Sejumlah penyair dari berbagai daerah di Nusantara hadir dalam kegiatan Temu Penyair Dari Negeri Poci yang dilaksanakan Rumah Sastra Kita bekerja sama dengan Komunitas Radja Ketjil di Gedung Kesenian Kota Tegal, belum lama ini.
Mereka antara lain, Nia Samsihono dari Badan Bahasa Jakarta, Endang Werdiningsih Wartawan Kepresidenan, Susharjono (Sragen), Uki Bayu Sejati (Jakarta), Syarifudin Arifin (Padang), Rahadi Zakaria (Jakarta), Handrawan Nadesul (Jakarta), Kurniawan Juanaedi (Jakarta), Adri Darmaji Woko (Jakarta) dan Ibu Piek Ardijanto (Tegal).
Dalam kesempatan itu, sejumlah penyair silih berganti membacakan puisi hasil karyanya. Selain itu, juga dilakukan peluncuran Buku Antologi Penyair Dari Negeri Poci 5 dengan judul Negeri Langit oleh Wakil Wali Kota Tegal, Nursholeh.
Sebelumnya, dalam rangka temu penyair Dari Negeri Poci, dilaksanakan diskusi budaya di Kafe Yasinta SPBU Murni dengan tema Temu Penyair Negeri Poci dan Strategi Budaya Kita. Tampil sebagai pembicaran Atmo Tan Sidik (Tegal) dan Wijanarto (Brebes) dengan moderator Ketua Dewan Kesenian, Nurhidayat Poso.
Kemudian, acara dilanjutkan dengan sarasehan kesehatan oleh dokter Handrawan Nadesul. Tak hanya itu, peserta juga mengunjungi Rumah Sastra Kita di rumah penyair angkatan 66, almarhum Piek Ardijanto. Mereka melihat seluruh koleksi buku-buku dan majalah yang ada dipajang diperpustakaan.
Ketua Dewan Kesenian, Nurngudiono, mengatakan, seorang penyair memiliki andil besar pada perubahan maupun revolusi kebudayaan. Sebab, berbagai macam hasil karyanya akan selalu memberikan dampak pada masyarakat. Berdirinya komunitas atau kumpulan penyair Dari Negeri Poci yang didirikan sejak tahun 1993, merupakan bukti kumpulan orang-orang yang memiliki dedikasi tinggi terhadap kesenian.
Salah satu pendiri Dari Negeri Poci, Rahardi Zakaria menyatakan, penyair ataupun seniman merupakan orang terpandang. Hal itu dibuktikan seperti Paris. Oleh karena itu, sastra seharusnya bisa berdiri di garda paling depan di Indonesia.
Komentar
Tulis komentar baru