Tulisan ini untukku yang ingin menulis, cuma tak pandai dalam merangkai kalimat indah. namun aku ingin umur panjang dengan berkarya. mari menulis apa yang ingin kamu tulis:)
malam-malam dah menghadirkan tulisan....., essay. Namun menurutku lebih cocok kalau diubah ke dalam bahasa puisi. Sebab isi yang terkandung begitu maya meskipun sebenarnya sarat makna. Maaf ya....
pencinta hujan 3 tahun 19 minggu yang lalu
Mengomentari: hujan
aku suka hujan, bahkan beberapa larik puisimu seolah aku pemiliknya, persis diriku.
"hujan dan kamu lebih dulu hujan"
karena hujan lebih mengeri kita, dan hujan itu jujur
membaca puisi ini sampai membuat saya menangis sebab saya tak pernah merasa kehilangan. saya sombong, dan terlalu percaya diri bahwa yang maha melihat selalu bersama saya sedangkan untuk menuju-NYA masih menunggu waktu yang tepat. terimakasih sudah menulis puisi renungan ini.
Merebus atau jawanya "menggodok" adalah perbuatan untuk menebus.
Penyair merebus kata untuk menebus akan betapa hausnya dengan sebuah karya.
Rakyat kecil sepertiku ini merebus mie untuk menebus rasa lapar.
Sementara aparat negara ramai ramai sibuk merebus atau menggodok undang undang dan segala tetek bengek aturan yang mencekik rakyat kecil adalah untuk menebus hutang pada partai menebus janji pada pebisnis yang mendanai kegiatan politiknya.
Wislah, urusan godok menggodok rebus merebus memang selalu panas.
Tak jarang yang beda paham maka baku hantam tak setuju maka beda kubu.
404 HARI TANPA MAKAN
Daun telinga pejabatmu nyatanya tidak lebih lebar dari daun kelor.
Ia tidak mampu mendengar dalam jarak dekat
Juga tidak mampu mendengar dalam suara yang keras
Suara suara keras yang muncul dari balik mikorofon, toa dan speaker pun tidak akan terdengar
Namun suara yang teramat pelan dan lirih akan terdengar nyaring di telinganya
Asalkan suara itu adalah suara tentang perempuan hostel, uang dan kekuasaan
Daun telinga pejabatmu tidak lebih lebar dari daun kelor
Itu sebabnya jangan kau sekali kali berbicara kepada pejabatmu
Berbicaralah kepada tembok
Tembok adalah daun telinga yang paling lebar
Temboklah yang dapat menampung suara suara Tuhan
Suara keadilan
Suara jerit kesusahan
Suara yang tertindas
Suara yang terabaikan
Hanya kepada tembok aku berserah diri
Hanya kepada tembok aku berlindung dari setan setan politik yang terkutuk
Semngt...
Mengomentari: Masdiyanto
Semngt...
Mohon injin mengunduh dan
Mengomentari: ANGKARA
Mohon injin mengunduh dan baerharap bisa mementaskan karyanya????
Indah
Mengomentari: Sembunyikan Waktu
Wah dalam sekali
nama kita kok sama yah.. &
Mengomentari: Herry Wijaya
nama kita kok sama yah.. & suka sastra juga
Aku suka sama puisinya bagus????
Mengomentari: WANITA PALESTINA
Aku suka sama puisinya bagus????
Halo kak
Mengomentari: Labirin Cinta
Kebetulan sekali saya juga punya puisi yang berjudul labirin cinta
Izin repost ya penulis, sehat
Mengomentari: Sajak Ombak
Izin repost ya penulis, sehat selalu :)
Mohan saran dan masukannya????
Mengomentari: Rindu harus dibayar
Mohan saran dan masukannya????
Tulisan ini untukku yang
Mengomentari: Aku ingin menulis, mungkin Puisi?
Tulisan ini untukku yang ingin menulis, cuma tak pandai dalam merangkai kalimat indah. namun aku ingin umur panjang dengan berkarya. mari menulis apa yang ingin kamu tulis:)
Sangat cocok untuk Anda
Mengomentari: PANTUN : BELAJAR IKHLAS (II)
Sangat cocok untuk Anda
Sangat membantu sekali
Mengomentari: Rantai Makanan
Sangat membantu sekali
Sangat bagus dan
Mengomentari: WS Rendra - Sajak 12 Mei 1998 (Video)
Sangat bagus dan menginspirasi
Bagus kaka..Bisa saya belajar
Mengomentari: Gadisku
Bagus kaka..Bisa saya belajar dari kaka utntuk membuat puisi
TRIMAKASIH, SAYA IZIN COPY YA
Mengomentari: PUISI-PUISI EMHA AINUN NADJIB
TRIMAKASIH, SAYA IZIN COPY YA
Terima kasih atas
Mengomentari: Kesadaran cinta
Terima kasih atas kritikannya. ????????????
Kesadaran Cinta
Mengomentari: Kesadaran cinta
malam-malam dah menghadirkan tulisan....., essay. Namun menurutku lebih cocok kalau diubah ke dalam bahasa puisi. Sebab isi yang terkandung begitu maya meskipun sebenarnya sarat makna. Maaf ya....
aku suka hujan, bahkan
Mengomentari: hujan
aku suka hujan, bahkan beberapa larik puisimu seolah aku pemiliknya, persis diriku.
"hujan dan kamu lebih dulu hujan"
karena hujan lebih mengeri kita, dan hujan itu jujur
membaca puisi ini sampai
Mengomentari: Sebenarnya di manakah Engkau
membaca puisi ini sampai membuat saya menangis sebab saya tak pernah merasa kehilangan. saya sombong, dan terlalu percaya diri bahwa yang maha melihat selalu bersama saya sedangkan untuk menuju-NYA masih menunggu waktu yang tepat. terimakasih sudah menulis puisi renungan ini.
siulan rindu
Mengomentari: siulan rindu
semoga tulisan ini dapat menyampaikan apa yang di tenggelamkan
Terimakasih dengan semua
Mengomentari: PUISI-PUISI HARTOJO ANDANGJAYA
Terimakasih dengan semua karya bapak
Hartoya andawijaya
MEREBUS MIE DI GELAPNYA
Mengomentari: thankshypersomnia
MEREBUS MIE DI GELAPNYA MALAM
Merebus atau jawanya "menggodok" adalah perbuatan untuk menebus.
Penyair merebus kata untuk menebus akan betapa hausnya dengan sebuah karya.
Rakyat kecil sepertiku ini merebus mie untuk menebus rasa lapar.
Sementara aparat negara ramai ramai sibuk merebus atau menggodok undang undang dan segala tetek bengek aturan yang mencekik rakyat kecil adalah untuk menebus hutang pada partai menebus janji pada pebisnis yang mendanai kegiatan politiknya.
Wislah, urusan godok menggodok rebus merebus memang selalu panas.
Tak jarang yang beda paham maka baku hantam tak setuju maka beda kubu.
Ya gimana ga panas, merebus kan pakai api
404 HARI TANPA MAKAN Daun
Mengomentari: thankshypersomnia
404 HARI TANPA MAKAN
Daun telinga pejabatmu nyatanya tidak lebih lebar dari daun kelor.
Ia tidak mampu mendengar dalam jarak dekat
Juga tidak mampu mendengar dalam suara yang keras
Suara suara keras yang muncul dari balik mikorofon, toa dan speaker pun tidak akan terdengar
Namun suara yang teramat pelan dan lirih akan terdengar nyaring di telinganya
Asalkan suara itu adalah suara tentang perempuan hostel, uang dan kekuasaan
Daun telinga pejabatmu tidak lebih lebar dari daun kelor
Itu sebabnya jangan kau sekali kali berbicara kepada pejabatmu
Berbicaralah kepada tembok
Tembok adalah daun telinga yang paling lebar
Temboklah yang dapat menampung suara suara Tuhan
Suara keadilan
Suara jerit kesusahan
Suara yang tertindas
Suara yang terabaikan
Hanya kepada tembok aku berserah diri
Hanya kepada tembok aku berlindung dari setan setan politik yang terkutuk
Bersepeda di pematang
Mengomentari: thankshypersomnia
Bersepeda di pematang sawah
Perjalanan hidup penuh hamparan padi yang menguning
Dan puing puing harapan yang tersisa hanya “ingin”
Adakah harapan terbesarmu yang terlewatkan begitu saja?
Apakah di usiamu yang sudah sedemikian dewasa ini
Kamu masih ingin seperti yang kau cita-citakan dahulu
Pada masa kanak-kanakmu
Apakah kamu masih ingin?
Sarapan di warung makan
Kita ternyata tidak cukup rendah hati meskipun setiap hari makan nasi
Padi. Padi yang selalu diasosiasikan dengan “semakin berisi semakin merunduk”
Ketika masuk ke pencernaan kita masing-masing
Tidak serta merta menjadikan diriku dan dirimu rendah hati
Adakah diantara kita yang masih ingat asal?
KEMAH DI AIR TERJUN KEDUNG
Mengomentari: thankshypersomnia
KEMAH DI AIR TERJUN KEDUNG PASO
Pagi-pagi sekali kau buka zip tenda
Dan kau lihat sekawanan monyet yang asyik bergelayutan di pohon bambu
Sesekali sekawanan monyet itu berpindah-pindah dari satu ranting pohon
Ke ranting pohon berikutnya
Sesekali monyet-monyet itu mengambil pisang yang ditanam warga
Dan nanas-nanas yang ditanam warga
“bukan salah monyetnya tapi manusianya saja yang mengganggu teritori habitat monyet”
Katamu
Tetapi begitulah hidup ; Selalu beririsan, bersisian
Terlebih ketika populasi manusia sudah tidak terkendali
Maka jalan yang terbaik adalah saling menghidupi
Saling berbagi saling mempersilahkan
Monyet mempersilahkan wilayahnya ditanami pisang
Manusia mempersilahkan pisangnya dimakan monyet
PUISI DARI MAS JAMIL Menjadi
Mengomentari: thankshypersomnia
PUISI DARI MAS JAMIL
Menjadi anak anak adalah kemewahan terbesar dalam hidup
Coba perhatikan sekitarmu, betapa banyak remaja yang menginginkan kembali menjadi anak anak karena satu hal yang sepele; sakit hati karena cinta
Oleh karena menjadi anak anak adalah kemewahan
Tidak jarang, banyak orang dewasa yang terjebak dalam jiwa anak-anak
Salah satu penyebabnya simpel saja; menjadi anak-anak tidak banyak dituntut ini itu
Syarat wajib menjadi anak-anak harus bahagia, banyak ketawa, jangan banyak berfikir, dan perut harus kenyang
Sementara menjadi dewasa harus ini itu
Tidak boleh begini tidak boleh begitu
Maka jangan heran jika ada manusia yang secara tubuh dan umur semestinya dewasa
Tetapi sikapnya masih kanak-kanak
Jika ada manusia dewasa bermain dengan anak-anak itu boleh-boleh saja
Yang tidak boleh dan tidak wajar adalah manusia dewasa bermain dengan anak-anak
Memainkan adegan-adegan dewasa
Yang lebih tidak wajar lagi adalah manusia model diatas diperlakukan bak seorang pahlawan
Yang kehadirannya di elu-elukan dan dipuja-puji
Ah, memang susah ngasih tau bocil.