Tak hanya pasar modern, pasar tradisional memiliki banyak keunikan mulai dari Susana, pedagang maupun pembeli dan keunikan lain yang tak ada di pasar modern.
Hari minggu tepat pukul 08.00 pagi, ku awali hari libur ini dengan bersepeda menuju pasar tradisional yang berada di Kota Bekasi. Pasar tradisional itu terletak di jalan raya Seroja Kelurahan Harapan Jaya Kota Bekasi. Perjalanan dari rumahku dengan menggunakan sepeda memakan waktu kurang lebih 5 menit untuk sampai di pasar. Saatku mulai memasuki perempatan pasar sudah terlihat sepanjang jalan masuk menuju pasar para pedagang kaki lima yang sengaja membuka lapaknya di sepanjang trotoar jalan. Ada yang sengaja membuka lapaknya hanya dengan beralaskan tiker mulai dari penjual dompet, ikan hias, vas bunga, mainan anak-anak, jam tangan, aksesoris handphone, bahkan sampai penjual makanan dan minuman seperti ketoprak, nasi uduk, aneka kue, gorengan, lontong sayur, es kelapa, dan lain-lain.
Banyak pula kendaraan pribadi milik pengunjung yang sengaja sembarang parkir di bahu jalan dan mengakibatkan akses jalan menuju pasar macet. Terdapat pula ruko-ruko yang menghiasi pintu masuk pasar. Terdapat pula tempat parkir kendaraan tepat di depan pasar dengan tarif parkir seharaga Rp 1000 untuk sepeda, Rp 2000 untuk motor, dan ada pula parkir untuk mobil yang bertarif Rp 5000. Rata-rata para pengunjung menggunakan kenndaraan bermotor. Setelah memarkirkan sepeda barulah aku berjalan menyusuri pasar tradisional yang terkenal di Kota Bekasi ini. Memasuki pasar mulai terciumlah bau amis menyengat yang mungkin berasal dari daging-daging yang dijual para pedagang di pasar ini. Udara yang juga sesak penuh dengan pengunjung, dan juga jalanan yang tidak bagus. Banyak sampah di sepanjang jalan, dan juga banyaknya genangan air. Tetapi semua itu tidak menyurutkan semangat para pengunjung untuk membeli apa saja yang mereka cari di pasar ini.
Saatku mulai berjalan menyusuri pasar tiba-tiba langkah kakiku terhenti dan mataku tertuju pada beberapa anak kecil yang menawarkan barang dan jasanya. Mulai dari salah satu anak kecil yang aku perkirakan baru berumur 10 tahun, Ia berjualan tisu, menawarkan kepada semua pengunjung kesana kemari. Dengan berpakaian sederhana baju lusuh dan celana pendek berwarna merah dan memakai sandal jepit. Seharusnya di umur yang masih belia itu ia tidak harus merasakan bagaimana susahnya mencari uang harusnya ia hanya belajar, sekolah, dan bermain bersama teman-temannya. Tidak bekerja seperti ini dengan penghasilan yang jauh tidak sebanding dengan usaha dan lelahnya. Tidak hanya itu saja, banyak juga anak kecil yang menawarkan jasanya mengangkut barang belanjaan milik pengunjung pasar. Belanjaan yang begitu berat tidak sebanding dengan tinggi tubuhnya demi mendapatkan upah dari hasil kerjanya.
Semakinku menyusuri kedalam pasar terlihatlah nenek-nenek tua, renta yang duduk di sudut pasar. Ia duduk dan mengemis kepada para pengunjung pasar, meminta sebagian kecil uang dari pungunjung tersebut. Dengan muka yang memelas, pucat pasi , keriput di seluruh tubuhnya meandakan ia sudah tua dan lelah, dan pakaian yang sudah lusuh tetap ia gunakan membuat hati semua orang luluh dan ingin memberikan sebagian kecil uangnya termasuk aku. Berbagai macam keunikan mulai dari ramainya pengunjung, anak kecil yang mencari nafkah, pengemis pedagang tua, dan lain-lain menghiasi sudut-sudut pasar tradisional ini. Tetapi tidak hanya itu saja adanya mainan seperti kereta-kerataan didalam pasar ini yang sangat membantu para orang tua yang membawa anak kecil mereka. Anak kecil yang suntuk akan ramainya keadaan pasar akan kembali terhibur dengan bermain kereta-keretaan ini.
Aktivitas pasar itu sendiri biasanya dimulai dari pukul 12 malam dengan berdatanganya mobil-mobil box bahkan truk-truk pengangkut bahan pangan yang akan dijual di pasar ini nantiya. Tawa menghiasi pasar ini, para pedagang tak segan untuk bercanda dengan para pengunjung sehingga menghasilkan tawa merek, tidak seperti di pasar swalayan yang terkenal kaku. Cara menawar barang dagangannya bergaya seperti seles-seles di mall. Senyum ramah juga sering dilontarkan para pedagang kepada calon pembelinya. Harga yang relatife lebih murah dibanding di pasar swalayan menjadi daya tarik tersendiri. Tak jarang banyak pembeli yang menawar harga begitu murah kepada para pedagang hal yang tidak ditemukan di pasar modern.
Jadi menurutku wajar saja pasar tradisional ini mampu bertahan sampai sekarang karna pengalam yang berbeda saat berbelanja. Jika pengunjung berbelanja di pasar swalayan ia tidak bisa melakukan tawar menawar harga tidak seperti di pasar tradisional. Inilah salah satu ciri pasar tradisional yang tak tergantikan walaupun sekarang sudah banyak pasar modern atau pasar swalayan lainya.
Banyak keunikan di pasar tradisional ini. Membuat pasar ini selalu ramai pengu njung dan bisa bersaing dengan pasar modern lainnya. Walaupun banyak kekurangannya tetapi pasar ini memiliki banyak kelebihannya.
Tulis komentar baru