Puisi Dwibahasa: Aku Hanya Ingin Mengecup “Barusuhmu”
Judul buku: iaku, buku puisi
Penulis: Ari Kpin
Penerbit, tahun terbit: Rumput Merah, 2018
Jumlah halaman: 110+iv
ISBN: 987-602-60309-3-1
Harga:
Yari Jomantra, atau biasa dikenal Ari Kpin adalah seorang penyarir puisi sekaligus sastrawan angkatan 2000 yang banyak dikenal oleh kalangan penikmat sastra mulai dari para sastrawan lainnya, mahasiswa penikmat sastra, dan bahkan masyrarakat yang menikmati sastra. Kesuksesan Ari Kpin dibidang sastrawan berawal dari menulis puisi dari masa kanak-kanak dibeberapa majalah seperti Bobo, dll, kemudian mencoba mulai ke musik-musik yang liriknya berasal dari sebuah puisi atau yang biasa kita sebut musikalisasi puisi, dimulai dari pembuatan musikalisasi puisi hinga berlanjut ke penulisan puisi tersebut benar-benar ditekuni oleh beliau. Sudah banyak puisi-puisinya yang diterbitkan di majalah-majalah yang salah satunya adalah majalah penerbitan pusat penerbitan pertama, dalam RUMAH PERADABAN dan sampai diangkat ke forum diskusi para sastrawan.
Adapun buku kumpulan puisi terbarunya yaitu berjudul “iaku”. Buku ini di terbitkan pada bulan september 2018 oleh penerbit Rumput Merah, buku ini memiliki ketebalan hingga 110 halaman yang di dalamnya memuat 99 puisi. Puisi-puisi tersebut dibuat oleh Ari Kpin dari semasa ia mulai menulis puisi hingga hari penerbitannya, bisa dibayangkan berapa tahun proses penulisan puisi ini berlalu hingga menjadi sebuah buku yang kemudian bisa diterbitkan.
Puisi tersebut berisi kumpulan dan curahan Ari terhadap hal-hal yang dirasakan semasa hidupnya mulai dari perasaan senang, sedih, luka, marah, bingung, aneh, cinta, dls yang dimana perasaan tersebut ditulis menjadi tumpukan-tumpukan kertas syair yang bernapa puisi.
Dari semua kumpulan puisinya tersebut ada satu puisi yang nyentrik yang bisa membuat para apresiator berpikir ulang ketika pertama kali melihatnya, apresiator bisa saja berfikir puisi tersebut menarik, unik, inovatif atau bahkan aneh, bagi masyarakat awam bisa saja kebingungan karena ada maksud tersembunyi dari larik-larik itu atau bisa saja hanya sekedar permainan kata ataupun bahasa. Ya, bisa dilihat beberapa puisinya tercampur ada yang tercampur dengan dua bahasa yang bagi dunia penulisan puisi sangat jarang karena rata-rata para penyair hanya berfokus dalam satu bahasa dimana hal itu bisa membuat para pembaca bisa memahami arti bahasa dan maksud dari puisi tersebut. Bisa dari puisi bahasa Indonesia, Sunda, Jawa, ataupun bahasa-bahasa lainnya yang diluar negeri.
Dwibahasa dalam KBBI artinya dua bahasa, kedwibahasaan dalam KBBI artinya perihal pemakaian atau penguasaan dua bahasa (seperti bahasa daerah disamping bahasa nasional). Ari kpin membuat perpaduan puisi dwibahasa yakni bahasa Indonesia dan Sunda, dilihat dari asal kelahirannya yang berasal dari Garut memang notabene bahasa yang digunakan di daerah sana adalah bahasa Sunda. Jadi, pembuatan satu puisi dengan meggabungkan dua bahasa tersebut bisa saja untuk mempercantik penulisan puisi. untungnya Ari kpin memberi keterangan arti (dalam bahasa Indonesia) dari kata-kata bahasa Sunda. Hal ini, dimaksudkan agar para pembaca bisa memahami puisi tersebut. kalau tidak, puisinya akan sulit dimengerti atau bahkan sulit diterima oleh masyarakat yang tidak mengerti bahasa Sunda.
Puisi dwibahasa berjudul “Aku Hanya Ingin Mengecup” adalah salah satu dari beberapa puisi yang dibuat oleh Ari Kpin. Dalam puisi tersebut terdapat dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Sunda. Puisi ini menarik karena adanya dua bahasa dalam satu puisi, hal menarik lainnya adalah makna puisi yang tersirat dari larik-lariknya. Puisi tersebut jika dibaca dan dianalisis pasti akan menemukan sebuah makna atau perasaan yang sedang diungkapkan oleh penulis, seperti rasa perhatian dan cinta kepada seorang perempuan.
Larik-larik puisi dwibahasa dimulai dari larik pertama /aku hanya ingin mengecup barusuhmu//. Pada larik terakhir Ari menggunakan bahasa Sunda, dalam bahasa Indonesia “Barusuh” artinya bibir pecah-pecah. Selanjutnya ada pada larik /meski muruhpuy tapi peureus//. Pada larik ini terdapat dua kosa kata bahasa Sunda yaitu muruhpuy dan peureus yang dalam bahasa indonesia “Muruhpuy” artinya hujan yang airnya turun seperti debu, kecil-kecil tapi lebat dan “Peureus” artinya terasa pedih seperti ditusuk jarum. Pada larik selanjutnya /lalu aku nyiwit ceuli saeutik//. Larik bahasa sundanya yaitu “nyiwit ceuli saeutik” dalam bahasa indonesia artinya mencubit sedikit cuping telinga. Larik dwibahasa yang terakhir ada pada larik /hari gerimis masih ada poyannya//. Pada larik tersebut ada kata “poyan” yang artinya sinar mentari.
Dari perpaduan dua bahasa tersebut makna dan rasa yang dirasakan pembaca tetap bisa dihadirkan dalam puisi tersebut. Ketika seorang penyair puisi berhasil membuat para pembaca seolah merasakan dan melihat kejadian dari puisi tersebut, maka penyair berhasil dalam berproses membuat puisi tersebut.
*** (Muh. Rizal Fadillah)
Komentar
Tulis komentar baru