Bangsa Pelupa
Aku adalah anak negeri dari bangsa yang pelupa. Bukan karena amnesia atau semacam degenerasi kemampuan mengingatnya, tapi lupa yang disengaja. Lupa sejarahnya, lupa substansi konstitusinya, lupa luka yang sudah dibuatnya, lupa siapa saja anak bangsa yang sudah mencuri, merampok dan menjual harta dan negeri sendiri.
Aku adalah anak bangsa yang tumbuh kembangnya di negeri 1001 masalah, yang biang keroknya menurutku cuma satu, hukum yang mati. Disini hukum bukan panglima. Uang, kedudukan dan kedekatan menentukan. Poltik dan uanglah panglima utamanya. Siapa menentukan apa dan bagaimana putusan hukumannya.
Patung sang dewi keadilan tidaklah tertutup matanya, coba tengoklah atau kalau kautakut mengintiplah. Kau akan tau dia sudah terang-terangan mebuka penutup matanya. Nurani keadilan sudah tak digunakan, dia lebih suka melihat limpahan uang di depan matanya.
Para bedebah hidup makmur disini, mereka selalu disanjung serta dipuja – puji. tak ada susah tak merana. Hidup makmur sentosa dengan para perempuan cantik dikanan kirinya. Drama pengadilan akan kejahatannya paling hanya sementara, cas cis pisang rebus, duit seratus hukuman gampang ditebus.
Aku adalah anak negeri dari bangsa yang pelupa. Lupa sampai terbawa-bawa sehingga terus saja memilih para wakil dan pemimpinnya yang sudah buruk ahlaknya. Lupa memilih tau memang tidak ada pilihan?..duh aku lupa.
Tulis komentar baru