Skip to Content

Mengenangmu

Foto Muhamad Tsaqib

Disini aku ingin sedikit berbagi kisah terharu dan paling membekas dalam benakku tentang seorang sahabat dan teman yang telah menemaniku mulai aku masih kecil. Bisa jadi kisah ini bisa diambil dalam segi pengenaan rasa dan suasana yang ada di dalamnya. 

Kisah ini aku hadiahkan kepada temanku yang tak usah kusebutkan namanya disini karena saya tidak ingin menyinggung dia yang sudah tiada disini dan hanya membekas sebagai kisah yang perlu dipetik hal baiknya. oleh karena itu, pada saat itu ketika aku masih bersekolah kami selalu satu kelas bersama, hanya saja ketika berada di jenjang MTs kelas VII kami beda kelas, dia kelas B dan aku kelas C. Namun, kami ini tetap menjalani pertemanan yang terus berlanjut hingga kami berada di jenjang MA yang merupakan jenjang pengulasan kisah untuk dewasa kami nantinya.

Itulah deskripsi singkat tentang dia; sahabatku, dan langsung saja kita mulai membaca dan menghayati kisah yang sungguh fenomenal dan kisah tersebut pernah menghebohkan daerah sekitaran sekolah saya di Singosari. Berikut ini kisahnya:

Pada suatu hari yang terlihat cukup cerah dipagi hari, seperti biasa di bulan Oktober hari-hari dimana event hujan dan pesta Ujian Tengah Semester bermekaran, kami para siswa kelas 11 berangkat untuk melaksanakan ujuan yang telah berjalan sekitar 4 hari-an. Kami berangkat dalam keadaaan bersemangat dan berwajah ceria menyambut hari-hari yang sangat membosankan bagi kami. Tak lupa pula sapaan hangat dari satpam tercinta kami yang senantiasa memberikan efek yang begitu kuat dalam menghadapi sekolah yang memenatkan pikiran dan jiwa. Pada saat itu ternyata kami datang terlalu pagi yang akhirnya kami harus menunggu sekitaran 30 menit untuk masuk kelas menjalani 2 ujian yang bermuatan lokal. Kamipun menunggu dikantin tercinta sambil bergurau dan berbincang-bincang santai untuk mengalihkan rasa bosan tersebut agar tidak menjadi-jadi.

Setelah kami menghabiskan waktu 30 menit itu di kantin, kamipun langsung menuju ke kelas yang berada di lantai 2. setelah itu kami langsung  masuk dan mengambil kartu ujian yang bersamaan dengan tandatangan sebagai bentuk kehadiran kami dalam ujian tersebut. Seperti biasa aku duduk bersamanya ketika ujian dan saling tolong-menolong dalam mengerjakan ujian agar bisa lulus bersama-sama. Dia ini adalah seseorang yang bertipikal ambis, ramah dan pintar dalam berbahasa inggris yang mendorongnya untuk melanjutkan kuliah di Universitas beralmamater biru yang ada di Malang dengan mengambil jurusan sastra inggris. Kami memang sudah bersahabat sejak kecil yang membuat kita selalu bersama dan saling mengerti antar satu sama lain. Dia termasuk sosok yang membantuku sejak aku MTs dalam hal sekolah untuk melengkapi tugas yang memang tidak ada kemampuanku disana. 

Terdengarlah adzan dzuhur yang dibarengi dengan suara hujan yang begitu deras terdengar. Kamipun langsung bersama-sama menuju ke Musholla yang terletak di lantai satu dan berwudhu untuk melaksanakan salat berjamaah yang pada waktu itu guru kami menjadi imamnya. Setelah kami melaksanakan salat seperti biasanya kami pegi ke kantin sejenak untuk melepas penat dan saling curhat mengenai jawaban serta soal yang telah dijawab pada ujian tadi. setelah kami beristirahat selama 15 menit, kamipun langsung masuk kedalam kelas untuk melaksanakan ujian ke-2 yang mana selesai atau tuntas pada jam 13.20 dan pulang. kamipun sudah maklum kalau jam ke-2 memang kami selalu saja tergesa-gesa selesai untuk segera pulang ke tempat mukim kami masing-masing. 

Waktu ujian kami sudah selesai dan kami disuruh untuk melengkapi tugas ke kantor, dikarenakan kami pada saat itu masih kurang satu mata pelajaran yang memang gurunya itu sulit sekali untuk ditemui atau sulit sekali mencari waktu luang untuk sekedar mengumpulkan tugas saja. Setelah itu aku sendiri sedang duduk-duduk di depan kantor sambil membaca buku. Tiba-tiba diajaklah aku oleh sahabatku ini untuk pulang bersama diboncengnya sambil membeli bakso yang biasa dia beli untuk diberikan kepada ibunya tercinta dirumah.

'' Ayo,qib. Ikut aku pergi beli bakso..'', katanya sambil tersenyum.

"Tapi, aku gak ada uang untuk membelinya cuy", kataku sambil sedikit tertawa dan diakhiri senyum datar.

" Gapapa,Qib. Tak bayarkan kok, kutraktir tenang aja'', katanya sambil menampakkan wajah yang kurang meyakinkan dan agak aneh, tidak seperti biasanya.

'' Yaudah, gas saja"', kataku sambil menampakkan wajah mengiyakan.

"Nanti sama langsung kuantar ke pesantren juga kok tenang aja", katanya sambil menepuk pundakku.

"Oke, gasss berangkat", kataku sambil berjalan bersama menuju parkiran sepeda motornya.

Kamipun menuju tempat penjual bakso yang berada di samping Gapuro dan saat itu memang keadaannya masih hujan yang terpaksa kami memesan sambil merasakan setiap air yang menetes-netes ke tubuh kami. Hari ini bagiku adalah hari teraneh yang pernah ada tatkala bersamanya. Dia memesan bakso begitu banyak untuk Ibunyadan akupun disuruh menambah porsi baksoku untuk bisa dibawa kepesantren dan dibuat makan siang. Akupun mengiyakan saja dan tak perlu banyak bertanya akupun mengambil sekitar Rp.4000 . Setelah itu diapun mengantarkanku sampai depan gang pesantrenku, dan di tengah-tengah perjalanan pondokku dia bertanya-tanya kepadaku mengapa kaca matanya berembun yang membuat penglihatannya kurang stabil. Akupun mengingatkannya untuk berhati-hati dan pelan-pelan saja dalam mengemusikan sepeda motornya itu karena memang dia ini suka cepat-cepat dalam mengemudikannya.

Kamipun sampai didepan gang pesantren dan kami bersalaman sebagai bentuk perpisahan kami pada waktu itu yang keadaannya hampir masuk waktu salat Ashar. Kamipun sedikit berdialog disana. Lalu dia pergi meninggalkanku dan akupun berjalan masuk menuju pesantrenku. Pada saat itu aku langsung buka baju dan hanya memakai sarung. Akupun langsung mencari nasi sisa di dapur dan beruntungnya aku pada saat itu, karena nasi yang kudapati ternyata masih banyak. Akupun seperti biasanya memakannya didepan kantin. Aneh sekali, saat aku makan perasaanku tidak enak dan nafsu makankupun turun. setelah 10 menitan makan, tiba-tiba temanku dari pesantren sebelah tergopoh-gopoh datang ke pondok dan akupun langsung menghampirinya dan menanyakan alasannya kok tumben datang ke pesantren tanpa mengabariku terlebih dahulu disekolah tadi. Ternyata seketika itu aku langsung lemas karena diberi informasi, bahwa sahabatku itu mengalami kecelakaan di jalan raya. Kamipun langsung berencana untuk menjenguknya besok jika memungkinkan ke rumahnya tanpa mengganggu pesantren. Dia setelah itu pergi dan aku bersegera menghabiskan makananku dan langsung beranjak tidur.

Akupun jam 4 bangun dan melakukan rutinitas salat ashar dan dilanjut dengan mengaji kitab sampai dengan jam 5. Pada saat selesai mengaji, akupun dihampiri oleh mua'limku dan memberi info kalau dia tahu kejadian tentang sahabatku. Hal yang paling membuatku bersedih adalah dalam informasi tersebut ternyata sahabatku sudah tidak dapat diselamatkan lagi atau disebut dengan istilah sudah wafat ditempat waktu dia kecelakaan. Setelah itu aku langsung tergertak, hatiku yang semula biasa saja seakan terkejut dan akupun pergi ke kamar dan menulis puisi:

Tak terasa dan  terkira jiwamu pergi

Lekak-lekuk cerita yang belum rapi

Sebongkah es dan bakso setiap pulang dari sekolah pagi

Kehilanganmu yang tak bertapi

Sahabatku, maaf. Takbisa kau kuratapi

Aku tertegun dan ingin pulang kembali

menghampirimu dan mengusung stori terakhir

Hihihihi...(sedih)

Tak terasa adzan magrib bergemuruh terdengar siap-siup ditelingaku. Akupun berdoa tatkala selesai sambil menyebut namanya berkali-kali disertai dengan seisak tangis yang membuatku pergi ke kamar mandi untuk menenangkan diri. Akupun melanjutkan semua kegiatanku sampai selesai sekitar jam 9 malam dan langsung tidur. 

Keesokan harinya aku ditanyai oleh beberapa orang yang tahu mengenai kejadian semalam itu. Aku takbisa menjawab pertanyaan itu, kecuali mengatakan kebaikannya diakhir waktu setelah mengantarku pulang ke pesantren itu. Aku hanya bisa menjawab dengan itu-itu saja dengan berlapiskan senyum sedikit semu dipandang  mereka. Pada saat itu aku pertama kali merasakan rasa kehilangan tatkala aku sedang ujian dan melihat bangku yang berada disampingku kosong terbengkalai saat itu. Biasanya yang memberitahu jawaban dan berbagi kisah bersamaku sekarang telah sirna mendahuluiku untuk menuju rahmat tuhan yang berupa Taman Surga yang sungguh indah tak terperi sedikitpun.Ketika itulah kisahku murni hasil usaha dan perjuanganku dengan tidak bergantung kepada siapapun dan juga dia, dia telah tiada dan aku kesepian sejak itu.

Pada saat malam tiba akupun meminta izin kepada Ustadzku untuk pulang berziarah kemakam sahabatku itu. Disana akupun langsung beranjak pergi dan menghampiri rumah kediamannya dan meminta maaf kepada kedua orangtuanya atas kesalahanku yang mungkin masih ada dan belum dimaafkan saat itu. Mereka semua baik dan tersenyum bahagia bisa melihatku, dikarenakan melihatku hadir menjadi sebuah kiasan dari sahabatku yang telah wafat itu. kami bisa disebut sebagai saudara jauh. Kami saling tolong menolong dalam hal apapun yang baik bagi kami semua. Selepas itu aku menghampiri pesarennya yang tidak jauh dari kampung halamanku. Melihat namanya saja dibatu nisan aku sudah tidak kuat untuk beranjak duduk sambil membaca surat al ikhlas dan alfatihah untuk yang bersangkutan itu. Pada saat itu aku hanya dapat menancapkan bunga mawar yang ku bawa dari taman seribu bunga di sekolah kita dan kutancapkan pada tumbukan tanah merahmu. Sampai saat ini aku merasa kau sudah tenang dialam sana untuk menungguku hadir jikalau ajal telah menjemput. Terima kasih sahabatku dan saudaraku, kau begitu hebat hingga jasamu tetap kukenang setiap waktu bersama doa yang terus kudentumkan selalu untuk ketenanganmu. Sekali lagi, terima kasih, Sahabat terbaikku.

Sekian saja kisah yang dapat aku sampaikan disini kepada anda seklaku pembaca yang budiman. Sahabat memang seperti itu. Kehilangan secara tiba-tiba akan membuatmu sadar kalau ternyata anda membutuhkannya disela-sela waktu atau di setiap waktu anda untuk bersama dengannya. Mungkin itu saja, saya menuliskan kisah ini dengan perlahan-lahan karena terlalu dalam untuk dirasakan dan dihayati pengambilan pesannya. Terima kasih dan semoga bertemu lagi di episode lain hari. 



  

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler