ANTARA SAFA DAN MARWA
kukejar dukamu di antara safa dan marwa
tapi rasanya tak pernah
aku melangkah di antara dua bukit
karena air mata ismail
menenggelamkan keluh-kesahku pada dunia
CATATAN BIR ALI
ihram menyarungkan dirinya untukku
lalu aku pun rebah
pada ketiadaan yang berbinar
semua keinginanku pada bumi menepi
setelah shalat dua rakaat
menelanjangiku dengan cintanya
yang bulat tidak lonjong
DI MAULIDIN NABI
bus-bus antarkota
selalu mengangkut kerinduanku
tapi pintu rumahmu rapat terkunci
mengurung kasihku pada deritamu
hingga hampir tak mungkin
kutinggalkan engkau sendiri
dalam hiruk-pikuk pasar gaza
di samping rumah kelahiranmu
masih juga kuharap kau menyeruak
segera saja tembok-tembok yang beku
menyampaikan pesan kedatangan
dingin angin menebarkan baumu
membumbung cepat ke jabal nur
lantas kuintip wajahmu
di antara lubang pendingin
pada pipa-pipa air menjulur
kusalurkan doa-doaku
bahkan pada buku pustaka terkatup
yang membaca dirimu sepanjang hari
kutuliskan namaku paling depan
tapi senyummu yang kecil tersembul di balik pasir
kemudian bayanganmu menyelinap
di tengah arus lalu lintas
yang tak dapat kutangkap
dengan kesabaran sejengkal
cuma lewat penjaja syiwak dan inai
masih sempat kau kirimkan pesan:
tunggu aku di riau
negeri yang dilanda risau
karena pecundang dari harapan
KISAH MASJIDIL HARAM 1
masjidil haram yang luas
di manakah tempatnya
di hatiku sempit
sementara di pelataranmu melepak
aku mabuk dalam kasih berka'bah
maka aku sembunyikan harapanku
pada lawang hajarul aswad
tapi menaramu yang jangkung
menghempaskan semua pintaku
terinjak oleh kaki-kaki penziarah
sebelum tersangkut di multazam
dengan mulut hitam terkunci
di balik kiswah
aku mundur bagai abrahah
tapi seratus pintumu terkunci
babussalam merapatkan tangannya
di tangga ma'la
izrail menghentakkan tongkat
sia-sia kugapai zamzam
karena sumur purba itu
lebih dulu tenggelamkan hasratku
ke dasarnya yang dalam
tak dengkat
aku pun tersedot lewat kran
masuk kerongkongan orang miskin
yang memuntahkannya sebagai dahak
tapi matahari mengangkatku
ke tapak ibrahim
cuma tak kulihat jejaknya
yang hilang bersama thawaf
bahkan di hijir ismail
aku dilapah kain lap askar
yang membuangnya
ke tong-tong sampah
muhammad muhammad ke mana engkau
tetapi hajar menghampiriku
dan menyuapi doa-doa ke mulutku
yang dikikisnya
dari kaki-kaki keledai berkurap
''kau bukan siapa-siapa
nyahlah!'' kata pasir
KISAH MASJIDIL HARAM 2
aku tak pernah datang padamu
juga dalam saat semacam ini
karena kau telah lebih dulu datang
jauh sebelum kutarik nafas pertamaku
''masuklah ke rumahmu sendiri,''
ka'bah memelukku
multazam tersenyum menggoda
sementara kiswah menghamparkan tikar
di bawah cahaya hajarul aswad
yang legam
maka dengan kebebasan tanpa batas
kuserahkan ketiadaanku
milikku hanyalah kesalahan
hanya kesalahan
MENGHAYATI UHUD
bahkan bayang-bayangku pada pasir
memerangi jasadku yang rakus
lalu kami pun berebutan
untuk tidak saling memiliki
THAWAF PERPISAHAN
tak akan aku ucapkan
selamat tinggal kepadamu
karena aku tak akan pergi
walau setapak dari janji
kita akan saling merindu
karena air mataku
akan mencuci dukamu
di sudut-sudut tubuhmu
kutempelkan riuh riaku
yang lebih besar
dari masjidil haram
kita akan saling merindu
karena tafakurmu
menjadi sitawar sidingin
pada hari-hariku yang pendek
ketegaranmu dari hujan dan panas
menjadi kitab harianku
yang lebih lengkap
dari ensiklopedi kehidupan
maka benamkanlah aku ke dadamu
sambil terus kau ucapkan:
selamat datang
hingga aku menjadi datang
dan setiap melangkah
aku hanya menujumu
WUKUF 1
aku bentangkan tangan selebar arafah
tapi nikmatmu sebanyak pasir
hingga lemaslah daku
dalam kasih bergurun
masih belum puas juga
kau nyatakan cinta
hingga kau lukiskan wajahmu
pada benda-benda berjuta
agar ke manapun mataku memandang
aku melihat asmaramu
bergelora bagai panas bercampur pasir
tapi pertemuan ini sudah cukup bagiku
karena tak ada yang musti kuharap
selain menyerahkan diri kepadamu
hingga ketiadaanku sempurna
dan aku menyempil dalam adamu
Tulis komentar baru