Hei, lihat gedung tinggi itu
Seperti ingin mencengkram langit
Sementara yang di bawah ingin menjerit
Suaranya tak terdengar karena lidah tergigit
Ingat-ingat masa kecil
Ingat-ingat pada kumis tipis
dengan senyum bijak yang manis
Ingat-ingat yang muncul sebaris demi sebaris
Sejak pagi setiap hari menyusuri jalan hingga malam
Menelisik setapak demi setapak aspal hitam berdebu penuh batu
Mengurai-urai reranting dan dedaunan di sepanjang jalan
Kita lalu melupa merajut masa depan
Seringnya melukis kehidupan dengan warna warni kesalahan
yang acap kali kita banggakan
Entah berapa musim hujan terlewati
Detik demi detik terus berganti
Hari, bulan dan tahun melaju tak berhenti
Berlembar-lembar halaman
Seringkali kita memaksa waktu mengejar asa
Adanya kita yang tertangkap waktu
yang semakin melaju meninggalkan kita
dengan asa yang entah berujung apa
Pinjami aku waktu
: Pelasku pada langit
Lalu aku membisu dan membatu
Ia-nya: waktu
tak lagi mau bersekutu
Aku ada karena Kau ada
Di bumi dan di bawah langit yang Kau cipta
Merasakan malam dan siang yang juga Kau cipta
Menikmati matahari, bulan, bintang dan alam semesta
Ah, senja telah berlalu
Padahal aku sudah bergegas mendatangimu
Sejenak aku ingin memandangmu
Ada yang ingin kutitip di jinggamu
Bu,
pinjamkan aku sabarmu satu hari saja
Aku ingin melihat dunia dengan lapang dada
pinjamkan aku tabahmu satu hari saja
Komentar Terbaru