Skip to Content

Komentar terbaru

Semngt...

Mohon injin mengunduh dan baerharap bisa mementaskan karyanya????

Wah dalam sekali

nama kita kok sama yah.. & suka sastra juga

Aku suka sama puisinya bagus????

Kebetulan sekali saya juga punya puisi yang berjudul labirin cinta

Izin repost ya penulis, sehat selalu :)

Mohan saran dan masukannya????

Tulisan ini untukku yang ingin menulis, cuma tak pandai dalam merangkai kalimat indah. namun aku ingin umur panjang dengan berkarya. mari menulis apa yang ingin kamu tulis:)

Sangat cocok untuk Anda

Sangat membantu sekali

Sangat bagus dan menginspirasi

Bagus kaka..Bisa saya belajar dari kaka utntuk membuat puisi

TRIMAKASIH, SAYA IZIN COPY YA

Terima kasih atas kritikannya. ????????????

malam-malam dah menghadirkan tulisan....., essay. Namun menurutku lebih cocok kalau diubah ke dalam bahasa puisi. Sebab isi yang terkandung begitu maya meskipun sebenarnya sarat makna. Maaf ya....

aku suka hujan, bahkan beberapa larik puisimu seolah aku pemiliknya, persis diriku.
"hujan dan kamu lebih dulu hujan"
karena hujan lebih mengeri kita, dan hujan itu jujur

membaca puisi ini sampai membuat saya menangis sebab saya tak pernah merasa kehilangan. saya sombong, dan terlalu percaya diri bahwa yang maha melihat selalu bersama saya sedangkan untuk menuju-NYA masih menunggu waktu yang tepat. terimakasih sudah menulis puisi renungan ini.

semoga tulisan ini dapat menyampaikan apa yang di tenggelamkan

Terimakasih dengan semua karya bapak
Hartoya andawijaya

MEREBUS MIE DI GELAPNYA MALAM

Merebus atau jawanya "menggodok" adalah perbuatan untuk menebus.

Penyair merebus kata untuk menebus akan betapa hausnya dengan sebuah karya.

Rakyat kecil sepertiku ini merebus mie untuk menebus rasa lapar.

Sementara aparat negara ramai ramai sibuk merebus atau menggodok undang undang dan segala tetek bengek aturan yang mencekik rakyat kecil adalah untuk menebus hutang pada partai menebus janji pada pebisnis yang mendanai kegiatan politiknya.

Wislah, urusan godok menggodok rebus merebus memang selalu panas.

Tak jarang yang beda paham maka baku hantam tak setuju maka beda kubu.

Ya gimana ga panas, merebus kan pakai api

404 HARI TANPA MAKAN
Daun telinga pejabatmu nyatanya tidak lebih lebar dari daun kelor.
Ia tidak mampu mendengar dalam jarak dekat
Juga tidak mampu mendengar dalam suara yang keras
Suara suara keras yang muncul dari balik mikorofon, toa dan speaker pun tidak akan terdengar
Namun suara yang teramat pelan dan lirih akan terdengar nyaring di telinganya
Asalkan suara itu adalah suara tentang perempuan hostel, uang dan kekuasaan
Daun telinga pejabatmu tidak lebih lebar dari daun kelor
Itu sebabnya jangan kau sekali kali berbicara kepada pejabatmu
Berbicaralah kepada tembok
Tembok adalah daun telinga yang paling lebar
Temboklah yang dapat menampung suara suara Tuhan
Suara keadilan
Suara jerit kesusahan
Suara yang tertindas
Suara yang terabaikan
Hanya kepada tembok aku berserah diri
Hanya kepada tembok aku berlindung dari setan setan politik yang terkutuk

Bersepeda di pematang sawah
Perjalanan hidup penuh hamparan padi yang menguning

Dan puing puing harapan yang tersisa hanya “ingin”

Adakah harapan terbesarmu yang terlewatkan begitu saja?

Apakah di usiamu yang sudah sedemikian dewasa ini

Kamu masih ingin seperti yang kau cita-citakan dahulu

Pada masa kanak-kanakmu

Apakah kamu masih ingin?

Sarapan di warung makan
Kita ternyata tidak cukup rendah hati meskipun setiap hari makan nasi

Padi. Padi yang selalu diasosiasikan dengan “semakin berisi semakin merunduk”

Ketika masuk ke pencernaan kita masing-masing

Tidak serta merta menjadikan diriku dan dirimu rendah hati

Adakah diantara kita yang masih ingat asal?

KEMAH DI AIR TERJUN KEDUNG PASO
Pagi-pagi sekali kau buka zip tenda

Dan kau lihat sekawanan monyet yang asyik bergelayutan di pohon bambu

Sesekali sekawanan monyet itu berpindah-pindah dari satu ranting pohon

Ke ranting pohon berikutnya

Sesekali monyet-monyet itu mengambil pisang yang ditanam warga

Dan nanas-nanas yang ditanam warga

“bukan salah monyetnya tapi manusianya saja yang mengganggu teritori habitat monyet”

Katamu

Tetapi begitulah hidup ; Selalu beririsan, bersisian

Terlebih ketika populasi manusia sudah tidak terkendali

Maka jalan yang terbaik adalah saling menghidupi

Saling berbagi saling mempersilahkan

Monyet mempersilahkan wilayahnya ditanami pisang

Manusia mempersilahkan pisangnya dimakan monyet

PUISI DARI MAS JAMIL

Menjadi anak anak adalah kemewahan terbesar dalam hidup

Coba perhatikan sekitarmu, betapa banyak remaja yang menginginkan kembali menjadi anak anak karena satu hal yang sepele; sakit hati karena cinta

Oleh karena menjadi anak anak adalah kemewahan

Tidak jarang, banyak orang dewasa yang terjebak dalam jiwa anak-anak

Salah satu penyebabnya simpel saja; menjadi anak-anak tidak banyak dituntut ini itu

Syarat wajib menjadi anak-anak harus bahagia, banyak ketawa, jangan banyak berfikir, dan perut harus kenyang

Sementara menjadi dewasa harus ini itu

Tidak boleh begini tidak boleh begitu

Maka jangan heran jika ada manusia yang secara tubuh dan umur semestinya dewasa

Tetapi sikapnya masih kanak-kanak

Jika ada manusia dewasa bermain dengan anak-anak itu boleh-boleh saja

Yang tidak boleh dan tidak wajar adalah manusia dewasa bermain dengan anak-anak

Memainkan adegan-adegan dewasa

Yang lebih tidak wajar lagi adalah manusia model diatas diperlakukan bak seorang pahlawan

Yang kehadirannya di elu-elukan dan dipuja-puji

Ah, memang susah ngasih tau bocil.

Sindikasi materi


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler