Skip to Content

Oktober 2009

Juru Sanggah

Apa peliknya sanggah? Sekedar menyanggah untuk membaik-baikkan buruk, memburuk-burukkan baik, membalik-balikkan timpang, mentimpang-timpangkan niat, tangkal-menangkal segala ingkar, ingkar-melingkar segala tohok, tohok kapok segala cecar, lalu cecarlah cerca dan caci habis segala usik, segala usut. Itu dan begitu-begitu saja selamanya. Maka, apa peliknya?

Sang Tak Beralamat

“Sempurnalah hidup mati orang-orang yang beralamat. Celakalah hidup mati orang-orang tanpa alamat!” Demikianlah bunyi prasasti batu kubur berhuruf Jawi Kuno. Prasasti batu kubur itu telah patah terbengkalai di sebuah komplek pekuburan kumuh tengah kampung.

Api Benci

Ku sangat membencimu

bahkan lebih dari apapun

Ku selalu menginginkan kematianmu

Lebih dari apapun

 

Ku memberikan sebuah pilihan kepadamu

Sajak Pena

Ku ini penari

tapi tak pintar menari

Ku menari bukan di atas panggung

Tapi, ku menari di atas selembar kertas putih

 

Kadang ku dipuja-puja tapi,

SUARA PARAU DARI MASA LALU

pertama,
di lembah ini terbentang kisah
suku yang melompati jurang.
demi harga diri tak tertawar.
demi keyakinan pembalut nurani.
walau beribu laskar Tuhan

LELAKI PENUH LUKA

tutup pintu itu perlahan
agar tak terganggu
lelap tidurnya.
ia terlampau lelah setelah
membangun istana
pasir di siang hari.
biarkan ia bawa sejenak

BENIH CINTA TERLARANG

“Belunguh, kaukah itu?”, suara lembut seorang perempuan berdesir dibawa angin. Sesosok tubuh sintal turun dari punggung kuda berwarna cokelat.
Lelaki muda yang dipanggil Belunguh bersirobok pandang seraya tersenyum.
“Inilah sahaya Tuan Puteri”, jawab lelaki itu sambil membungkuk sepenuh hormat.

Kursi

Hei!

Kursi itu buat duduk

Jangan engkau naiki degan sepatu penuh debu

Kamu tahu,

Dia ada karna tetesan peluhku.

Pulanglah Ayah

Sembilan tahun sejak hari itu

Tak lagi kulihat wajahmu

Ayah...

Recehan adalah harga diriku

Karna recehan juga kau menghempaskanku

Ayah...

Manusia Gerobak

Melangkah tanpa alas kaki

sambil mendorong gerobak air

Panasnya jalan pukul dua belas siang

Seakan tak dirasakan ketika dia tersenyum

Kataku,



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler