Kesantunan, Kejernihan, dan Ketertataan dalam Berbahasa Tulis: “Warisan Berharga” Ustad Bagir (1930-2010)
dar.mizan.com - Oleh Hernowo
Dengan terus berupaya menggunakan bahasa yang santun, saya pun terbantu untuk tidak gampang menuduh atau menyalah-nyalahkan pendapat seseorang yang tulisannya saya baca. Sebelum, misalnya, saya membalas sebuah pendapat yang ingin saya beri komentar di sebuah milis atau Facebook, saya pun “dipaksa” untuk berpikir keras. Dan setelah pendapat saya selesai saya tulis—sebagai hasil berpikir keras—saya pun didorong untuk membaca-kembali secara cermat terlebih dahulu. Saya menjadi terbiasa untuk tidak langsung mengirimkan tulisan saya begitu selesai saya tulis.
Komentar
Tulis komentar baru