Sebuah Novel Karya : L.Jhon.DS
Sejak kematian ayahnya, Abdul tumbuh menjadi pemuda yang urakan, nakal, gemar berkelahi. Jabatan Ibunya sebagai Kepala Cabang sebuah perusahaan tambang membuat Abdul kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Dia lebih banyak menghabiskan waktu bersama Mang Udin --tukang kebun-- dan Mbok Tinah --asisten rumah tangga-- keluarganya. Beruntung, Abdul dianugerahi kecerdasan di atas rata-rata. Meski tidak sehebat Cindy yang punya memori eidetik. Abdul mewarisi intuisi tinggi dari almarhum ayahnya. Sebelum meninggal, ayah Abdul –Haris Suseno, adalah seorang agen intelijen pemerintah. Dalam sebuah misi, Haris Suseno dijebak. Dia tertembak.
Dengan berbekal kecerdasan dan intuisi itulah Abdul ingin sekali menjadi seorang detektif. Dia ingin menyelidiki kematian Haris Suseno, lebih tepatnya siapa yang telah membunuh ayahnya itu. Petualangan Abdul dimulai saat menyelamatkan seorang gadis dari sekapan saudara kembarnya. Intuisi Abdul membuatnya curiga pada seseorang yang membawa Tasya di atas kursi roda. Abdul berhasil menyelamatkan Tasya. Meski bukan sebuah misteri berat dan Abdul tidak melakukan analisa apapun, kasus Tasya membuat Abdul menjadi terkenal di sekolah. Dia mulai dijuluki detektif oleh seluruh penghuni sekolah.
Tanpa disengaja Abdul bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Seorang detektif. Bersama detektif itu, Abdul terjebak dalam penyelidikan hartu karun Kerajaan Negara Dipa yang hilang ratusan tahun. Konon, harta karun itu adalah saksi sejarah hubungan Negara Dipa dan Majapahit. Dalam hikayat banjar, seorang Pangeran dari Majapahit, memang menikah dengan seorang putri dari Negara Dipa. Seorang arkeolog berhasil menemukan sebuah perkamen kuno di aliran Sungai Negara. Dalam perkamen yang lapuk dimakan usia itu samar-samar tertulis, “Harta Terbesar Negara Dipa, untuk Majapahit Penguasa Nusantara”. Banyak yang mengincar harta karun itu. Sang Arkeolog yang dikejar-kejar orang-orang berpakaian serba hitam, memasukkan perkamen itu ke dalam tas Abdul.
Tiba-tiba, detektif yang baru dikenal Abdul hilang tanpa jejak. Abdul juga semakin dikejutkan dengan sebuah video yang dikirim oleh orang tak dikenal. Dalam foto itu terlihat Cindy, Benny, Tigor dan Mely di pelabuhan Trisakti sedang mengendap-ngendap. Orang itu juga mengirim pesan, “bawa segera peta itu, ke pelabuhan tepat Pukul 03.00, kalau mau mereka semua selamat. Telat satu menit, hilang satu nyawa”.
Abdul harus segera memecahkan Misteri Harta Karun Negara Dipa. Abdul melirik jam tangannya. Pukul 23.25. Hanya ada tiga jam lebih sampai tenggat waktu di pesan itu. Di mana harta karun itu tersimpan? Apa yang ada pada Abdul sekarang hanyalah sebuah perkamen kuno, bukan peta yang dapat menunjukkan letak harta karun itu. Orang-orang itu tidak akan peduli. Apa yang akan terjadi pada teman-temannya, jika mereka mengetahui, Abdul sesungguhnya tak memiliki peta apapun. Untuk pertama kalinya, Abdul menyesal karena ingin menjadi seorang detektif.
Kisah lengkap Abdul dapat dibaca di http://gwp.co.id/gwp310337-detektif-jadul-1-hutang-darah-negara-dipa/
Update berikutnya hari Rabu, 29 Maret 2017, wait and see.
~~sebab menulis adalah berjuang (Asma Nadia)~~
Komentar
Tulis komentar baru