Hampir tiap malam Anirah termangu di bawah pendar bintang seiring robohan rindu yang bergeletakan di hatinya. Anirah lantas menghitung bintang-bintang yang tergantung di kolong langit pekat hingga untaian asteris itu tiada lagi mampu dihitung. Begitulah malam ia lewati. Setidaknya perempuan tua itu masih punya harapan.
Jemariku menyelipkan sekuntum bunga di sela rambutnya yang lebat. Kerling bening matanya seperti telaga, memantulkan wajah langit. Aku menunduk tidak menatapnya. Dia hanya tersenyum lalu beranjak menyusuri pasir pantai. Ombak pantai menenggelamkan mata kakinya.
Komentar Terbaru