setiap orang, baik gelandangan sastra (sastrawan belum mapan) maupun redaktur, punya hak dan kewajiban. Apa yang diungkapkan di sini ada benar dan tidaknya. Yang jelas, setiap sastrawan yang saat ini dianggap mapan, tentu pernah berjuang dari bawah, gelandangan dahulu. Proses ini harus disikapi dengan bijak, karena memang tidak setiap orang dapat menulis karya ssatra yang bagus, apalagi jika didorong motivasi duniawi. sastra adalah sebuah dunia dimana orang semestinya menulis karena tarikan jiwa yang kuat, dengan niat membagi ekspresi yang bermanfaat buat siapa pun yang mencintainya (terutama). Populraitas dan imbalan materi, bagi sastrawan, harus bukan tujuan. Jika menjadi tujuan, maka karyanya tidak bersih dari jiad sastra itu sendiri. Sastra umumnya membagi penderitaan, memberi kritik kepada kemunafikan atau apa pun yang dianggap negatif. Benar bahwa tidak setiap sastrawan yang populer berkarya bagus, dan tidak semuanya merupakan karya the best. Tapi hanya sedikit dari karya sastrawan terkenal yang karyanya tidak bagus (secara tema atau apa pun). perhitungan industri juga tidak perlu dianggap selalu salah, karena itu hak mereka, juga kewajibvan sebagai penjaga gawang, karena tentu kiriman karya pada media tersebut sangat banyak, dan perlu dipilih. Ada pun kasus dengan koran di bogor itu, tidak identik dengan semua media. Masih banyak media cetak lain yang bisa menampung karya pemula, asalkan dianggap memenuhi standar kualitas mereka. SAdalah hak dan kewajiban setiap redaktur mempunyai selera dan pilihan bagi publik yang dianggap pembaca setianya. Keterbasatan rubrik juga m,enjadi pertimbangan pemuatan karya yang ada.
Yang jelas karya yang baik akan tetap muncul ke permukaan, dan tidak akan ada yang dapat menmghalanginya.
setiap orang, baik gelandangan sastra (sastrawan belum mapan) maupun redaktur, punya hak dan kewajiban. Apa yang diungkapkan di sini ada benar dan tidaknya. Yang jelas, setiap sastrawan yang saat ini dianggap mapan, tentu pernah berjuang dari bawah, gelandangan dahulu. Proses ini harus disikapi dengan bijak, karena memang tidak setiap orang dapat menulis karya ssatra yang bagus, apalagi jika didorong motivasi duniawi. sastra adalah sebuah dunia dimana orang semestinya menulis karena tarikan jiwa yang kuat, dengan niat membagi ekspresi yang bermanfaat buat siapa pun yang mencintainya (terutama). Populraitas dan imbalan materi, bagi sastrawan, harus bukan tujuan. Jika menjadi tujuan, maka karyanya tidak bersih dari jiad sastra itu sendiri. Sastra umumnya membagi penderitaan, memberi kritik kepada kemunafikan atau apa pun yang dianggap negatif. Benar bahwa tidak setiap sastrawan yang populer berkarya bagus, dan tidak semuanya merupakan karya the best. Tapi hanya sedikit dari karya sastrawan terkenal yang karyanya tidak bagus (secara tema atau apa pun). perhitungan industri juga tidak perlu dianggap selalu salah, karena itu hak mereka, juga kewajibvan sebagai penjaga gawang, karena tentu kiriman karya pada media tersebut sangat banyak, dan perlu dipilih. Ada pun kasus dengan koran di bogor itu, tidak identik dengan semua media. Masih banyak media cetak lain yang bisa menampung karya pemula, asalkan dianggap memenuhi standar kualitas mereka. SAdalah hak dan kewajiban setiap redaktur mempunyai selera dan pilihan bagi publik yang dianggap pembaca setianya. Keterbasatan rubrik juga m,enjadi pertimbangan pemuatan karya yang ada.
Yang jelas karya yang baik akan tetap muncul ke permukaan, dan tidak akan ada yang dapat menmghalanginya.
Kekuatan sebuah puisi adalah soal 'pemulasaraan' kata yang berpadu sehingga menghasilkan metafor. Sengaja saya memilih istilah pemulasaraan untuk menyampaikan istilah pilihan kata dalam menulis puisi. Maksudnya, kata tak sekadar dipilih, tetapi dipilah dan dipadukan sehingga menghasilkan efek, baik pendalaman secara makna maupun bunyi secara irama.
Sapardi Djoko Damono (SDD) atau Acep Zamzam Noor (AZN) sangat apik dalam hal pemulasaraan kata sehingga setiap kata memiliki unsur bunyi serta efek yang menakjubkan sehingga menjadi semacam "sihir" bagi pembacanya. Coba lihat dan rasakan bagaimana SDD secara apik mengunakan kata-kata dalam puisi-puisi seperti 'Dalam Sakit' atau 'Metamorfosis'. Begitu pula AZN dalam puisi-puisi 'Dongeng dari Negeri Sembako' atau 'Menjadi Penyair Lagi'.
Biasanya sebuah kata dipilih untuk mendapatkan efek puitik (kekuatan utama sebuah puisi) sehingga efek tersebut menemukan metafor. SDD menulis: aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak terucapkan/awan kepada hujan/yang menjadikannya awan. Efek yang dicapai dari paduan kata dari alam itu menautkan metafor pada kebersahajaan cinta, tapi begitu dalam pemaknaannya sehingga pembaca menemukan gambaran seperti apa cinta atau mencintai itu.
Membaca puisi karya Fitria Vitamaya, ada usaha memulasara kata-kata dengan mamadukan unsur kata dari dunia teknologi (komputer) dalam puisi berjudul 'Komputer Hati'. Sayangnya, pilihan kata-kata tersebut masih menjadi tempelan sehingga tidak membuat 'link' yang menghasilkan efek, baik secara makna maupun bunyi. Diksi seperti 'delete', 'enter', 'copy', atau 'paste' hanya menjadi sekadar pengganti diksi 'hapus', 'terus/lanjut', 'ambil', atau 'raih' tanpa menghasilkan metafor atau pemaknaan baru.
Hal utama yang harus diasah dalam menulis puisi adalah rasa. Meskipun begitu, ada kesempatan bagi Fitria untuk lebih mengasah kemampuannya dalam "ulin rasa" pada puisi-puisi berikutnya. Terima kasih.
Kekuatan sebuah puisi adalah soal 'pemulasaraan' kata yang berpadu sehingga menghasilkan metafor. Sengaja saya memilih istilah pemulasaraan untuk menyampaikan istilah pilihan kata dalam menulis puisi. Maksudnya, kata tak sekadar dipilih, tetapi dipilah dan dipadukan sehingga menghasilkan efek, baik pendalaman secara makna maupun bunyi secara irama.
Sapardi Djoko Damono (SDD) atau Acep Zamzam Noor (AZN) sangat apik dalam hal pemulasaraan kata sehingga setiap kata memiliki unsur bunyi serta efek yang menakjubkan sehingga menjadi semacam "sihir" bagi pembacanya. Coba lihat dan rasakan bagaimana SDD secara apik mengunakan kata-kata dalam puisi-puisi seperti 'Dalam Sakit' atau 'Metamorfosis'. Begitu pula AZN dalam puisi-puisi 'Dongeng dari Negeri Sembako' atau 'Menjadi Penyair Lagi'.
Biasanya sebuah kata dipilih untuk mendapatkan efek puitik (kekuatan utama sebuah puisi) sehingga efek tersebut menemukan metafor. SDD menulis: aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak terucapkan/awan kepada hujan/yang menjadikannya awan. Efek yang dicapai dari paduan kata dari alam itu menautkan metafor pada kebersahajaan cinta, tapi begitu dalam pemaknaannya sehingga pembaca menemukan gambaran seperti apa cinta atau mencintai itu.
Membaca puisi karya Fitria Vitamaya, ada usaha memulasara kata-kata dengan mamadukan unsur kata dari dunia teknologi (komputer) dalam puisi berjudul 'Komputer Hati'. Sayangnya, pilihan kata-kata tersebut masih menjadi tempelan sehingga tidak membuat 'link' yang menghasilkan efek, baik secara makna maupun bunyi. Diksi seperti 'delete', 'enter', 'copy', atau 'paste' hanya menjadi sekadar pengganti diksi 'hapus', 'terus/lanjut', 'ambil', atau 'raih' tanpa menghasilkan metafor atau pemaknaan baru.
Hal utama yang harus diasah dalam menulis puisi adalah rasa. Meskipun begitu, ada kesempatan bagi Fitria untuk lebih mengasah kemampuannya dalam "ulin rasa" pada puisi-puisi berikutnya. Terima kasih.
Anton Chekov menulis cerita selalu dengan struktur yang rapi dan sederhana. Kelebihannya adalah tema yang disodorkan sering melibatkan emosi pembaca secara tak langsung lantaran efek dari penceritaannya. Kadang-kadang bisa karikatural. Sekadar contoh (meskipun berbeda genre), bagaimana Chekov menulis naskah 'Pinangan' yang berputar-putar pada persoalan perselisihan dua keluarga yang sebenarnya sepele. Namun, itulah kekuatan cerita sehingga secara tidak langsung pembaca ikut terlibat dalam perselisihan tersebut.
Teknik berbeda dalam penulisan cerita dilakukan oleh Edgar Alan Poe. Poe bisa "menyihir" pembaca dengan gaya penceritaan yang tajam dan langsung, meskipun secara struktur tidak "ngaguluyur". Namun, pembaca terkesima oleh plot dan bangunan karakter yang "tidak biasa". Sekadar contoh pula, Poe menulis cerita 'Kucing Hitam' yang sangat tajam dan mencekam.
Jika Chekov bermain-main dengan unsur naratif sehingga pembaca pun ikut dalam permainan kata-kata, Poe melakukannya dengan cara deskriptif sehingga menimbulkan efek ketegangan.
Membaca tulisan Fitria Krisna berjudul 'Rapor' seperti mendengarkan orang yang sedang bercerita. Plot cerita yang "ngaguluyur", struktur kalimat yang "biasa", membuat pembaca tak menemukan "sandungan" atau efek pada setiap kalimat yang disampaikan. Padahal ada peluang penulis untuk mengeksploitasi karakter tokoh secara berlebih (hiperbol), sayangnya di tokoh yang digambarkan memiliki bagian-bagian anggota tubuh berlebih, hanya itu-itu saja.
Begitu pula dengan klimaks yang maksudnya merupakan surprise, ternyata masih "terikat" masalah nurani.
Kira-kira demikian pembacaan saya atas karya di atas. Terima kasih.
Anton Chekov menulis cerita selalu dengan struktur yang rapi dan sederhana. Kelebihannya adalah tema yang disodorkan sering melibatkan emosi pembaca secara tak langsung lantaran efek dari penceritaannya. Kadang-kadang bisa karikatural. Sekadar contoh (meskipun berbeda genre), bagaimana Chekov menulis naskah 'Pinangan' yang berputar-putar pada persoalan perselisihan dua keluarga yang sebenarnya sepele. Namun, itulah kekuatan cerita sehingga secara tidak langsung pembaca ikut terlibat dalam perselisihan tersebut.
Teknik berbeda dalam penulisan cerita dilakukan oleh Edgar Alan Poe. Poe bisa "menyihir" pembaca dengan gaya penceritaan yang tajam dan langsung, meskipun secara struktur tidak "ngaguluyur". Namun, pembaca terkesima oleh plot dan bangunan karakter yang "tidak biasa". Sekadar contoh pula, Poe menulis cerita 'Kucing Hitam' yang sangat tajam dan mencekam.
Jika Chekov bermain-main dengan unsur naratif sehingga pembaca pun ikut dalam permainan kata-kata, Poe melakukannya dengan cara deskriptif sehingga menimbulkan efek ketegangan.
Membaca tulisan Fitria Krisna berjudul 'Rapor' seperti mendengarkan orang yang sedang bercerita. Plot cerita yang "ngaguluyur", struktur kalimat yang "biasa", membuat pembaca tak menemukan "sandungan" atau efek pada setiap kalimat yang disampaikan. Padahal ada peluang penulis untuk mengeksploitasi karakter tokoh secara berlebih (hiperbol), sayangnya di tokoh yang digambarkan memiliki bagian-bagian anggota tubuh berlebih, hanya itu-itu saja.
Begitu pula dengan klimaks yang maksudnya merupakan surprise, ternyata masih "terikat" masalah nurani.
Kira-kira demikian pembacaan saya atas karya di atas. Terima kasih.
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha dalam acara Impact, Q Chanel TV, Jakarta, 29 Jun 2004:
Bagian 1: http://www.youtube.com/watch?v=crV2z2EPL6M
Bagian 2: http://www.youtube.com/watch?v=-FRUyXXVVBI
Bagian 3: http://www.youtube.com/watch?v=OcD35WePN00
Bagian 4: http://www.youtube.com/watch?v=uswnOxN8WMM
Bagian 5: http://www.youtube.com/watch?v=9WXJwzEQoEM
Bagian 6: http://www.youtube.com/watch?v=OvIZMn8EB-o
Bagian 7: http://www.youtube.com/watch?v=tH8qb3MEB7Q
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha dalam acara Impact, Q Chanel TV, Jakarta, 29 Jun 2004:
Bagian 1: http://www.youtube.com/watch?v=crV2z2EPL6M
Bagian 2: http://www.youtube.com/watch?v=-FRUyXXVVBI
Bagian 3: http://www.youtube.com/watch?v=OcD35WePN00
Bagian 4: http://www.youtube.com/watch?v=uswnOxN8WMM
Bagian 5: http://www.youtube.com/watch?v=9WXJwzEQoEM
Bagian 6: http://www.youtube.com/watch?v=OvIZMn8EB-o
Bagian 7: http://www.youtube.com/watch?v=tH8qb3MEB7Q
suara dari hijau daun
Mengomentari: Membaca Halaman Sastra di Media Cetak
setiap orang, baik gelandangan sastra (sastrawan belum mapan) maupun redaktur, punya hak dan kewajiban. Apa yang diungkapkan di sini ada benar dan tidaknya. Yang jelas, setiap sastrawan yang saat ini dianggap mapan, tentu pernah berjuang dari bawah, gelandangan dahulu. Proses ini harus disikapi dengan bijak, karena memang tidak setiap orang dapat menulis karya ssatra yang bagus, apalagi jika didorong motivasi duniawi. sastra adalah sebuah dunia dimana orang semestinya menulis karena tarikan jiwa yang kuat, dengan niat membagi ekspresi yang bermanfaat buat siapa pun yang mencintainya (terutama). Populraitas dan imbalan materi, bagi sastrawan, harus bukan tujuan. Jika menjadi tujuan, maka karyanya tidak bersih dari jiad sastra itu sendiri. Sastra umumnya membagi penderitaan, memberi kritik kepada kemunafikan atau apa pun yang dianggap negatif. Benar bahwa tidak setiap sastrawan yang populer berkarya bagus, dan tidak semuanya merupakan karya the best. Tapi hanya sedikit dari karya sastrawan terkenal yang karyanya tidak bagus (secara tema atau apa pun). perhitungan industri juga tidak perlu dianggap selalu salah, karena itu hak mereka, juga kewajibvan sebagai penjaga gawang, karena tentu kiriman karya pada media tersebut sangat banyak, dan perlu dipilih. Ada pun kasus dengan koran di bogor itu, tidak identik dengan semua media. Masih banyak media cetak lain yang bisa menampung karya pemula, asalkan dianggap memenuhi standar kualitas mereka. SAdalah hak dan kewajiban setiap redaktur mempunyai selera dan pilihan bagi publik yang dianggap pembaca setianya. Keterbasatan rubrik juga m,enjadi pertimbangan pemuatan karya yang ada.
Yang jelas karya yang baik akan tetap muncul ke permukaan, dan tidak akan ada yang dapat menmghalanginya.
suara dari hijau daun
Mengomentari: Membaca Halaman Sastra di Media Cetak
setiap orang, baik gelandangan sastra (sastrawan belum mapan) maupun redaktur, punya hak dan kewajiban. Apa yang diungkapkan di sini ada benar dan tidaknya. Yang jelas, setiap sastrawan yang saat ini dianggap mapan, tentu pernah berjuang dari bawah, gelandangan dahulu. Proses ini harus disikapi dengan bijak, karena memang tidak setiap orang dapat menulis karya ssatra yang bagus, apalagi jika didorong motivasi duniawi. sastra adalah sebuah dunia dimana orang semestinya menulis karena tarikan jiwa yang kuat, dengan niat membagi ekspresi yang bermanfaat buat siapa pun yang mencintainya (terutama). Populraitas dan imbalan materi, bagi sastrawan, harus bukan tujuan. Jika menjadi tujuan, maka karyanya tidak bersih dari jiad sastra itu sendiri. Sastra umumnya membagi penderitaan, memberi kritik kepada kemunafikan atau apa pun yang dianggap negatif. Benar bahwa tidak setiap sastrawan yang populer berkarya bagus, dan tidak semuanya merupakan karya the best. Tapi hanya sedikit dari karya sastrawan terkenal yang karyanya tidak bagus (secara tema atau apa pun). perhitungan industri juga tidak perlu dianggap selalu salah, karena itu hak mereka, juga kewajibvan sebagai penjaga gawang, karena tentu kiriman karya pada media tersebut sangat banyak, dan perlu dipilih. Ada pun kasus dengan koran di bogor itu, tidak identik dengan semua media. Masih banyak media cetak lain yang bisa menampung karya pemula, asalkan dianggap memenuhi standar kualitas mereka. SAdalah hak dan kewajiban setiap redaktur mempunyai selera dan pilihan bagi publik yang dianggap pembaca setianya. Keterbasatan rubrik juga m,enjadi pertimbangan pemuatan karya yang ada.
Yang jelas karya yang baik akan tetap muncul ke permukaan, dan tidak akan ada yang dapat menmghalanginya.
Cinta
Mengomentari: Liswanti Pertiwi
Aku cinta, aku sayang dan aku selalu ada hanya untuk cinta
Cinta
Mengomentari: Liswanti Pertiwi
Aku cinta, aku sayang dan aku selalu ada hanya untuk cinta
Selamat Datang
Mengomentari: Herman RN
Selamat datang Herman di Jendela Sastra.
Kami tunggu karya/komentar Anda.
Salam,
Selamat Datang
Mengomentari: Herman RN
Selamat datang Herman di Jendela Sastra.
Kami tunggu karya/komentar Anda.
Salam,
Jendela Sastera
Mengomentari: 2008 di Pinggir Selokan
Very good, bwt seorang pemula. Teruslah berkarya. Daftarlah ke www.google.com/adsense untuk mengoptimalkan pengunjung. Syukur kalo sdh. Sukses selalu!
Jendela Sastera
Mengomentari: 2008 di Pinggir Selokan
Very good, bwt seorang pemula. Teruslah berkarya. Daftarlah ke www.google.com/adsense untuk mengoptimalkan pengunjung. Syukur kalo sdh. Sukses selalu!
Qasidah Al Firdaus
Mengomentari: QASIDAH AL FIRDAUS
Mengenang masa di Unit Teater IKIP Bandung
Qasidah Al Firdaus
Mengomentari: QASIDAH AL FIRDAUS
Mengenang masa di Unit Teater IKIP Bandung
Sihir Kata
Mengomentari: KOMPUTER HATI
Kekuatan sebuah puisi adalah soal 'pemulasaraan' kata yang berpadu sehingga menghasilkan metafor. Sengaja saya memilih istilah pemulasaraan untuk menyampaikan istilah pilihan kata dalam menulis puisi. Maksudnya, kata tak sekadar dipilih, tetapi dipilah dan dipadukan sehingga menghasilkan efek, baik pendalaman secara makna maupun bunyi secara irama.
Sapardi Djoko Damono (SDD) atau Acep Zamzam Noor (AZN) sangat apik dalam hal pemulasaraan kata sehingga setiap kata memiliki unsur bunyi serta efek yang menakjubkan sehingga menjadi semacam "sihir" bagi pembacanya. Coba lihat dan rasakan bagaimana SDD secara apik mengunakan kata-kata dalam puisi-puisi seperti 'Dalam Sakit' atau 'Metamorfosis'. Begitu pula AZN dalam puisi-puisi 'Dongeng dari Negeri Sembako' atau 'Menjadi Penyair Lagi'.
Biasanya sebuah kata dipilih untuk mendapatkan efek puitik (kekuatan utama sebuah puisi) sehingga efek tersebut menemukan metafor. SDD menulis: aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak terucapkan/awan kepada hujan/yang menjadikannya awan. Efek yang dicapai dari paduan kata dari alam itu menautkan metafor pada kebersahajaan cinta, tapi begitu dalam pemaknaannya sehingga pembaca menemukan gambaran seperti apa cinta atau mencintai itu.
Membaca puisi karya Fitria Vitamaya, ada usaha memulasara kata-kata dengan mamadukan unsur kata dari dunia teknologi (komputer) dalam puisi berjudul 'Komputer Hati'. Sayangnya, pilihan kata-kata tersebut masih menjadi tempelan sehingga tidak membuat 'link' yang menghasilkan efek, baik secara makna maupun bunyi. Diksi seperti 'delete', 'enter', 'copy', atau 'paste' hanya menjadi sekadar pengganti diksi 'hapus', 'terus/lanjut', 'ambil', atau 'raih' tanpa menghasilkan metafor atau pemaknaan baru.
Hal utama yang harus diasah dalam menulis puisi adalah rasa. Meskipun begitu, ada kesempatan bagi Fitria untuk lebih mengasah kemampuannya dalam "ulin rasa" pada puisi-puisi berikutnya. Terima kasih.
Sihir Kata
Mengomentari: KOMPUTER HATI
Kekuatan sebuah puisi adalah soal 'pemulasaraan' kata yang berpadu sehingga menghasilkan metafor. Sengaja saya memilih istilah pemulasaraan untuk menyampaikan istilah pilihan kata dalam menulis puisi. Maksudnya, kata tak sekadar dipilih, tetapi dipilah dan dipadukan sehingga menghasilkan efek, baik pendalaman secara makna maupun bunyi secara irama.
Sapardi Djoko Damono (SDD) atau Acep Zamzam Noor (AZN) sangat apik dalam hal pemulasaraan kata sehingga setiap kata memiliki unsur bunyi serta efek yang menakjubkan sehingga menjadi semacam "sihir" bagi pembacanya. Coba lihat dan rasakan bagaimana SDD secara apik mengunakan kata-kata dalam puisi-puisi seperti 'Dalam Sakit' atau 'Metamorfosis'. Begitu pula AZN dalam puisi-puisi 'Dongeng dari Negeri Sembako' atau 'Menjadi Penyair Lagi'.
Biasanya sebuah kata dipilih untuk mendapatkan efek puitik (kekuatan utama sebuah puisi) sehingga efek tersebut menemukan metafor. SDD menulis: aku ingin mencintaimu dengan sederhana/dengan kata yang tak terucapkan/awan kepada hujan/yang menjadikannya awan. Efek yang dicapai dari paduan kata dari alam itu menautkan metafor pada kebersahajaan cinta, tapi begitu dalam pemaknaannya sehingga pembaca menemukan gambaran seperti apa cinta atau mencintai itu.
Membaca puisi karya Fitria Vitamaya, ada usaha memulasara kata-kata dengan mamadukan unsur kata dari dunia teknologi (komputer) dalam puisi berjudul 'Komputer Hati'. Sayangnya, pilihan kata-kata tersebut masih menjadi tempelan sehingga tidak membuat 'link' yang menghasilkan efek, baik secara makna maupun bunyi. Diksi seperti 'delete', 'enter', 'copy', atau 'paste' hanya menjadi sekadar pengganti diksi 'hapus', 'terus/lanjut', 'ambil', atau 'raih' tanpa menghasilkan metafor atau pemaknaan baru.
Hal utama yang harus diasah dalam menulis puisi adalah rasa. Meskipun begitu, ada kesempatan bagi Fitria untuk lebih mengasah kemampuannya dalam "ulin rasa" pada puisi-puisi berikutnya. Terima kasih.
Bercerita dan Menulis Cerita
Mengomentari: Rapor
Anton Chekov menulis cerita selalu dengan struktur yang rapi dan sederhana. Kelebihannya adalah tema yang disodorkan sering melibatkan emosi pembaca secara tak langsung lantaran efek dari penceritaannya. Kadang-kadang bisa karikatural. Sekadar contoh (meskipun berbeda genre), bagaimana Chekov menulis naskah 'Pinangan' yang berputar-putar pada persoalan perselisihan dua keluarga yang sebenarnya sepele. Namun, itulah kekuatan cerita sehingga secara tidak langsung pembaca ikut terlibat dalam perselisihan tersebut.
Teknik berbeda dalam penulisan cerita dilakukan oleh Edgar Alan Poe. Poe bisa "menyihir" pembaca dengan gaya penceritaan yang tajam dan langsung, meskipun secara struktur tidak "ngaguluyur". Namun, pembaca terkesima oleh plot dan bangunan karakter yang "tidak biasa". Sekadar contoh pula, Poe menulis cerita 'Kucing Hitam' yang sangat tajam dan mencekam.
Jika Chekov bermain-main dengan unsur naratif sehingga pembaca pun ikut dalam permainan kata-kata, Poe melakukannya dengan cara deskriptif sehingga menimbulkan efek ketegangan.
Membaca tulisan Fitria Krisna berjudul 'Rapor' seperti mendengarkan orang yang sedang bercerita. Plot cerita yang "ngaguluyur", struktur kalimat yang "biasa", membuat pembaca tak menemukan "sandungan" atau efek pada setiap kalimat yang disampaikan. Padahal ada peluang penulis untuk mengeksploitasi karakter tokoh secara berlebih (hiperbol), sayangnya di tokoh yang digambarkan memiliki bagian-bagian anggota tubuh berlebih, hanya itu-itu saja.
Begitu pula dengan klimaks yang maksudnya merupakan surprise, ternyata masih "terikat" masalah nurani.
Kira-kira demikian pembacaan saya atas karya di atas. Terima kasih.
(DEDEN ABDUL AZIZ)
Bercerita dan Menulis Cerita
Mengomentari: Rapor
Anton Chekov menulis cerita selalu dengan struktur yang rapi dan sederhana. Kelebihannya adalah tema yang disodorkan sering melibatkan emosi pembaca secara tak langsung lantaran efek dari penceritaannya. Kadang-kadang bisa karikatural. Sekadar contoh (meskipun berbeda genre), bagaimana Chekov menulis naskah 'Pinangan' yang berputar-putar pada persoalan perselisihan dua keluarga yang sebenarnya sepele. Namun, itulah kekuatan cerita sehingga secara tidak langsung pembaca ikut terlibat dalam perselisihan tersebut.
Teknik berbeda dalam penulisan cerita dilakukan oleh Edgar Alan Poe. Poe bisa "menyihir" pembaca dengan gaya penceritaan yang tajam dan langsung, meskipun secara struktur tidak "ngaguluyur". Namun, pembaca terkesima oleh plot dan bangunan karakter yang "tidak biasa". Sekadar contoh pula, Poe menulis cerita 'Kucing Hitam' yang sangat tajam dan mencekam.
Jika Chekov bermain-main dengan unsur naratif sehingga pembaca pun ikut dalam permainan kata-kata, Poe melakukannya dengan cara deskriptif sehingga menimbulkan efek ketegangan.
Membaca tulisan Fitria Krisna berjudul 'Rapor' seperti mendengarkan orang yang sedang bercerita. Plot cerita yang "ngaguluyur", struktur kalimat yang "biasa", membuat pembaca tak menemukan "sandungan" atau efek pada setiap kalimat yang disampaikan. Padahal ada peluang penulis untuk mengeksploitasi karakter tokoh secara berlebih (hiperbol), sayangnya di tokoh yang digambarkan memiliki bagian-bagian anggota tubuh berlebih, hanya itu-itu saja.
Begitu pula dengan klimaks yang maksudnya merupakan surprise, ternyata masih "terikat" masalah nurani.
Kira-kira demikian pembacaan saya atas karya di atas. Terima kasih.
(DEDEN ABDUL AZIZ)
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha
Mengomentari: W.S. Rendra
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha dalam acara Impact, Q Chanel TV, Jakarta, 29 Jun 2004:
Bagian 1: http://www.youtube.com/watch?v=crV2z2EPL6M
Bagian 2: http://www.youtube.com/watch?v=-FRUyXXVVBI
Bagian 3: http://www.youtube.com/watch?v=OcD35WePN00
Bagian 4: http://www.youtube.com/watch?v=uswnOxN8WMM
Bagian 5: http://www.youtube.com/watch?v=9WXJwzEQoEM
Bagian 6: http://www.youtube.com/watch?v=OvIZMn8EB-o
Bagian 7: http://www.youtube.com/watch?v=tH8qb3MEB7Q
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha
Mengomentari: W.S. Rendra
Wawancara W.S. Rendra oleh Peter F. Gontha dalam acara Impact, Q Chanel TV, Jakarta, 29 Jun 2004:
Bagian 1: http://www.youtube.com/watch?v=crV2z2EPL6M
Bagian 2: http://www.youtube.com/watch?v=-FRUyXXVVBI
Bagian 3: http://www.youtube.com/watch?v=OcD35WePN00
Bagian 4: http://www.youtube.com/watch?v=uswnOxN8WMM
Bagian 5: http://www.youtube.com/watch?v=9WXJwzEQoEM
Bagian 6: http://www.youtube.com/watch?v=OvIZMn8EB-o
Bagian 7: http://www.youtube.com/watch?v=tH8qb3MEB7Q
Video pembacaan Sajak
Mengomentari: Sajak Pertemuan Mahasiswa
Video pembacaan Sajak Pertemuan Mahasiswa oleh Rendra di UI tahun 1977
http://www.youtube.com/watch?v=DdwQFoB7Tcc
Video pembacaan Sajak
Mengomentari: Sajak Pertemuan Mahasiswa
Video pembacaan Sajak Pertemuan Mahasiswa oleh Rendra di UI tahun 1977
http://www.youtube.com/watch?v=DdwQFoB7Tcc
Video pembacaan Sajak
Mengomentari: Sajak Sebatang Lisong
Video pembacaan Sajak Sebatang Lisong oleh Rendra:
http://www.youtube.com/watch?v=MQxEgrwJLkk
Video pembacaan Sajak
Mengomentari: Sajak Sebatang Lisong
Video pembacaan Sajak Sebatang Lisong oleh Rendra:
http://www.youtube.com/watch?v=MQxEgrwJLkk