Tak terasa tahun demi tahun telah kita lewati dengan berbagai macam aktivitas yang menjanjikan kebahagiaan disuatu hari nanti. Tak lupa setiap hari untuk membuat secuplik dari story untuk ditampilkan di sosial media sebagai tanda bukti, bahwa dirinya sedang bahagia atau sakit hati. Mungkin do'a yang pernah dipanjatkan disana menjadi sebuah misteri yang begitu rumit. Apakah diantara mereka ada yang mengamini atau malah abai terhadap colekan hangat untuk tuhan yang maha pengasih?. Tentu saja yang namanya manusia mempunyai sudut pandang masing-masing mengenai ini. Begitu juga anda yang senantiasa stay untuk terus menikmati story dan pesan-pesan manis yang terkadang romantis dan simpatik.
Bukan untuk bermaksud buruk atau mengejek pihak lain. Tulisan tak lain hanyalah bentuk argumentasi seseorang yang paling dalam untuk sesuatu yang tidak sempat mereka sampaikan kepada yang lain dikarenakan sebab yang menahan mereka untuk langsung berbicara seksama, to the point. Maka jangan heran, bila seseorang menggunakan jari-jemarinya untuk menulis pesan kepada seseorang juga dapat kita rasakan dengan sensasi yang berbeda dengan yang dimaksud si penulis itu sendiri. Perasaan yang ada dalam hati seseoranglah yang mempengaruhi kinerja otak untuk berfikir dan mengimplementasikan apa yang sedang dia baca dan saksikan. Maka tidak perlu khawatir kalau nantinya ada sekelumit orang yang salah atau kurang tepat dalam mengungkapkan maksud dari sebuah tulisan. Oleh karena itu, di negara kita Indonesia ini menyatakan hal tersebut sebagai sastra. Dengan adanya hal itu, seluruh masyarakat Indonesia boleh menafsirkan segala bentuk karya sastra menurut pemahamannya masing-masing.
Ada satu polemik besar pada masa sekarang mengenai ekspresi dalam menujukkan sebuah ungkapan. Seseorang terkadang terlalu dalam dalam menyifati atau mendeskripsikan sebuah manusia dengan detail menurut kehendaknya, sehingga seseorang yang mendengarnya atau yang membaca tulisannya menjadi ilfil dan hal itu sudah sering terjadi dan banyak dinegara kita ini. Perlu diketahui, bahwasannya segala bentuk yang dideskripsikan diatas tadi itu tidak lain dan tentunya sudah menjadi hal biasa didalam dunia sastra. Menurut sebagian kalangan menganggap hal ini sebagai sesuatu yang alay. Alay menurut mereka adalah norak atau terlalu mencolok dan tidak tegas dalam berkata atau mengungkapkan sesuatu. Perlu dipahami sebelumnya, bahwa alay dalam dunia sastra itu penting dan bisa-bisa diharuskan untuk mempertajam makna dan memperjelas peran, seperti yang terjadi pada pementasan teater pada umumnya. Maka dari itu, jangan sesekali menyalahkan atau mendeskriminasi sebuah ungkapan atau ujaran yang berbau sastra sebagai sesuatu yang begitu buruk dirasakan. Dikarenakan ungkapan alay ini sebetulnya bukanlah ungkapan untuk hal-hal yang sianggap jelek atau kurang menarik, namun dengan kealayan itulah sebuah objek dapat dirasakan melalui indra perasa dan perasaan kita juga.
Maka dari itu, tak ada karya sastra yang tidak alay. Mereka yang berkata demikian tentunya dari kalangan yang keras hatinya. Kealayan dalam karya sastra dapat dirasakam sebagai sebuah penghayatan yang begitu dalam. Maka bagi mereka yang tidak suka kealayan dalam mengungkapkan sesuatu tidak akan pernah menemukan sesuatu yang disebut sebagai pendalaman imajinasi dan ketulusan seorang pwnulis atau pembicara itu sendiri. Sekian terima kasih. Semoga dapat dipahami dengan baik. Hidup sastra!!
Tulis komentar baru