pagi hari pada musim hujan bulan januari, Obled.
lelaki setengah waras tukang memancing ikan
seorang tetangga menemukannya telah mati
pukul 6.oo pagi dini hari,
di pinggir sungai tempat ia menukar nasib
Obled, denga mata bulatnya
ditemukan telanjang tanpa pakaian, tersapu riak sungai cibiak
: Obled mati, Obled mati
dan berbondong-bondong orang Desa melihatnya.
pernah,
suatu hari yang basah oleh gerimis, aku melihat Obled sedang men-tengger pancing
sungai cibiak berwarna coklat muda, beriak dan mengalir deras ke muara halua
tiga kilometer dari kampung lejok, disana juga ia menghabiskan hari harinya.
: mang Obled, lagi mancing?
ia hanya mengangguk, tanpa berkata-kata.
: kan airnya lagi deres. ucapku!
dengan desah panjang, dengan tajam ia menatapku
mata bulatnya sempat membuatku takut, aku melihat ada kemarahan berkibaran
mata itu, mata yang menyimpan rahasia hari-hari Obled
: hidup bukan hanya sekedar mencari ketenangan, kita terjebak. selama ini manusia telah lupa hakikat hidup,
hakikat deras sungai
hakikat kail dan ikan-ikan dikedalaman yang sunyi dan gelap.
Obled terkekeh, jingkrak-jingkrak karena kailnya tersangkut di rimbun ilalang
: lihat mulianya ilalang ini
Obled menunjukan ilalang yang tersangkut di kailnya itu
: ini, lihat ini. ilalang yang baik, adil, jujur
ilalang tidak berpihak kepada pemancing manapun,
kemarin sore, saya melihat si Duleh juga kena ilalang ini, betapa jujurnya ia.
bukankah sungai telah mengajarkan manusia pada hakikat hidup sebenarnya. Obled-pun terkekeh.
matahari bertakhta di samudra, angin berhembus kencang
malam mulai datang, dan aku harus pulang
: mang Obled, hari sudah malam, sebaiknya kita pulang
: pulanglah! seharusnya kita mengerti, bahwa hidup tidak untuk keserakahan semata,
dan kita mesti mengerti, kesusahan membuat seseorang tau siapa diri sebenarnya.
Dua hari kemudian seorang tetangga menemukannya mati
di sisi sungai cibiak, tepat pukul 6.oo
Anyer, 2014
Komentar
Tulis komentar baru