Berita menyedihkan datang dari dunia sastra. Pusat dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia, HB Jassin terancam ditutup karena kekurangan dana.
Hal tersebut disampaikan seniman Sitok Strengenge dan pelaku sastra lainnya, Eka Kurniawan. Mereka sangat prihatin dengan kondisi tersebut karena PDS HB Jassin adalah salah satu aset nasional yang perlu mendapat perhatian pemerintah.
PDS HB Jassin didirikan oleh pengarang, penyunting, dan kritikus sastra H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976. Saat ini, lebih dari 48 ribu dokumen sastra yang terdapat di PDS HB Jassin. Di tempat itu, tersedia ruang baca yang terbuka untuk publik.
Eka mengaku sangat mengandalkan PDS HB Jassin untuk mendapatkan referensi jika ingin menulis esai. Selain koleksi sastra pribadi dari HB Jassin, terdapat juga draft naskah, buku sastra, kartu pos dan tulisan tangan karya sastra Chairil Anwar.
"Di situ koleksinya sangat langka, ada tulisan tangan Chairil Anwar. Saya juga waktu nulis naskah, nyari esai Asrul Sani itu susah banget. Buku-buku atau artikel tentang dia hampir nggak ada. Dapetnya ya di HB Jassin," ujar Eka saat berbincang dengan detikhot via telepon, Sabtu (19/3/2011).
Penulis novel 'Cantik itu Luka' tersebut melanjutkan, selain membutuhkan dana, PDS HB Jassin juga memerlukan penambahan fasilitas yang memadai. Karena jika penyimpanan dokumen tersebut tidak benar, maka akan gampang rusak atau hancur.
Selama ini, sumber dana untuk pengelolaan PDS HB Jassin berasal dari pemerintah. Karena tidak bersifat komersial, PDS HB Jassin yang terletak di Taman Ismail Marzuki itu amat bergantung pada subsidi.
"Akibat kurangnya subsidi itu, yang bahkan tak cukup untuk bayar listrik dan pemeliharaan fasilitas, #PDS hampir tak mungkin bertahan," tulis Sitok lewat akun Twitternya.
Jika PDS HB Jassin tidak mampu bertahan, bagaimana nasib genarasi muda di masa yang akan datang untuk mengetahui sejarah sastra bangsanya? Mengutip kalimat dari mantan Presiden Soekarno, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat dan menghargai sejarahnya. "Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah," ucap Bung Karno. (ich/ich/detikHot)
Selamatkan PDS HB Jassin, Pelaku Sastra Gerakkan Koin Peduli
Pusat dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia, HB Jassin terancam ditutup karena kekurangan dana. Para pelaku sastra pun membuat gerakan koin peduli untuk menyelamatkan PDS HB Jassin.
"Selain #koinsastra, teman-teman juga rencananya mau bikin pertemuan di Taman Ismail Marzuki hari ini," ujar penulis novel Eka Kurniawan kepada detikhot, Sabtu (19/3/2011).
Selama ini, sumber dana untuk pengelolaan PDS HB Jassin berasal dari pemerintah. Karena tidak bersifat komersial, PDS HB Jassin yang terletak di Taman Ismail Marzuki itu amat bergantung pada subsidi.
Namun menurut para sastrawan yang sering berkecimpung di situ, dana pengeloloaan dari pemerintah sudah dikurangi. Padahal, butuh dana yang tidak sedikit untuk melindungi puluhan ribu dokumen.
Fasilitas yang terdapat di PDS HB Jassin juga tidak cukup memadai untuk menyimpan dokumen penting seperti tulisan tangan naskah sastra Chairil Anwar. "Setahu saya dana dari pemerintah sekitar Rp 100 juta per tahun, tapi dikurangi jadi Rp 50 jutaan," tuturnya. (ich/ich/detikHot)
Pemprov DKI Jamin PDS HB Jassin akan Tetap Eksis
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin disebut-sebut akan gulung tikar karena kekurangan dana. Namun kabar itu dibantah oleh Pemprov DKI Jakarta. Pusat dokumentasi sastra terlengkap di Indonesia itu akan tetap eksis.
"Saya menjamin tidak akan ditutup, tidak pernah terpikir untuk menutup itu," kata Kelapa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Arie Budiman saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (19/3/2011).
Arie mengakui, anggaran untuk PDS HB Jassin memang mengalami penurunan untuk tahun ini. Namun bukan berarti, tidak ada solusi lain sehingga harus menutup tempat yang kerap menjadi rujukan para sastrawan itu.
"Memang bantuan yang diberikan pemprov kurang sesuai dengan harapan mereka, tapi tentu tidak akan serta merta ditutup. Dinas Pariwisata tentu akan mencoba mencari solusi bagaimana agar terus eksis dengan kondisi yang lebih baik," kata Ari.
"Sudah menjadi kewajiban dari Pemprov DKI Jakarta untuk mencari solusi agar PDS HB Jassin tidak ditutup misalnya dengan mengajukan ulang anggaran dan masih banyak cara yang lain," lanjut Arie.
Sebelumnya sejumlah sastrawan memperbincangkan soal kabar penutupan PDS HB Jassin ini di situs microblogging Twitter. Salah satunya Sitok Srengenge menuliskan 'Akibat kurangnya subsidi itu, yang bahkan tak cukup untuk bayar listrik dan pemeliharaan fasilitas, #PDS hampir tak mungkin bertahan'.
Sementara itu pelaku sastra lainnya Eka Kurniawan mengaku sangat prihatin dengan kabar tersebut. Selama ini Eka mengaku sangat mengandalkan PDS HHB Jassin untuk mencari rujukan-rujukan sastra.
PDS HB Jassin didirikan oleh pengarang, penyunting, dan kritikus sastra H.B. Jassin pada tanggal 28 Juni 1976. Saat ini, lebih dari 48 ribu dokumen sastra yang terdapat di PDS HB Jassin. Di tempat itu, tersedia ruang baca yang terbuka untuk publik. (ken/ndr/detikNews)
Komentar
Tulis komentar baru