Skip to Content

Ada apa dengan "Nanti"

Foto Muhamad Tsaqib

Sejak dari kemarin aku mendengar sebuah kata yang bertajukkan "nanti". Selalu saja ketika seseorang mengatakan hal itu, hati anda akan berpandangan negatif atau positif kepada pembicaranya. Hal ini berdampak pada kesuudzonan yang bisa membuat hubungan yang sebetulnya baik-baik saja menjadi goncang secara perlahan-lahan. Kebanyakan dari makna yang ditangkap adalah kenegatifan. Maksudnya adalah kesalahpahaman dikarenakan pikiran seseorang dapat mengetahui pasti atau tidaknya sebuah perkataan, melalui mimik wajah dan intonasi suara pada umumnya. 

Sehubungan dengan "nanti", penulis sedikit mendeskripsikan kata tersebut melalui pendekatan forensik yang sedang terjadi disekitar saya pada umumnya. Menurut sebagian pendengar, kata tersebut terlalu menjengkelkan ketika diucapkan setelah kita menggebu-gebu dalam melakukan sesuatu, kemudian kita meminta tolong kepada yang lain untuk melakukan sesuatu yang menurut kita adalah hal remeh, namun mereka acuh tak acuh sambil berkata "Nanti aja lah", " Nanti kan bisa", " Nanti lusa aja", dan lain sebagainya. 

Hanya gambaran sekilas saja tentang perantara penggunaan kata tersebut secara garis besar terletak pada ungkapan yang akan disajikan dibawah ini. Anda dimohon membacanya dengan penghayatan dan penggambaran yang dapat diselaraskan dengan kejadian yang pernah terjadi pada diri-diri anda sekalian. 

"Padahal kalo habis adzan, Andre itu salat maghrib terlebih dahulu. Ia termasuk pribadi yang rajin beribadah, terutama di hari sabtu. Namun, di hari sabtu kali ini Andre menolak ajakanku pergi ke masjid untuk salat, dia berkata kepadaku " Nanti aja lah, qib. Kan masih ada waktu untuk istirahat sebentar, kan juga gak ngaruh kalaupun kita agak telat. Salat sendiri-sendiri juga bisa. Kamu duluan aja lah, daripada ketinggalan jama'ah". Mungkin baginya itu hal biasa. Hatiku seketika merasa iba dan jengkel padanya. 

Ketika aku selesai menunaikan salat maghrib berjama'ah di masjid dan sampai dirumahku, tibalah waktunya mengaji. Andrepun tiba-tiba datang ke rumahku dan mengetuk pintu tiga kali dengan keras dan berseru, " Qiiiiiiiib! Tsaqiiiiib.... Ayo berangkat ngaji! ". Akupun acuh tak acuh padanya dan menjawab, " Nanti aja aku mah, kamu berangkat dulu aja daripada terlambat nunggu aku selesai mandi! ". Mungkin dia sudah pergi dan meninggalkanku, akupun bergegas memakai pakaian ngajiku dan lari menuju langgar tempat mengajiku.

Tatkala mengaji bersama teman-temanku; termasuk Andre, setelah guru kami menjelaskan pelajaran hari ini akupun mengacungkan tangan dan mengutarakan sebuah saran agar kami dipersilahkan atau diperkenankan untuk mengajak guru kami belajar bersama;mengajari kami untuk membahas masalah pelajaran didalam langgar. Guru kami akhirnya merespon kami dan berkata, " Yaudah kalo gitu, Tsaqib nanti mengajak temannya untuk berbaris didepan sini dan nanti aja ya, ba'da isya' kita mulai musyawarahnya, ya"  . Kamipun dengan guru kami sepakat dan kamipun salat isya tatkala terdengar adzan dari masjid. 

Selepas solat isya, kamipun berkumpul sesuai dengan arahan yang telah disampaikan guku kami tadi. Namun, hal yang tidak kami inginkan mendadak terjadi. Guru kami terjatuh dari tempat salatnya dan meninggal. Keluarganya yang ikut salat akhirnya berkata kepada kami, " Mungkin ngaji kalian untuk hari ini ditunda dulu ya, keluarga kami sedang berkabung atas meninggalnya. Nanti mungkin ada yang menggantikannya untuk menemani kalian mengaji. Iklas ya... ". Kamipun juga tidak bisa berkata apa-apa. Kamihanya bisa menangis dan merangkul sesama kita dan berharap besar kepada tuhan agar dosa-dosanya diangkat dan ditempatkan ditempat yang dirindukan semua makhluk didunia;surga.

Al hasil kamipun pulang kerumah masing-masing. Kami lemas seketika. Kamipun saling mengingatkan, " Nanti kita takziyah keruma guru ya, teman-teman? ". Kamipun setuju dan mengabarkan kematian guru kami kepada kedua orangtua kita masing-masing dengan suara terisak-isak".

Sekian dan terima kasih. Semoga memahamkan dan menghibur anda dalam mencari tahu makna nanti dari ungkapan tokoh "Tsaqib" diatas. 


 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler