Skip to Content

PENGARANG-PENGARANG ASAL SUMATERA UTARA (1)

Foto SIHALOHOLISTICK

1.A.A. BUNGGA
A.A. Bungga dikenal sebagai penulis drama dan wartawan. Ia lahir di Medan, tanggal 17 Juni 1938. Pendidikan yang pernah ditempuhnya adalah SD Tebing Tinggi (1953), Sekolah Agama Al Jamiatul Wasliyah, SMEP Medan (1956). Selanjutnya ia belajar sendiri (otodikdak). Dalam dunia kewartawanan, ia pernah menjadi redaktur majalah Suluh Keadilan, Medan dan redaktur harian Mimbar Umum di Medan. Sejak tahun 1964, ia aktif dalam Lesbumi Medan. Pada tahun 1966, ia ikut mendirikan Teater Muslim Medan. Karya dramanya yang telah terbit adalah Sepanjang Sungai Jordan (1966) dan Tawanan Sinai. Karyanya yang berjudul Mawar merupakan kumpulan sajak yang terbit tahun 1983.

2.A.A. LOEBIS
A.A. Loebis dikenal sebagai penulis sajak dan naskah drama. Ia juga aktif dalam kegiatan kebudayaan, drama/teater. Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara,tanggal 8 Agustus 1930. Pendidikan yang pernah dijalaninya adalah HIS. Ia aktif organisasi kebudayaan I.P.Budaya Tifa (1956), menjadi pembimbing Sanggar Deru Tanjung Pura (1968), dan ikut mendirikan BKPB Kabupaten Langkat (1969). Ia juga pernah bekerja pada Bidang Kesenian Kanwil Departemen P & K, Provinsi Sumatera Utara. Karyanya dalam bentuk drama antara lain: Tangan-Tangan Berdarah di Bulan Oktober (1972). Ia juga menulis kumpulan sajak yang diterbitkan tahun 1974 dengan judul Selamat Pagi.

3.A.N. ZAIFAH
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 16 Maret 1940. Ia adalah redaktur harian Bukit Barisan di Medan. Pendidikan terakhirnya adalah sarjana muda sosial politik Universitas Sumatera Utara. Sajak dan cerpennya dimuat dalam harian Waspada, Analisa, Bukit Barisan (Medan), Majalah Sastra dan Horison, juga dimuat dalam antologi Kuala (Kumpulan Sajak, 1976), Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), dan 25 Cerpen (1978)

4.A. RAHIM QAHHAR
Penulis ini lahir di Medan, tanggal 29 Juni 1943. Ia adalah wartawan Bukit Barisan, Medan (sejak 1966). Karyanya: Terminal (kumpulan cerpen dan sajak bersama Aldian Arifin, Djohan A. Nasution, dan Zakaria M.Passe,1977), Blong (kumpulan sajak, 1979), Dinamika Seni Budaya Sumut (Kumpulan Esai, 1981), Mabukku pada Bali (Kumpulan Sajak, 1983), dan Abraham Ya Abraham (Kumpulan Cerpen, 1985). Beberapa bukunya terbit di Malaysia, yaitu: Titian Laut II(Drama, 1986), Langit Kirmizi (Novel, 1987), dan Melati Merah (Novel, 1989).

5.ABDUL JALIL SIDIN
Penulis ini dilahirkan di Binjai, Sumatera Utara, tanggal 20 Juni 1929. Ia menempuh pendidikan HIS, SMP, SMA, Sarjana Muda Hukum Universitas Sumatera Utara dan Sarjana Muda Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sumatera Utara. Abdul Jalil Sidin pernah menerima Hadiah Seni dari Kanwil Departemen P & K Sumatera Utara. Kumpulan sajaknya: Pesta Api (1981), dan Daun-Daun Mahoni (1981).

6.ABDUL SITUMEANG
Penulis ini lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 22 Juni 1936. Setelah tamat SMEA, bekerja di Departemen Kesehatan (1957-1958) dan kemudian di Departemen Perdagangan. Sajak-sajaknya dimuat di Mimbar Indonesia dan Sastra. Kumpulan sajaknya: Pembebasan (stensilan, 1966).

7.ACHMAD RIVAI NASUTION
Nama pena dari penulis ini adalah Dev Vareyra. Ia dilahirkan di Pematang Siantar, Sumatera Utara, tanggal 9 Pebruari 1935. Pernah menjadi Pengawas Sekolah Menengah Teknologi Atas. Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Kande (1982), Dua Kumpulan Puisi (1982, bersama Bachtiar Adamy), Antologi Penyair Aceh (1986), Tiatian Laut III (Kuala Lumpur, 1991), Nafas Tanah Rencong (1992), Banda Aceh (1993), Sosok (1993), dan Seulawah: Sastra Aceh Sekilas Pintas (1995). Kumpulan sajak dan cerpennya yang telah diterbitkan adalah Melalui Api (1992)

8.AGAM WISPI (1930-2003)
Penulis ini di lahirkan di Pangkalan Susu, Sumatera Utara, tanggal 31 Desember 1930 dan meninggal di Amesterdam di sebuah verpleghuis (rumah jompo), Belanda tanggal 1 Januari 2003.
Agam Wispi pernah menjadi wartawan harian Pendorong (1952) di Medan. Tahun 1957, Agam pindah ke Jakarta dan bekerja sebagai redaktur budaya Harian Rakyat. Pada bulan Mei 1965, Agam ke Vietnam untuk meliput perang. Ia sempat mewawancarai Ho Chi Minh. Selanjutnya ia berkelana ke Cina. Pada saat peristiwa G-30 S/PKI, ia sedang di Cina. Ia sempat lima tahun di karantina (penjara)di Tiongkok Selatan. Dari Cina, ia ke Moskwa, Jerman Timur, dan sejak tahun 1988 menetap di Amesterdam sampai akhir hayatnya. Ia tidak pernah lagi menetap di tanah airnya. Ia memang pernah pulang, tahun 1999 dan 2000 ia berkunjung ke tanah airnya lagi, setelah sekian tahun berkelana di luar negeri.
Kumpulan sajaknya yang pernah terbit adalah Matinya Seorang Petani (1955), Di Negeri Orang, Puisi Penyair Indonesia Eksil (Antologi Puisi, 2002). Beberapa penyair seperti Asahan Alham, Nurdiana, Chalik Hamid, dan Sobron Aidit memuat puisinya dalam antologi ini.

9.ALDIAN ARIPIN
Penulis ini lahir di Kota Pinang, Labuhan Batu, Sumatera Utara, tanggal 1 Agustus 1938. Pendidikan terakhirnya adalah Akademi Imigrasi Jakarta (Tamat 1965). Ia pernah menjadi pegawai Kantor Imigrasi di Medan dan Pekanbaru, Kepala Kantor Imigrasi di Bagansiapiapi, dan sejak 1981 menjadi Kepala Kantor Imigrasi di Palembang. Ia pun aktif dalam Teater Nasional di Medan, Teater Bayangan di Pekanbaru, dan Teater KNPI di Bagansiapiapi. Selain itu, ia pun pernah anggota Dewan Kesenian Medan (1972-1974).
Sajak-sajaknya dimuat dalam antologi Ribeli (bersama Djohan A. Nasution dan Z. Pangaduan Lubis, 1966), Oh Nostalgia (1968), Terminal (1971), Puisi ASEAN 1978 (Buku I), dan Khatulistiwa (1981).

10.AMAL HAMZAH (1922-1987)
Penulis ini di lahirkan di Binjai, Sumatera Utara, tanggal 31 Agustus 1922, meninggal di Duisdorf, Jerman Barat, 30 Juli 1987. Ia adalah adik Amir Hamzah. Pendidikannya dimulai dari HIS, MULO, MHS, dan Fakultas Hukum dan Kesusastraan. Ia pernah bekerja di Kedutaan Besar RI di Bonn, Jerman Barat (1953-1985). Karyanya yang pernah terbit adalah Pembebasan Pertama (Kumpulan Cerpen + Kumpulan Sajak + Drama, 1949), dan Buku dan Penulis (Studi/Kajian, 1950). Amal Hamzah menerjemahkan beberapa karya asing: Gitanyali (Kumpulan Sajak R. Tagore, 1946), Ankara (Karya Y.K. Karaosmanoglu, 1949) dan Bunga Seroja dari Gangga (Karya Robinradand Tagore, 1949).

11.AMIR HAMZAH (1911-1946)
Amir Hamzah dianggap sebagai Raja Penyair Pujangga Baru dan Pahlawan Nasional (S.K. Presiden RI No. 106/TK/ Tahun 1975, tertanggal 3 Nopember 1975). Dalam khazanah Sastra Indonesia ia dianggap sebagai sastrawan angkatan pujangga Baru (1920-AN). Pada tahun 1933, ia bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane menerbitkan Majalah Pujangga Baru. Karyanya yang terkenal adalah kumpulan sajak Nyanyian Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941).
Nama aslinya adalah Tengku Amir Hamzah, ia dilahirkan di Tanjung Pura, Langkat, Sumatera Utara tanggal 28 Pebruari 1911. Ia berasal dari keluarga bangsawan dan ada hubungan darah dengan Sultan Langkat. Ia terbunuh dalam huru-hara yang meletus pada 20 Maret 1946 di Sumatera Utara, dan ia bukan terbunuh oleh sajak-sajaknya.
Pendidikannya dimulai dari HIS, selanjutnya melanjutkan ke MULO di Medan dan kemudian pindah ke Jakarta bersekolah AMS-A atau sastra di Solo. Dari AMS ia melanjutkan pendidikan pada Rechts Hoge School (Sekolah Hukum Tinggi) di Jakarta sampai Sarjana Muda. Salah seorang temannya di AMS Solo adalah Achdiat Kartamihardja.
Perhatiannya pada pergerakan nasional telah terlihat sewaktu ia belia. Waktu masih belajar di AMS Solo, ia memasuki Indonesia Muda dan diangkat sebagai ketua. Pernah pula menjadi Ketua Panitia Kongres Indonesia muda di Solo pada Tahun 1930.
Pada 29 Oktober 1945, ia diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat dan berkedudukan di Binjai. Ketika itu ia adalah Pangeran Langkat Hulu di Binjai. Ketika Sekutu datang dan berusaha merebut hati para Sultan, kesadaran rakyat terhadap revolusi menggelombang. Mereka mendesak agar Sultan Langkat segera mengakui Republik Indonesia. Lalu revolusi sosial pun pecah pada tanggal 3 Maret 1946. Sasarannya adalah keluarga bangsawan yang dianggap kurang memihak kepada rakyat, termasuk Amir Hamzah. Pada dini hari 20 Maret 1946 mereka dihukum pancung. Pada bulan Nopember 1946 kuburannya dipindahkan ke samping Masjid Azizi, Tanjung Pura. Amir Hamzah memperoleh pengakuan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1975.
Karyanya yang lain adalah Sastra Melayu dan Raja-Rajanya (1942), Esai dan Prosa (kumpulan esai dan prosa, 1982), dan Padamu Jua (kumpulan sajak, 2000). Karya terjemahannya Setanggi Timur (kumpulan sajak penyair Jepang, India, Persia dan lain-lain,1939), Baghawat Gita (1933), dan Syair Asyar.
Amir Hamzah merupakan salah seorang sastrawan yang mendapatkan perhatian besar. Studi mengenai Amir Hamzah dilakukan oleh H.B.Jassin, Amir Hamzah: Raja Pujangga Baru (1962), S. Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah Sebagai Penyair dan Uraian Sajak Nyanyian Sunyi (1981) dan Siti Utari Nababan A Linguistic Analysis of the Poetry of Amir Hamzah and Chairil Anwar (Disertasi pada Universitas Cornell, 1966). Nh.Dini menulis kisah hidup Amir Hamzah dalam bentuk novel biografi yang berjudul Amir Hamzah, Pangeran Dari Seberang.

12.ANWAR BAYU PUTRA
Anwar bayu Putra dilahirkan di Medan, tanggal 14 Juni 1960. Ia pernah menjadi pimpinan redaksi buletin budaya Dinamika, Palembang. Kini ia ikut mengelola Yayasan Orde Indonesia, dan aktif dalam Teater Potlot Palembang, serta menjadi redaktur majalah Diksi. Sajak-sajaknya dimuat dalam kumpulan sajak bersama 10 Penyair Palembang (1989), Orbit Penyair Selatan (1992), Rendezvous Penyair Bagian Selatan (1993) dan Mimbar Penyair Abad 21 (1996). Kumpulan sajaknya: Catatan Bagi Orang-Orang Berziarah (1994)

13.ARMIJN PANE (1908-1970)
Sastrawan Indonesia Angkatan Pujangga Baru (1920-an) ini juga aktif dalam bidang pers dengan mendirikan majalah. Salah satu majalah yang didirikannya adalah Pujangga Baru. Dalam bidang kesusastraan ia menulis esai sastra, puisi, cerpen, drama, novel/roman. Ia juga pernah menjadi redaktur Balai Pustaka di tahun 1926.
Ia lahir di Muara Sipongi, Sumatera Utara, 18 Agustus 1908 dan meninggal di Jakarta tanggal 16 Pebruari 1970. Ia adalah adik dari Sanusi Pane yang juga sastrawan Angkatan Pujangga Baru (1920-an). Pendidikan yang di tempuhnya adalah HIS dan ELS (Tanjung Balai, Sibolga, dan Bukittinggi), STOVIA Jakarta (1923), NIAS Surabaya (1927), dan AMS-A Solo (1931). Ia pernah menjadi wartawan di Surabaya, guru Taman Siswa di Kediri, Malang dan Jakarta, Sekretaris dan redaktur Pujangga Baru (1933-1938), redaktur Balai Pustaka (1936), Ketua Bagian Kesusastraan Pusat Kebudayaan (1942-1945), sekretaris BKMN (1950-1955), dan redaktur majalah Indonesia (1948-1955).
Novelnya Belenggu (1940), banyak mengundang perdebatan di kalangan pengamat dan penelaah sastra Indonesia. Karyanya yang lain Jiwa Berjiwa (kumpulan sajak, 1939), Kort Overzicht va de Moderne Indonesische Literatuur (1949), Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950), Jalan Sejarah Dunia (1952), Kisah Antara Manusia (kumpulan cerpen, 1953), Jinak-Jinak Merpati (kumpulan drama, 1953), Sanjak-Sanjak Muda Mr. Muhammad Yamin (1954), dan Gamelan Jiwa ( kumpulan cerpen, 1960). Terjemahannya Tiongkok Zaman Baru, Sejarahnya: Abad ke-19 – Sekarang (1953), Membangun Hari Kedua (novel, Ilya Ehrenburg, 1956), dan Habis Gelap Terbitlah Terang (karya R.A.Kartini, 1968). Sadurannya Ratna (drama Hendrik Ibsen, Nora, 1943).
Karena aktivitasnya dalam bidang sastra dan seni, tahun 1969, Armijn Pane menerima hadiah tahunan dari Pemerintah Republik Indonesia.

14.B. YASS
Penulis ini dilahirkan di Huta Padang, Kisaran, Sumatera Utara, tahun 1929. Pendidikan terakhir: Nitti Go Gakko (SMP, 1944) Tanjung Balai. Pernah menjadi Sersan II TNI dengan jabatan Wakil Kepala Siasat Perang Komando Sumatera (1945-1950), wartawan harian Batanghari Sembilan (1957), pemimpin redaksi mingguan Ris (1956-1958), pemimpin redaksi harian Lampung Pos (1959), dan sekarang koresponden Kantor Berita Antara (sebelumnya KB PIA). Pemegang Satya Lencana Peristiwa Perang Kemerdekaan I & II dan Pemegang Tanda Jasa Pahlawan Gerilya ini pernah pula menjadi anggota DPRD Palembang. Karyanya: Halimah Srikandi (Novel, 1962), dan Minah, Gadis Peladang (Novel, 1964).

15.B.Y. TAND (1942-2000)
Penulis ini dilahirkan di Indrapura, Asahan, Sumatera Utara, tanggal 10 Agustus 1942, meninggal 22 Oktober 2000 di Indrapura (Sumatera Utara). Pendidikan terakhirFKSS IKIP Medan dan FKSS UISU Medan (keduanya tidak tamat). Pernah bekerja sebagai penilik kebudayaan di Kantor Departemen P & K Kecamatan Air Putih, Asahan (1976)
Kumpulan sajaknya, Sketsa, mendapat Hadiah Utama Puisi Putra II Malaysia Tahun 1983. Kumpulan sajaknya yang lain: Ketika Matahari Tertidur (1979), Sajak-Sajak Diam (1983), dan Alif Ba Ta (akan terbit). Sajak-sajaknya yang lain dimuat dalam antologi: Bunga Laut (1977), Temu Sastrawan Sumatera Utara (1977), Tangkahan (1978), Khatulistiwa (1981), Rantau (1984), dan Titian (Kuala Lumpur, 1984).

16.BARUS SIREGAR
Penulis ini dilahirkan di Sipirok, Sumatera Utara, tanggal 14 Juli 1923. Berpendidikan SMT di Jakarta dan Fakultas ekonomidi Amesterdam. Pernah menjadi redaktur majalah Gema dan redaktur Yayasan Pembangunan. Karyanya: Busa di laut Hidup (1951). Terjemahannya: Pemuda di Angkasa (karya Dots Dresselhuys, 1949), Tekanan Darah (karya Damon Runyon, 1950), Dua Puluh Bacaan 25 Dollar (karya James T. Farrel, 1950), Delapan Kisah dari Rusia (kumpulan esai pengarang Rusia, 1951), Tahun 1984 (Novel George Orwell, 1953), Gadis Pejuang Iman (Karya Eris Gosden, 1965), dan Cerita Nyanyian Hari Natal (Karya Charles Dickens)

17.BOKOR HUTASUHUT
Penulis ini dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 2 Juni 1934. Pendidikan yang terakhir ditempuhnya adalah SMA-A Medan (hingga kelas dua, 1956). Penanda tangan “Manifes Kebudayaan” ini pernah menjadi redaktur kebudayaan majalah Waktu dan Pelangi di Medan (1955-1962), sekretaris Yayasan Sastra (penerbit majalah sastra, 1936-1966), dan Sekretaris KPPI (1964). Cerita bersambungnya, Pantai Barat, mendapat Hadiah Kedua Majalah Sastra tahun 1963, tahun 1988, cerita ini terbit sebagai novel. Karyanya yang lain: Datang Malam (Kumpulan Cerpen, 1963), Penakluk Ujung Dunia (Novel, 1964), Tanah Kesayangan (Novel, 1965), dan “Menyilang ke Utara” (Kumpulan cerpen, manuskrip).

18. DAMIRI MAHMUD
Penulis ini lahir di Kampung Klambir, Sumatera Utara, tahun 1945. Pernah menjadi anggota Dewan Kesenian Medan 91979-1982), kini mengajar di salah satu Madrasah Tsanawiyah, Medan. Kumpulan sajaknya: Tiga Muka (1980), Aku Senantiasa Mencari (1982), Sajak-Sajak Kamar (1983), dan Damai di Bumi (2000). Sajak-sajaknya yang lain dimuat dalam antologi Kuala (1975), Puisi (1977), Rantau (1984), dan Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak 3 (1987).

19. DARIUS MARPAUNG (1928-1980)
Penulis ini dilahirkan di Sitiotio, Porsea, Sumatera Utara, tanggal 18 Oktober 1928, meninggal tahun 1980 di Jakarta. Ia berpendidikan: SMP, SMA, Akademi Nasional (1950) dan kemudian otodikdak. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Pimpinan Kongres Pemuda Republik Indonesia di Bukittinggi, Wakil Komandan tentara Pelajar Sumatera (1948), pemimpin majalah Kader (1950-1951), Direktur SMP “Kader” (1950-1951), Direktur SMA “Kader” (1951-1952), Ketua Ikatan Perguruan Menengah Partikelir Indonesia (1952-), dan anggota BMKN (1952-). Karyanya dimuat dalam Mimbar Indonesia dan dalam Gema Tanah Air oleh H.B. Jassin (ed.)

20. DJAMALUL ABIDIN ASS
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 12 desember 1935. Berpendidikan SD, SMP, SMA (semuanya di Medan), dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FKSS IKIP Jakrta (hingga tingkat doktoral). Pernah mengikuti kursus jurnalistik Radio di Jerman (1969-1970), kursus Broadcasting Management di Malaysia (1975), dan kursus Public Relation di Inggris (1983). Pernah bekerja di Direktorat Radio Departemen Penerangan Jakarta.
Karyanya: Kiriman Ayahku (1962), Gadis di Jendela (1962), Nyala Suci di Pantai Bedagai (1963), Tata Bahasa Indonesia (1963), Sastra Indonesia Modern (1964), dan lain-lain. Sejumlah sajaknya dimuat dalam Linus Suryadi AG (ed.), Tonggak 2 (bunga rampai, 1987).

21. DJAWASTIN HASUGIAN
Penulis ini dilahirkan di Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, tahun 1943. Pendidikan terakhir Sarjana Muda Fakultas Sastra UI (1965). Pernah menjadi guru SMP, guru SMA, wartawan, dan kini berwiraswasta. Sajak-sajaknya dimuat dalam H.B. Jassin (ed.) , Angkatan 66: Prosa dan Puisi (bunga rampai, 1968), dan dalam Linus suryadi AG (ed.), Tonggak 3 (bunga rampai, 1987). Karyanya yang lain: Epos (Kumpulan Sajak), Ciliwung Bugil (Kumpulan Sajak), Menentang Matahari (novel), dan Pesta Maut Lobang Buaya (novel).

22. DJOHAN A. NASUTION
Penulis ini dilahirkan di Medan tahun 1937. Ia pernah menjadi Kepala Bidang Kesenian Kanwil Departemen P & K Provinsi Sumatera Utara, di Medan. Ia juga pernah mengikuti Konferensi PEN Club Asia di Taipei, Taiwan tahun 1970, dan Kongres PEN Club Internasional di Seoul, Korea Selatan tahun 1970. Sajak-sajaknya dimuat dalam Ribeli (bersama Aldian arifin dan Z. Pangaduan Lubis, 1977), Terminal (kumpulan cerpen + kumpulan sajak bersama Aldian Arifin, Zakaria M. Passe, dan lain-lain, 1971), Puisi ASEAN (Buku I, 1978), dan Khatulistiwa (1981).

23. FOEZA ME HUTABARAT
Penulis ini dilahirkan di Medan, tanggal 21 Maret 1958. Pernah menjadi redaktur mingguan Dobrak dan buletin sastra Selokan, Medan (1978-1981). Cerpennya dimuat di majalah Horison. Kumpulan sajaknya: Langkah-Langkah Pendek (1981).

24.GAYUS SIAGIAN (1920-1981)
Penulis cerpen, novel, drama dan skenario ini juga aktif pada bidang pers. Ia dilahirkan di Balige, Sumatera Utara, tanggal 5 Oktober 1920 dan meninggal di Jakarta tanggal 10 Pebruari 1981. Ia memberi julukan “Paus Sastra Indonesia” untuk H.B.Jassin. julukan ini masih digunakan masyarakat sampai sekarang. Ia berpendidikan AMS-A Yogyakarta (1941), kemudian memperdalam pengetahuan mengenai film dan kebudayaan barat di Belanda (1952-1953). Pernah menjadi Kepala Bagian Skenario Perfini (1950-1956), dosen Universitas Gamaliel, Jakarta (1956-1957), dan dosen Akademi Sinematografi institut Kesenian jakarta. Pernah pula menjadi Ketua Harian BMKN, Sekjen LKN (1959), Ketua Umum Pengurus Pusat PKPI (1964), anggota DPR-GR/MPRS mewakili seniman, Wakil Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1969-1970), dan anggota Badan Sensor Film. Pernah pula menjadi redaktur Warta Indonesia, Patriot, Aneka, Warta Dunia, Sari Pers, Lembaga Minggu, Suluh Indonesia, di samping membantu Fart Eastern Film News (Tokyo).
Cerpennya “Perpisahan”, mendapathadiah majalah Kisah tahun 1953; bersama cerpen-cerpennya yang lain, cerpen-cerpen ini kemudian dihimpun dalam buku Perpisahan (1971). Karyanya yang lain dalam bentuk drama adalah Di Taman Air Mata (1958) dan Lukisan dan Wanita Buta (1967). Karya terjemahannya: Ratapan Tanah Air (Novel karya Alan Paton, 1954), Kembali ke Bataan (novel karya Carlos Romulo, 1954), Sehari dalam Kehidupan Iwan Denissowitsch (novel karya Alexander Solzhenitsyn, 1976), dan Gerhana (novel karya Arthur Koestler, 1982).
Gayus Siagian juga banyak menulis skenario film , di antaranya: Enam jam di Yogya, Krisis, Embun, Terimalah Laguku, dan Een Indonesische Student in Holland.

25. HAMSAD RANGKUTI
Sastrawan ini lahir di Titikuning, Medan tanggal 7 Mei 1943. Ia adalah mantan pemimpin redaksi Horison. Berpendidikan Sd Kisaran (1956), SMP Tanjung Balai (1959), SMA Medan (1964). Pernah menjadi redaktur harian Patriot, Medan (1963-1965), Redaktur Sinar Masyarakat, Medan (1965), kemudian bekerja di Persatuan Produser Film Indonesia (1966-1968), dan sejak 1969 di majalah Horison, ia pernah menjadi pimpinan redaksi sampai tahun 2002.
Cerita pendeknya dimuat di berbagai surat kabar dan majalah di dalam dan di luar negeri. Bahkan beberapa cerpennya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Jerman. Selain itu cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi cerpen: Derabat (cerpen pilihan Kompas 1999), Antologi Cerpen Indonesia jilid 2 (ed. Satyagraha Hoerip). Kumpulan cerpennya yang telah terbit adalah Lukisan Perkawinan (1982), Cemara (1982), Sampah Bulan Desember (2000), Bibir dalam Pispot (2003). Novelnya yang telah terbit adalah: Ketika Lampu Berwarna Merah. Novel ini mendapat Hadiah Harapan Sayembara Penulisan Roman DKJ 1981. Sebelum terbit dalam bentuk buku, novel ini terbit secara bersambung di Kompas (1981). Selanjutnya novel ini terbit dalam bentuk buku tahun 2001. Hamsad Rangkuti pernah memperoleh penghargaan dari Harian Kompas dan Pusat Bahasa. Kumpulan cerpen Bibir dalam Pispot memperoleh penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun 2003.

Komentar

Foto Idris pasaribu

Pengarang sastrawan sumut

Saya juga penulis dari sumatera utara.

Foto Idris pasaribu

sastrawan nusantara

Raudah Jambak, dkk. Termasuk Sastrawan Periodik 90 - 2000an

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler