februari 2019, Ikatan Guru Indonesia (IGI) melalui kanal Satu Guru Satu Buku (SAGUSAKU) melaksanakan kegiatan spektakuler, yaitu Kegiatan Menulis Serentak 100 Kota di Indonesia. Alhamdulillah, saya bisa mengambil satu bagian dalam kegiatan tersebut. Kegiatan dilaksanakan di SMAN Tunas Bangsa Kec. Pulau Burung Kab. Indragiri hilir yang merupakan titik ke-58. Sebanyak 80 peserta mengikuti kegiatan ini, yang terdiri dari 20 peserta pewakilan dari SMPN 1 Pulau Burung. Maka pada bulan April 2019, terbitlah buku karya siswa SMPN 1 Pulau Burung dengan judul “Bintang Harapan dari Pulau Terdepan”. Dan pada bulan Juli 2019, terbit pula 2 buku karya siswa SMAN Tunas Bangsa Kecamatan Pulau Burung hasil dari Kegiatan Menulis Serentak 100 Kota di Indonesia. dengan judul “Mutiara Samudra di Pesisir Utara” dan “Goresan Pena Anak Negeri Pulau Burung”. Dari uraian di atas jelaslah, bahwa saya bisa menginvestasikan segala hal dalam bentuk tulisan. Ilmu, kreativitas, bakat bahkan kompetensi keilmuan yang saya miliki. Sehingga dengan menulis, segalanya akan menjadi lebih mudah. Jadi, tunggu apalagi! Ayoo, menulislah. Sekecil apapun tulisan kita, insya Allah bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Komentar
Tulis komentar baru