Pembukaan acara Temu Sastrawan Nusantara Mitra Praja Utama (MPU) IV, 2012, di Yogyakarta diramaikan dengan pentas seni tari. (Foto: PR)
Temu Sastrawan Nusantara Mitra Praja Utama (MPU) IV dibuka Kadisbudpar Yogyakarta, Drs. GPBPH Yudaningrat, M.M, di Pendopo Brongto, Yogyakarta, Senin malam (15/10). Temu sastrawan ini diikuti para penyair dan sastrawan dari 10 provinsi yang menyepakati Temu Sastra Nusantara MPU.
Dalam sambutannya, Kadisbupar Yudaningrat mengatakan, sejak zaman keraton sampai sekarang sastra lekat dengan kepemimpinan. Hal ini menandai sastra merupakan refleksi yang relatif tua. Tercermin dari nilai-nilai luhur, cerdas intelektual dan emosional yang universal.
Masalah-masalah kepemimpinan, kata Kadisbudpar, sering dilirik sastrawan. Seperti yang tersebar dalam karya Sastra Nusantara sehingga sudah sudah seharusnya pemerintah berusaha melestarikan Sastra Nusantara termasuk tentang konsep-konsep dan pesan kepemimpinan yang tertuang dalam Sastra Nusantara. "Ini penting mengingat era global dengan kebudayaannya akan masuk ke setiap sendi bangsa. Kalau tidak selektif dan kita melestarikan pesan dan nilai sastra, akan menjadi bahaya bagi bangsa," demikian Kadisbudpar Yogya.
Diharapkan, kata dia, acara ini akan menjadi inspirasi bagi langkah realistis dalam pemekaran sastra dan kepemipinan di Indonesia. Sebab nantinya, hasil pertemuan ini akan dibuat dalam sebuah rumusan untuk merealisasikan prinsip "memayu hayuning bawono." Penyambung suara hakiki untuk sejahterakan bangsa.
Acara temu Sastrawan Nusantara berlangsung sampai Rabu (17/10). Pada kesempatan ini Jawa Barat membawa 7 penyair/sastrawan hasil kurator yang telah dilakukan oleh penyair/sastrawan Acep Zamzam Noor. Acara diisi dengan disksusi kepemimpinan dalam sastra, sastra dan perkembangan penerbitan, serta pentas karya dari berbagai daerah disertai dengan pembahasan karya oleh antar sesama peserta.
Komentar
Tulis komentar baru