Al Hidayat
Sebagaimana pepatah klasik mengatakan "tak
kenal maka tak sayang", perkenankan saya menyampaikan salam kenal
dengan harap akan setitik di "sayang". ALHIDAYAT, demikian azimat yang
disemat kedua "malaikat" saya. Namun, di dunia maya (tepatnya di
republik pesbuk) saya mengudara dengan ALHIED UTINA HIDAYAT. Pertama
kali sy membuka mata pada 4 Maret 1987, di ujung timur pulau garam
(tepatnya di dusum Pandeman, rt/rw:02/04, desa Sera Barat, Kec. Bluto,
Kab. Sumenep, Madura. 69466). Saat ini, selain aktif menulis puisi, saya juga aktif mengajar Biologi di LPI ANNAWARI, Sera Tengah,
Bluto, Sumenep. Di LPI tersebut, saya sedang merintis Forum KPPS
(komunitas pelajar pecinta sastra) dengan sejuta harap, saya ingin
menghidupkan dan membudayakan budaya membaca dan menulis, khususnya
sastra. Saya juga bermimpi untuk menulis antologi dari 200 puisi yang
saya tulis sejak Agustus 2013. Sebab, dengan puisi hati saya digugah
dan dengan puisi pula banyak hati ingin saya gugah.
Informasi Pengguna
Al Hidayat
-
Karya Sastra:
Elegi untuk Iza
Daviatul Umam — Senin, 1 April 2013 - 14:38 — 28 komentar 7 tahun 33 minggu yang lalu
-
Karya Sastra:
Adolesens
Al Hidayat — Kamis, 19 September 2013 - 10:11 — 1 komentar 11 tahun 21 minggu yang lalu
Tidak ada tulisan.
Tidak ada tulisan.
-
Karya Sastra — Kamis, 19 September 2013 - 10:11 — dibaca 854 kali
Jenis | Tulisan | Komentar | Pengunjung | ||
---|---|---|---|---|---|
Al Hidayat | Orang Lain | Total | Hari Ini | ||
Berita | |||||
Karya Sastra | 1 | 1 | 1 | 854 | 0 |
Wawasan | |||||
Bookmark | |||||
Dapur Sastra | |||||
JUMLAH | 1 | 1 | 1 | 854 | 0 |
Komentar
Wow!
Wow! Celoteh jiwa yang berjudul "Melukis Ikhlas" dan "Sepucuk Harum" adalah puisi yang sangat bagus, sebuah karya yang boleh dibilang cukup matang. Anda sepertinya bukanlah seorang penulis pemula. Salam hormat saya.
celoteh jiwa Al Hidayat
SEMANGKUK MIE
malam temaram beringsut lembut
meninggalkan petang
mengundang gemintang
diantara sejumput kabut menjelma rumput
dan kita terperangkap
dalam tarian angin Timur
yang merasuk bak susuk
melesat menusuk hingga dasar rusuk
sejenak engkau lenyap dan kembali dengan semangkuk mie yang kau rebus
sepenuh tulus
semangkuk mie yang kau racik sepenuh jiwa
menyulut gelora dan menyalakan daya
24/08/13
puisi tersebut saya buat pada malam 27 ramadhan 1434 H.. saat itu, saya sedang begadang dengan rekan untuk menunaikan kewajiban. di sela tarian jemari di atas tuts keypad, tiba-tiba teman saya datang dengan semangkuk mie. mie yang sangat sy hafal rasa dan aromanya, tapi malam itu benar2 terasa beda. nikmat luar biasa..