Sastra memang memiliki banyak pengertian dan pandangan menurut para pakar dibidangnya, namun pada dasarnya memiliki pandangan yang sama namun dalam prosesnya ada suatu perbedaan. Inilah suatu bukti bahwa sastra memiliki ketertarikan dalm proses pendidikan dalam kehidupan, anyak yang mengatakan orang bersastra itu hidupnya selalu menyendiri untuk memperoleh suatu imajinasi dan kata-kata yang mampu menarik para pembaca dan pendengarnya. Bukti nyata dalam sebuah sastra memang sering kita jumpai kata-kata yang indah ang kadang tak mudah dipahami oleh orang yang tak begitu mengenal tentang sastra.
Dari pandangan diatas penulis mengatakan bahwa sastra adalah hasil imajinasai dari sastrawan yang diuangkan kedalam kata-kata yang indah dan memiliki makna dalam kehidupan. Artinya orang yang bersastra itu memiliki tujuan tertentu dalam tuliasan yang di tungkannya baik itu berupa tujuan pribadi, kelompok atau bahkan menyindir dan menghina. Nah dengan sastra orang dapat menuangkan gagasan yang kasar menjadi lembut, keras menjadi santun, menyidir menjadi hiburan dan masih banyak lagi pemaknaan yang dapat kita lihat dalam bersastra.
Dalam bersastra banyak yang harus kita tanamkan untuk memperolehnya, maksudnya bahwa ada batasan yang harus kita tanamkan dalam bersastra. Misalnya ketika kita mulai untuk menulis puisi, jangan mangatakan baik tidaknya karya itu tapi tapi penuangan ide yang paling harus kita utamakan. Karena sastra dikatakan indah itu berasal dari kata-kata yang sederhana dan di perindah dengan majas dan yang lainnya.
Bicara mengenai sastra atau bersastra, jangan bertanya tentang “apa” karena hal ini akan berpengaruh pada pemikiran-pemikiran atau karya-karya yang sudah ada dan biasanya terbatas dengan hal-hal nyata. Misalnya :
“Apa Pelacur itu?”
Maka akan bicara tentang penjelasan-penjelasan yang sudah ada dan nyata, tapi yang harus dipertanyakan adalah “bagaimana” dan “kenapa”. Nah dua pertanyaan itulah yang akan membawa kita berpikir lebih luas dan imajinatif, artinya jika kita bertanya tentang bagaimana? Maka banyak hal hal yang dapat kita ketahui sebab akibat terjadinya sesuatu sehingga menjadi “apa”. Misalnya:
“Bagaimana si A bisa menjadi Pelacur?”
“Bagaimana kehidupan Pelacur itu?”
Begitu juga dengan pertanyaan yang kedua tentang “kenapa”. Tidak jauh berbeda dengan “bagaimana” proses dalam penjelasan suatu kasus atau keterangan mengenai sesuatu lebih banyak dan produktif dalam bersastra. Bicara tentang kenapa artinya ada suatu keharusan sastrawan untuk mengetahui latar belakang terjadinya sesuatu, nah tentu prosesnya kembali kemasa lalu dari apa yang kita teliti atau tulis. Misalnya:
“Kenapa Melacur?”
“Kenapa menjadi pelacur?”
Dari pertanyaan itu akan banyak inspirasi yang timbul dalam imajinasi penulis atau orang yang bersastra.
Hal diatas hanyalah gagasan penulis mengenai pemahaman tentang sastra dan menulis. Sedikitnya ini memberi gambaran mengenai hal diatas tentang sastra. Penulis mengatakan berdasarkan kemampuan dan gambaran dari apa yang telah penulis rasakan dan ketahui. Thank.
Tasikmalaya, 2012
Komentar
Tulis komentar baru