Skip to Content

Rumah Terakhir Ibu

Foto rosalia fergie stevanie

Perempuan itu sering terlihat berkelana, dengan bayang-bayang matahari.

Sampai pada suatu senja

Ia harus mulai menyinggahkan letih

dan menghuni rumah bagi kaum manula.

Setiap hari, perempuan senja itu akan duduk di bangku taman, menyapa bunga-bunga rumput.

Dan menanti yang bila mungkin singgah, untuk menyisiri musim gugur, pada setiap helai pangkal rambutnya.

 

#

Ketika muda dahulu, Ia dikenal rajin memetik buah-buah keringat dari keningnya. Demi menyemat sepotong matahari pada biduk kehidupan anak-anak, dan melindungi tidur mereka, dengan sajak-sajak syahdu, sampai kepada langit.

Namun semasa usianya uzur, bilik kamar itu hanya disesaki oleh makhluk-mahkluk mimpi. 

Jika mimpi kematian sedang asyik menggoda, perempuan senja akan melantunkan kidung-kidung doa. Tanpa mengucap kutuk bagi anak-anak, yang lama berpaling, pada surga di telapak kaki Ibukota. 

Namun Ia takkan pernah selesai membakar cinta.

#

Terkadang , ada saat-saat dimana perempuan itu, menanti sebuah kecup hangat, pada keningnya. Sebelum jiwanya benar-benar selesai berlabuh dalam nama Ibu. Hingga kelak tiada lagi dapat mendengar panggilan itu, dari siapapun juga. 

Ya, jauh di dalam mata sanubari Ibu senja, anak-anaknya hanya sementara pergi untuk berburu matahari.

Mungkin kelak bayang-bayang mereka akan pulang dengan sepenuh tubuh, kembali pada rumah terakhir Ibu.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler